Marketing Hotel dan Strategi Jitu yang Dapat Dilakukan

Marketing hotel adalah departemen yang bertugas untuk membuat hotel itu dikenal oleh banyak orang.

Dari yang tidak tau menjadi tau. Siapa yang tidak pernah mendengar istilah “Marketing” saat ini di dunia profesional.

Kata kata Marketing saat ini sudah sangat awam dan banyak yang membuat pelatihannya. Tetapi di tulisan ini kita akan duduk sejenak melihat “Marketing” dari kacamata secara awam.

Marketing sendiri bisa dikatakan adalah usaha pemasaran yang di lakukan sebuah bisnis untuk meningkatkan ketertarikan produk, pemahaman merk dan meningkatkan penjualan.

Pemasaran bisa digitalisasikan melalui media dalam jaringan (online) dan biasanya disebut sebagai “Digital Marketing”.

Jadi perlu diingat tidak ada perbedaan sama sekali antara Marketing dan Digital Marketing.

Strategi Marketing Hotel

Sama seperti industri lain pada umumnya, secara general ada 3 bagian dalam penerapan marketing strategi di hotel yaitu:

  • Above the Line (ATL)
  • Below the Line (BTL)
  • Through the Line (TTL)

Above the Line (ATL)

Kita bisa melihat sebagai contoh iklan di TV, majalah, papan baliho dan lain macamnya. Dimana, ATL ini bisa menjangkau audiens lebih luas tapi tidak menyaring target audiens.

Contohnya: jika ada anak balita melihat maskot sebuah hotel di majalah atau di baliho bahkan di TV. Balitanya senang, tapi belum tentu bisa terjadi konversi penjualan.

ATL sangat bagus untuk brand awareness dan subconscious.

Baca Juga: [10 Tips] Strategi Pemasaran Online Hotel di Era Digital

Jadi ATL bisa digunakan saat grand opening hotel. Hal ini bisa dilakukan dengan membuat suara atau visual statis/dinamis yang menarik.

Selain itu juga saat ini pemanfaatan social media dan juga website juga punya andil besar dalam ATL strategi.

Strategi Marketing Below the Line (BTL)

Biasanya lebih melakukan personalisasi.

Contoh sederhananya, ketika anda di dekati SPG rokok karena sedang merokok.

Atau seperti tim sales hotel sedang melakukan cold call atau cold email baik ke travel agent partner atau ke instansi perusahaan terkait. Untuk BTL, cara kerja marketing hotel ini lebih personal dan lebih mengingat PIC daripada produknya.

Through the Line

Metode eksekusi ini lebih sering digunakan secara dalam jaringan (online).

Disini, para tenaga pemasaran bisa melakukan penyaringan terhadap audiens, mulai dari; lokasi, jenis kelamin, usia, hobby, kebiasaan di dunia maya dan lain sebagainya.

Contoh paling mendasar dari TTL adalah melakukan digital ads via platform seperti Google, Facebook, Instagram.

Disini TTL diaplikasikan untuk mentargetkan pasar tersendiri yang sesuai dengan target yang kita inginkan.

Sebagai contoh sederhana; untuk hotel berharga kisaran 150k – 400k permalam bisa menargetkan kawula muda berumur dari 18 tahun – 35 tahun dari Indonesia dan sering melakukan searching dengan keyword “kamar hotel murah”.

Jika ada hotel dengan harga kamar 5,000k keatas, bisa juga menargetkan customer yang sama tapi lebih ke luar negeri dengan menargetkan kata kata seperti; “luxury”, “affordable” dan lain sebagainya.

Baca Juga: Hotel’s Complaint Handling And Resolution

Bisa juga menargetkan usia diatas 35 tahun dengan segmentasi kelas bisnis jika hotelnya memiliki kapasitas sebagai bleisure (business leisure) hotel.

Ini adalah keunggulan TTL dari pada 2 eksekusi yang lainnya. Apakah ada kelemahannya? YA. Ada kelemahan dari TTL ini, tapi kelemahan lebih ke PIC yang menanganinya. Karena menggunakan TTL jauh lebih kompleks dari pada menggunakan metode eksekusi pemasaran lainnya. Di TTL tersendiri indicator keberhasilan lebih gampang diukur.

Untuk TTL, KPI-nya jauh lebih berat daripada ATL dan BTL. Jika mengukur KPI untuk ATL dan BTL bisa dilakukan via survey maka TTL adalah metris KPI-nya adalah analitik (analytics) dashboard.

Disini ada beberapa KPI TTL via website yang umum dipakai seperti: bounce rate, unique visitor dan click through rate (via call to action button). Silahkan di browse sendiri jargon jargonnya.

Setiap bisnis pasti memiliki goals yaitu konversi (conversion) mulai dari visitor lalu menjadi buyer dan terakhir adalah menjadi payer.

Ke tiga step ini harus bisa di eksekusi dengan baik melalui customer journey. Memilih teknologi yang tepat dan sesuai dengan budget sangat perlu dipertimbangkan.

Apabila gagal? Keunggulan teknis dari TTL adalah mengizinkan “re-targeting”.

Re-targeting adalah usaha mencoba mengiklankan kembali produknya via online untuk customer yang tidak menyelesaikan customer journey mereka.

Akhir kata, mungkin saat ini hotel bisa menempatkan marketing & sales daripada sales & marketing.

Karena tidak ada penjualan tanpa ada usaha pemasaran terlebih dahulu. Begitulah kira-kira cara kerja marketing hotel. Salam sales karbitan !

SHARE:

Seorang lifestye enthusiast dan traveller Indonesia yang suka berbagi inspirasi melalui tulisan. Mari diskusi di kolom komentar ya...

Tinggalkan komentar

Konten dengan Hak Cipta Dilarang Copy-Paste