Teori Hukum Konvergensi: Definisi, Pencetus dan Sudut Pandangnya

Saat kamu membaca tulisan ‘teori hukum konvergensi’ pada judul, apa yang terlintas di benakmu? Ya, sebagian besar dari kamu mungkin pernah membaca kata konvergensi dari buku pelajaran Geografi. Sebab, memang konvergensi memiliki kaitan erat dengan tanah, dan memiliki arti tubrukan antar lempeng tektonik.

Tahukah kamu, teori hukum konvergensi ini juga eksis pada ilmu psikologi. Teori ini dalam psikologi menjelaskan bagaimana sifat dasar dan keturunan berpengaruh besar dalam perkembangan manusia. Bagaimana penjelasan lengkap dari teori hukum ini? Baca selengkapnya berikut ini! 

Definisi Teori Hukum Konvergensi

Teori Hukum Konvergensi
Teori Hukum Konvergensi | Image Source: Flickr

Menurut Kerr, teori hukum konvergensi merupakan teori dimana pada akhirnya, masyarakat akan bersikap atau berpandangan sama terhadap sesuatu. Apakah dengan mempunyai pandangan yang sama tersebut, lama kelamaan masyarakat akan memiliki karakter yang serupa?

Untuk mendapatkan jawabannya, mari mencoba menelaah bagaimana lingkungan sekitar berpotensi untuk membentuk karakter seseorang. Tak jarang kamu berpikir bahwa seseorang memiliki suatu sikap atau karakter karena pengaruh lingkungan. Namun itu tak sepenuhnya benar.

Nyatanya, setiap individu yang berada pada suatu kelompok tertentu itu umumnya memiliki karakter yang sama. Apabila kamu melihat suatu lingkungan yang terdiri dari sekelompok orang pemarah, bukan lingkungan yang menyebabkan orang-orang tersebut menjadi pemarah. Namun memang tiap individunya memiliki sifat tersebut.

Oleh sebab itu, dari sini kamu akan mengerti, teori hukum konvergensi mampu membuka penglihatanmu mengenai bagaimana karakter seseorang sebenarnya. 

Walaupun terkadang dalam sebuah kelompok ada yang menyatakan bahwa seorang berani melakukan sesuatu yang biasanya tidak ia lakukan, keberanian tersebut tetap merupakan keinginannya sendiri. Jadi, sifat itu memang sudah ada pada dirinya, dan sifat tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan kelompok tersebut. 

Teori hukum ini pertama kali dicetuskan oleh Clark Kerr. Beliau merupakan seorang Profesor Ekonomi di UC-Berkeley. Setelah beliau mencetuskan teori ini, muncullah berbagai perspektif lain, termasuk teori bagaimana sebuah negara bisa memiliki penduduk dengan karakter yang dominan.

Bisakah Suatu Kelompok Mengubah Sikap Seseorang?

Jawaban yang tepat untuk pertanyaan ini adalah ‘ya.’ Akan tetapi perlu kamu ingat, bahwa sifat asli individu tidak akan berubah walaupun individu tersebut berada di kelompok yang mempunyai sikap berbeda. Kenyataannya, seorang individu bisa memiliki sikap berbeda dari karakternya adalah karena ia ingin diterima.

Apa maksud dari ‘ia ingin diterima’ pada konteks ini? Ya, kamu perlu tahu bahwa pada akhirnya, manusia ingin merasa diterima oleh lingkungannya. Dengan demikian, individu akan merasa ia memiliki teman. Ia akan merasa bahwa “Ya, disinilah seharusnya aku berada. Kelompok ini adalah rumahku, jati diriku.”

Teori hukum konvergensi ini juga dapat kamu pahami melalui contoh fenomena berikut. Contohnya, bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang masyarakat gunakan untuk belajar dan berkomunikasi. Namun, seiring perkembangan zaman, kini Bahasa Inggris menjadi bahasa perantara untuk berbisnis, bahkan di Indonesia sekalipun.

Dengan demikian, Indonesia akan mampu membaur dengan negara-negara lain, sehingga bisnis semakin berkembang. Seiring kerjasama bisnis Indonesia dan beberapa negara lain berkembang, Indonesia pun akan cenderung mengikuti sistem pemerintahan, model ekonomi, serta nilai budaya kolektivisme dari negara lain pula.

Dari contoh fenomena di atas, apakah sekarang kamu menjadi cukup paham dengan teori hukum konvergensi? Walaupun teori ini sebenarnya memiliki pengertian umum seperti yang telah dijabarkan diatas, namun ada beberapa sudut pandang berbeda dari sejumlah ahli. Ketahui penjelasan lengkapnya pada subbab berikut ini.

Sudut Pandang Lain Mengenai Teori Hukum Konvergensi

Sudut Pandang Lain Mengenai Teori Hukum Konvergensi
Sudut Pandang Lain Mengenai Teori Hukum Konvergensi | Image Source: Freepik

Terdapat sejumlah sudut pandang lain dari teori hukum konvergensi. Sudut pandang tersebut dikemukakan oleh Kerr dan kawan-kawan, Galbraith, Goode, dan juga William Stern. Bagaimanakah mereka mengartikan teori konvergensi sesuai dengan pemahaman mereka?

1. Kerr dan Kawan-Kawan

Pengertian pertama mengenai teori hukum konvergensi tercetus dari Clark Kerr serta kawan-kawan. Beliau menyatakan bahwa masyarakat di seluruh negara akan berakhir memiliki sikap yang sama, atau setidaknya mirip, meskipun mereka terlahir dari latar belakang budaya yang berbeda-beda.

Jadi, seperti yang telah dijabarkan di atas, teori hukum konvergensi menurut Kerr merupakan teori yang menggambarkan bahwa masyarakat lama kelamaan akan berpandangan sama mengenai suatu hal. Walaupun masyarakat tersebut terdiri dari tiap individu yang berbeda-beda secara latar belakang budaya. 

Kerr juga berpendapat bahwa proses sosial ini terjadi perlahan, sesuai dengan perubahan zaman, teknologi, dan juga komunikasi. Dunia akan terasa menyempit, seiring masyarakatnya akan terus mencoba untuk menyamakan persepsi dan ideologi mengenai suatu hal yang sedang berkembang.

2. Galbraith

Selanjutnya, ada pula sudut pandang mengenai teori hukum konvergensi dari Galbraith. Beliau mengaitkan konvergensi dengan dua sistem ekonomi yang berkembang di dunia saat ini, yaitu sistem ekonomi sosialis dan sistem ekonomi kapitalis.

Sistem ekonomi sosialis merupakan sistem yang berpusat pada pemerintah. Negara yang menerapkan sistem ini berarti semua kegiatan ekonomi dikendalikan oleh pemerintah. Sistem ini berarti pemerintah memiliki kuasa untuk merencanakan, mengatur kebijakan, dan mengambil keputusan ekonomi.

Sementara itu, sistem ekonomi kapitalis berarti sebuah sistem yang membuat pelaku dan pihak swasta mengambil keuntungan atau keputusan ekonomi pribadi. Dengan demikian, masyarakat bisa mendapatkan keuntungan maksimal dari bisnisnya, sesuai dengan kebijakan yang ia tentukan sendiri.

Kemudian, Galbraith menyatakan bahwa konvergensi dapat memengaruhi kedua sistem ini. Sebab pada akhirnya, baik itu sistem ekonomi sosialis maupun kapitalis, keduanya memerlukan sistem perencanaan, dan pengelompokan yang sama. 

Mengapa bisa sama? Ya, karena hal ini dipengaruhi oleh produksi skala besar industri yang sama pula. Oleh karena itu, konvergensi pun dapat terjadi pada dua sistem yang berbeda, meskipun awalnya tujuan dari dua sistem tersebut bertolak belakang.

3. Goode

Sementara itu, ada pula sudut pandang lain mengenai teori ini dari Goode. Beliau berargumen bahwa konvergensi merupakan sebuah naluri, bagaimana individu akan menemukan kelompok yang bersifat sama dengan dirinya. Contohnya, orang yang memiliki sikap ingin tahu, pada akhirnya ia akan bertemu dengan orang yang sama.

Sehingga, teori hukum konvergensi bukannya menyangkal bahwa orang-orang dalam suatu kelompok mungkin akan melakukan sesuatu yang berbeda dari yang biasa mereka lakukan. Justru, teori ini ingin menekankan, bahwa apa yang kelompok tersebut lakukan, sudah merupakan cerminan tiap individu di dalamnya.

Contohnya saja grup pembenci orang-orang homoseksual. Tiap individu yang tergabung di dalamnya merupakan pembenci orang homoseksual. Kebencian yang mereka rasakan, atau mungkin kekerasan yang mungkin mereka lakukan terhadap orang homoseksual, merupakan cerminan dari keyakinan kelompok tersebut.

4. William Stern

Sudut pandang terakhir dikemukakan oleh William Stern. William merupakan salah satu pelopor dari ilmu psikologi modern. Ia menyatakan bahwa konvergensi terjadi karena adanya perbedaan pendapat mengenai dua faktor. Dua faktor tersebut adalah faktor hereditas atau keturunan, dan faktor milieu atau lingkungan.

Dari munculnya dua faktor tersebut pada konvergensi, masyarakat pun ingin mencari tahu, atas pengaruh apakah terjadinya perbedaan perkembangan sifat individu? Apakah sifat individu tersebut memang sudah ada sejak ia lahir (keturunan), atau pengaruh lingkungan?

Sehingga, dari dua faktor tersebut muncullah tiga aliran yang terkenal dengan nama nativisme, naturalisme, dan empirisme. Apakah definisi dari tiga aliran tersebut? Mari membahasnya secara rinci berikut ini.

a. Nativisme

Aliran yang bernama nativisme ini berasal dari kata natis. Natis memiliki arti lahir, kelahiran, atau pembaharuan. Mungkin kamu kerap mendengarnya dalam bahasa Inggris, native. Native sendiri dapat kamu artikan sebagai asli, atau asal.

Nah, dari asal kata tersebut, kamu dapat mengartikan bahwa nativisme merupakan pembawaan sifat manusia sejak lahir. Akan tetapi, teori ini tidak dapat masyarakat terima mentah-mentah, sebab teori ini belum mampu menjelaskan kejadian-kejadian yang mungkin terjadi selama individu berkembang.

b. Naturalisme

Kedua, terdapat aliran naturalisme yang menjelaskan pada hakikatnya, semua manusia terlahir baik. Akan tetapi, sifat dan sikap yang akhirnya mendominasi dirinya ditentukan oleh pendidikan atau pengaruh dari lingkungannya. Apabila pendidikan yang individu terima baik, ia akan menjadi baik, begitu pula sebaliknya.

Pelopor dari aliran ini adalah J.J Rousseu, seorang filsuf berkebangsaan Prancis. Ia meyakini bahwa sesungguhnya tidak ada seorang anak pun yang terlahir buruk. Semua anak terlahir baik, namun lingkungannya dapat mengubah kepribadian anak tersebut.

c. Empirisme

Terakhir, ada aliran empirisme yang berarti perkembangan manusia semata-mata tergantung oleh faktor lingkungan. Sehingga bisa kamu artikan bahwa aliran ini mempercayai bahwa tidak ada yang namanya sifat bawaan dari orang tua.

Akan tetapi, aliran ini masih menjadi perdebatan, sebab terdapat beberapa pertanyaan yang masih belum dapat dijawab. Contohnya, bagaimana seorang murid memiliki tingkat pemahaman berbeda dengan murid lainnya, padahal bahan ajar yang pengajar berikan sama.

Sudah Paham Mengenai Teori Hukum Konvergensi?

Hukum Konvergensi
Hukum Konvergensi | Image Source: Freepik

Kesimpulannya, teori hukum konvergensi merupakan teori yang memperlihatkan bahwa pada akhirnya, masyarakat akan memiliki pandangan yang sama terhadap sesuatu. Kira-kira, apakah pandanganmu terhadap sesuatu seringkali berubah karena adanya pengaruh dari masyarakat?

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page