Kita terbiasa mendengar istilah puisi dan pantun, namun asing dengan prosa. Padahal, prosa sering dijumpai di kehidupan sehari-hari. Tulisan prosa adalah salah satu jenis karya sastra yang menghadirkan sebuah cerita dalam bentuk narasi. Biasanya, istilah ini dikaitkan dengan karya sastra yang ditulis oleh seorang penulis.
Namun, tidak semua karya sastra dapat dianggap sebagai tulisan prosa. Lalu, apa itu prosa? Prosa dapat dijelaskan sebagai jenis tulisan yang tidak terikat pada aturan tertentu dalam penulisan, seperti rima, diksi, irama, dan elemen-elemen lainnya.
Dengan kata lain, prosa memungkinkan penulis untuk mengekspresikan pikiran dan ide secara bebas. Yuk, kenalan dengan prosa lebih dalam mulai dari pengertian, jenis, ciri-ciri hingga contohnya di bawah ini.
Daftar ISI
Pengertian Prosa
Prosa adalah salah satu bentuk sastra yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Istilah “prosa” berasal dari bahasa Latin “prosa oratio” yang berarti pidato biasa atau bahasa sehari-hari.
Prosa bisa diartikan sebagai tulisan atau pengungkapan yang tidak menggunakan pola atau irama yang khas seperti puisi. Bentuk tulisan prosa dapat ditemukan dalam novel, cerpen, esai, dan berbagai jenis tulisan lainnya.
Dalam bahasa Inggris, prosa disebut prose. Secara khusus, kata “prosa” merujuk pada jenis tulisan yang tergolong sebagai karya sastra. Namun, jika diperhatikan lebih dalam lagi, prosa juga mencakup bentuk tulisan yang dapat mewakili karya non-fiksi, seperti esai, artikel, dan jenis tulisan lainnya.
Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prosa adalah jenis tulisan yang tidak terikat pada aturan seperti halnya puisi. Prosa tidak memiliki unsur rima dan tidak dibatasi oleh jumlah bait dalam setiap paragrafnya. Dengan kata lain, prosa adalah jenis karangan yang disusun dalam bentuk teks naratif.
Jenis-Jenis Prosa
Secara umum, 2 jenis prosa adalah:
1. Prosa Lama
Prosa lama adalah sebuah aliran sastra yang berkembang di Indonesia pada masa penjajahan Belanda, khususnya pada abad ke-19 dan awal abad ke-20. Sehingga, karya sastra Indonesia ini belum terpengaruh oleh sastra atau kebudayaan Barat dan biasanya disampaikan secara lisan, karena belum mengenal bentuk tulisan.
Kemudian, setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke Indonesia, masyarakat menjadi lebih familiar dengan tulisan dan mulai mengenal berbagai jenis bentuk tulisan. Sejak saat itulah sastra tulisan mulai dikenal, dan sejak itu juga tokoh sastra pertama dalam sastra Indonesia mulai muncul.
Ciri khas prosa lama adalah penggunaan bahasa yang klasik, berbunga-bunga, dan penuh dengan kiasan dan peribahasa. Prosa lama juga mengangkat tema-tema yang berkaitan dengan agama, kepercayaan, dan budaya tradisional.
Karya-karya prosa lama seringkali berisi pesan-pesan moral dan religius, serta menunjukkan kebanggaan terhadap kebudayaan dan tradisi nenek moyang. Sebagian besar karya prosa lama di Indonesia ditulis oleh penulis-penulis Melayu, seperti Hamzah Fansuri, Raja Ali Haji, dan Abdullah bin Abdul Kadir.
Adapun bentuk-bentuk sastra lama prosa adalah:
a. Hikayat
Hikayat adalah sebuah bentuk sastra yang berasal dari tradisi lisan dan tertulis di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan beberapa negara di Asia Tenggara. Secara umum, hikayat adalah cerita atau narasi yang mengisahkan tentang kehidupan, kisah sejarah, mitos, atau legenda dari masa lalu.
Biasanya disajikan dengan bahasa Melayu Klasik atau bahasa Arab yang indah dan kaya akan nilai-nilai moral dan budaya. Kemudian, penulisannya dibagi menjadi beberapa bab atau bagian yang saling berkaitan. Hikayat juga sering kali mengandung unsur-unsur magis, supranatural, dan mistis yang melekat pada budaya setempat.
b. Kisah
Kisah adalah sebuah cerita atau narasi yang berisi tentang peristiwa atau kejadian yang diambil dari kenyataan atau imajinasi. Jenis prosa lama ini bisa berasal dari pengalaman pribadi, sejarah, fiksi, atau campuran dari semuanya.
Kisah dapat disampaikan dalam berbagai bentuk, seperti cerita lisan, tulisan, film, atau teater. Tujuan dari kisah cukup variatif, seperti untuk menghibur, menginspirasi, atau memberikan pesan moral kepada pembaca atau pendengar.
c. Sejarah/Tambo
Sejarah atau tambo merujuk pada cerita yang berkaitan dengan peristiwa dan tokoh penting dalam sejarah. Khususnya, peristiwa atau kejadian di masa lalu yang dianggap penting untuk diketahui dan dipelajari.
Selain itu, tambo juga merupakan bentuk sastra lisan yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. Umumnya berisi tentang sejarah, legenda, atau mitos dari suatu tempat atau keluarga dalam masyarakat Minangkabau.
Tambo sering digunakan sebagai cara untuk menyimpan dan menyampaikan informasi turun-temurun dalam masyarakat Minangkabau.
d. Dongeng
Dongeng adalah sebuah cerita naratif atau sastra lisan yang berasal dari tradisi rakyat dan telah menjadi bagian dari kebudayaan banyak masyarakat di seluruh dunia. Biasanya berisi cerita-cerita fiktif yang dibuat untuk menghibur, mengajarkan, dan memberikan nilai-nilai moral kepada para pendengarnya.
Kemudian, dongeng terbagi lagi menjadi beberapa jenis, seperti:
- Fabel: Jenis cerita fiktif pendek yang memiliki tokoh utama berupa hewan yang bertindak seperti manusia dan mengalami kejadian-kejadian yang lazimnya terjadi dalam kehidupan manusia.
- Legenda: Cerita rakyat yang berkisah mengenai asal-usul suatu tempat, tokoh, peristiwa, atau kejadian alam. Umumnya cerita tersebut berdasarkan sejarah atau kepercayaan masyarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi.
- Mite/Mitos: Sebuah cerita rakyat atau kepercayaan yang menjelaskan asal-usul atau eksistensi suatu fenomena atau peristiwa yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah. Mitos seringkali mengandung unsur-unsur supranatural, seperti dewa-dewi, roh, atau makhluk mitologi.
- Dongeng Jenaka: Kisah fiktif yang memiliki unsur komedi dan absurditas.
- Parabel/Cerita Perumpamaan: Dongeng yang mengandung perumpamaan.
- Sage: Cerita yang mengisahkan tentang keberanian dan kehebatan tokoh-tokoh penting dalam sejarah. Cerita sage seringkali diceritakan untuk memberikan inspirasi, motivasi, atau mengajarkan nilai-nilai positif, seperti kerja keras, kesabaran, dan ketekunan.
2. Prosa Baru
Prosa baru merujuk pada jenis tulisan prosa yang muncul setelah terpengaruh oleh sastra atau budaya Barat. Muncul di Indonesia pada akhir tahun 1960-an dan berkembang hingga tahun 1980-an.
Prosa baru seringkali dianggap sebagai gerakan yang mengusung nilai-nilai kebebasan, kejujuran, dan kemandirian serta menolak segala bentuk penindasan atau ketidakadilan dalam mengekspresikan ide-ide sastra.
Memiliki ciri khas penggunaan bahasa yang lugas dan bebas, tidak berbunga-bunga, tak terikat struktur narasi yang kaku atau aturan tata bahasa, dan mudah dipahami. Selain itu, prosa baru juga seringkali mengangkat tema-tema kehidupan sehari-hari, seperti keseharian masyarakat perkotaan, masalah sosial, dan politik.
Beberapa penulis yang terkenal dalam aliran prosa baru di Indonesia adalah Pramoedya Ananta Toer, Mochtar Lubis, dan Sitor Situmorang. Karya-karya mereka telah menjadi warisan sastra Indonesia dan diakui secara internasional. Bentuk-bentuk baru prosa adalah sebagai berikut:
a. Roman
Prosa roman merupakan genre sastra yang menekankan pada cerita fiksi yang panjang dan kompleks, dengan tokoh-tokoh yang berkembang dan jalan cerita yang rumit.
Ciri khas prosa roman adalah adanya konflik yang kompleks dan jalan cerita yang diatur dengan cermat, sehingga membangkitkan ketegangan dan minat pembaca untuk terus membaca. Selain itu, prosa roman juga menonjolkan karakterisasi tokoh dan penggambaran setting yang detail dan realistis.
Roman dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan isinya, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Roman transendensi: Jenis roman yang mengeksplorasi tema-tema metafisika atau spiritualitas yang berhubungan dengan pengalaman manusia dalam mencari makna kehidupan yang lebih tinggi atau transcendental. Seringkali menggabungkan unsur-unsur realisme dengan alegori atau simbolisme untuk mengekspresikan tema-tema metafisika yang kompleks.
- Roman sosial: Jenis sastra yang mengeksplorasi tema-tema sosial, termasuk perubahan sosial, politik, dan ekonomi yang mempengaruhi masyarakat. Seperti ketidakadilan, kemiskinan, rasisme, seksisme, atau ketidakadilan kelas.
- Roman sejarah: Jenis sastra yang berfokus pada penggambaran sejarah atau peristiwa penting dalam sejarah dengan menggunakan teknik fiksi. Biasanya isinya menggabungkan fakta sejarah dengan tokoh-tokoh fiksi atau kejadian fiksi yang diatur di dalam latar belakang sejarah yang terkenal.
- Roman psikologis: Jenis sastra yang mengeksplorasi kondisi mental, emosi, dan kejiwaan tokoh-tokoh di dalam cerita. Biasanya menggambarkan bagaimana tokoh-tokoh tersebut berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka dan bagaimana peristiwa-peristiwa tertentu mempengaruhi pikiran dan perasaan mereka.
- Roman detektif: Sebuah jenis sastra yang berkisah tentang penyelidikan dan pengungkapan kejahatan oleh seorang atau sekelompok detektif. Ceritanya seputar proses penyelidikan, termasuk pengumpulan bukti, wawancara saksi, dan rekonstruksi kejadian untuk menemukan siapa pelaku kejahatan.
b. Novel
Novel adalah salah satu bentuk sastra prosa naratif yang panjang dan kompleks. Umumnya mengisahkan cerita fiksi dengan tokoh-tokoh yang memiliki karakter dan sifat yang berbeda-beda serta konflik yang berkembang dan memiliki jalan cerita yang rumit.
Karena memiliki plot yang lebih kompleks dan terdiri dari beberapa bab, sehingga jumlah katanya jauh lebih banyak dari cerita pendek atau prosa lainnya.
c. Cerpen
Cerpen adalah singkatan dari “cerita pendek” dan merupakan suatu bentuk sastra prosa naratif yang pendek. Umumnya berisi cerita fiksi yang berkisah tentang satu atau beberapa tokoh dengan konflik sederhana dan jalan cerita yang singkat. Cerpen juga dapat mengandung pesan moral atau pemikiran yang ingin disampaikan oleh penulis.
d. Riwayat
Riwayat adalah catatan atau keterangan tentang kronologis kejadian, kegiatan, atau peristiwa dalam sejarah atau kehidupan seseorang.
e. Kritik
Kritik adalah jenis tulisan yang membahas kelebihan dan kekurangan suatu hasil karya dengan memberikan alasan dan kriteria tertentu yang objektif, serta bersifat evaluatif.
f. Resensi
Resensi adalah suatu bentuk ulasan yang mengevaluasi sebuah karya seperti buku, film, drama, atau karya lainnya.
g. Esai
Esai adalah sebuah tulisan yang memberikan pandangan pribadi penulisnya dalam merespon atau mengevaluasi suatu masalah secara mendalam.
Ciri-Ciri Prosa
Umumnya, karangan prosa dalam bentuk cerita terdiri dari unsur intrinsik dan ekstrinsik yang menjadi komponen penting dalam tulisan prosa. Menurut buku Menyelami Keindahan Sastra Indonesia, ciri-ciri karangan prosa adalah yang dapat dilihat dari unsur intrinsik dan ekstrinsiknya, yakni:
1. Unsur Intrinsik
- Tema: Hal utama yang menjadi permasalahan dalam cerita, baik tema mayor yang menonjol maupun tema minor yang kurang penting.
- Amanat: Pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dan harus bermakna mendalam.
- Alur: Jalan cerita yang menggambarkan perjalanan sebuah kisah dalam karangan prosa.
- Plot: Hubungan sebab akibat antar peristiwa dalam cerita yang dibangun atas unsur peristiwa, konflik, dan klimaks.
- Tokoh: Pelaku yang mengalami peristiwa dalam cerita.
- Penokohan: Cara pengarang untuk menampilkan atau menjelaskan karakteristik tokoh dalam ceritanya.
2. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik dalam karangan prosa adalah meliputi faktor-faktor yang berada di luar teks atau cerita, yang dapat mempengaruhi atau memberikan pemahaman lebih dalam terhadap karya tersebut.
Unsur-unsur ekstrinsik tersebut mencakup faktor sosial, budaya, sejarah, psikologi, politik, dan lingkungan di sekitar penulis dan pembaca, diantaranya:
- Waktu pembuatan cerita.
- Kondisi masyarakat saat cerita dibuat.
- Latar belakang dan pandangan hidup pengarang.
Selain memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik, berikut beberapa ciri-ciri umum lainnya karya sastra prosa adalah:
- Menggunakan kalimat dan paragraf.
- Tidak terikat oleh aturan atau pola-pola puisi.
- Bersifat naratif atau deskriptif. Prosa umumnya digunakan untuk menceritakan sebuah peristiwa atau menyampaikan informasi secara deskriptif.
- Memiliki struktur yang bervariasi. Meskipun umumnya memiliki awalan, isi, dan akhiran, struktur prosa dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan penulis.
- Menggunakan bahasa sehari-hari. Sehingga, cenderung lebih sederhana dan mudah dipahami.
- Lebih fleksibel dalam mengekspresikan ide dan gagasan. Prosa memberikan keleluasaan kepada penulis untuk mengekspresikan ide dan gagasan secara bebas dan detail, dibandingkan dengan puisi yang harus mematuhi aturan dan pola tertentu.
Contoh Prosa
Berikut beberapa contoh karya sastra dari beberapa jenis prosa adalah:
- Novel: “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata yang menceritakan tentang kehidupan anak-anak di sebuah pulau kecil di Indonesia. Contoh lainnya, “Bumi” karya Tere Liye yang mengisahkan petualangan 3 anak remaja ke dunia paralel.
- Cerpen: “Gentayangan” karya Kuntowijoyo yang mengisahkan tentang seorang penjelajah yang tersesat di hutan.
- Dongeng: Pinokio, Putri Salju, Cinderella, Si Cantik dan Si Buruk Rupa, Rapunzel, atau Si Kancil.
- Esai: “Pendidikan di Indonesia” karya Nadiem Makarim yang membahas tentang kondisi pendidikan di Indonesia.
- Biografi: “Steve Jobs” karya Walter Isaacson yang mengisahkan tentang kehidupan Steve Jobs, pendiri Apple Inc.
- Hikayat: Hikayat Hamir Hamzar, Hikayat Pangeran Cakrabuana, Hikayat Jaka Tarub, dan Hikayat Inderaputera.
- Kisah: Kisah Perjalanan Abdullah Menuju Negeri Kelantan dan Kisah Abdullah Menuju Jeddah.
- Riwayat: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.J Habibie, dan Ki Hajar Dewantara.
- Sejarah: Sejarah masa penjajahan Belanda di Indonesia selama 350 Tahun dan Sejarah Melayu.
- Roman: “Mencari Pencuri Anak Perawan” karya Suman Hasibuan. Bercerita tentang Sir Jon yang berjiwa detektif sedang berusaha merebut kembali tunangannya, Nona. Dari laki-laki bernama Taro yang manipulatif dan lihai mempengaruhi orang tua Nona, supaya menikahkannya dengan Nona.
Contoh Teks Prosa Hikayat Jaka Tarub
Suatu malam, Jaka Tarub yang sedang menjaga ladang pamannya, merasa kehausan. Kemudian, dia pun berniat mencari sungai untuk mengambil air minum. Ketika hendak mengambil air di sebuah sungai, dia melihat tujuh bidadari yang sedang mandi. Para bidadari pun melepaskan selendang mereka ketika sedang mandi.
Jaka Tarub yang merasa terpesona pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mengambil selendang. Ternyata, selendang yang ia ambil adalah milik bidadari bungsu bernama Nawangwulan. Hingga para bidadari hendak naik ke kayangan, Nawangwulang masih belum bisa menemukan selendangnya.
Kemudian, Jaka Tarub yang melihat Nawangwulan menangis, menawarkan sang bidadari tinggal di rumahnya. Karena tinggal serumah dan sering bertemu, mereka pun jatuh cinta lalu menikah.
Namun, Jaka Tarub yang gemar berjudi dan jarang pulang, membuat Nawangwulan sedih. Jaka Tarub pun enggan mendengarkan nasihat sang istri. Suatu hari, ketika Nawangwulan sedang mencari barang, dia tidak sengaja menemukan selendang yang Jaka Tarub sembunyikan.
Nawangwulan kemudian menyuruh seseorang untuk meminta Jaka Tarub pulang jika masih ingin bertemu dengannya. Setelah menunggu lama, Jaka Tarub tidak kunjung datang. Akhirnya, Nawangwulan memutuskan kembali ke kayangan tanpa memberitahu suami. Ketika tahu sang istri pergi, Jaka Tarub pun menyesal dan sedih.
Sudah Paham Apa Itu Prosa?
Jadi, prosa adalah salah satu bentuk sastra yang paling umum dan meliputi berbagai jenis karya sastra, termasuk novel, cerpen, hikayat, dan banyak lagi. Ciri khas prosa yakni menggunakan bahasa yang lebih sederhana serta memungkinkan penulis menyampaikan cerita dan gagasan dengan lebih jelas dan tepat.