Jawa Tengah terdiri dari 35 kabupaten serta kota dengan budaya berbeda. Hampir setiap kabupaten memiliki tarian khasnya masing-masing. Tidak heran jika tarian Jawa tengah ada banyak jenisnya. Mari simak penjelasan berikut untuk memahami lebih dalam tentang kesenian dari Jawa Tengah ini.
Daftar ISI
Ini 10 Tarian Jawa Tengah dengan Ciri Khas yang Menarik
Setiap tarian daerah yang berasal dari Jawa Tengah, selain punya gerakan yang khas, juga membawa asal-usul dan filosofi yang menarik untuk Anda pelajari. Berikut ini adalah sepuluh jenis tarian daerah dari salah satu provinsi di pulau Jawa yang kental dengan adatnya.
1. Gambyong
Gambyong merupakan salah satu tarian yang sangat terkenal. Para penari membawakan tarian Gambyong dalam rangka memberikan penghormatan kepada Dewi Sri. Dalam legenda Jawa Tengah, Dewi Sri merupakan istri Batara Wisnu yang mengajarkan manusia bercocok tanam atau bertani.
Penari yang membawakan tari Gambyong umumnya terdiri dari orang remaja perempuan. Mereka mengenakan kostum berwarna hijau, bawahan kain batik atau jarik, serta selendang kuning panjang di pinggang. Hiasan di bagian kepala juga menjadi bagian dari kostum tari ini.
Untuk mengiringi tari Gambyong, ada lantunan musik tradisional Jawa, yaitu gamelan. Sinden atau penyanyi juga turut mengiringi tarian ini dari awal hingga akhir. Salah satu tarian paling terkenal dari Jawa Tengah ini memiliki gerakan yang lincah. Para penarinya berbaris menghadap ke arah penonton.
2. Bedhaya, Tarian Jawa Tengah yang Religius
Selanjutnya ada tari Bedhaya yang juga sangat terkenal. Tarian tersebut memiliki makna religius yang mendalam, baik bagi para penarinya sendiri maupun para penonton yang menyaksikan. Bahkan, tidak sedikit yang menganggap bahwa tarian ini termasuk ke dalam meditasi atau yoga.
Tari Bedhaya berasal dari Keraton Surakarta yang menceritakan tentang kisah asmara antara raja-raja Mataram dengan Ratu Kidul. Gerakan tangan dan seluruh bagian tubuh penari menggambarkan kisah asmara tersebut dengan begitu baik.
Sama seperti tari Gambyong, musik tradisional Jawa berupa gamelan juga mengiringi sepanjang tari Bedhaya dipertontonkan. Sementara itu, penarinya mengenakan busana berupa atasan blus beludru, sarung batik, serta selendang khas berwarna keemasan.
3. Golek
Nama ‘Golek’ pada tarian ini mengacu pada pertunjukan Wayang Golek. Meski Wayang Golek berasal dari Sunda dan tarian ini berasal dari Jawa, keduanya sejajar dalam sejarah.
Tari Golek sendiri merupakan sebuah tarian dari keraton yang memang disiapkan untuk acara khusus. Tarian ini menggambarkan pertumbuhan seorang gadis muda yang beranjak dewasa dan menjadi wanita seutuhnya. Teknik dasar dan posturnya akan mengingatkan pada tari Serimpi dan Bedhaya.
Namun, koreografinya lebih menggambarkan kecantikan seorang gadis dalam kisah tarian ini. Cerita dan filosofi tersebut membuat keraton mempersembahkan Tari Golek ini dalam acara pernikahan di masa lampau.
4. Bondan
Bondan menjadi jenis tarian Jawa Tengah yang juga berasal dari Keraton Surakarta atau Solo, Jawa Tengah.
Tarian ini menceritakan seorang ibu yang melindungi dan menjaga anaknya dengan penuh rasa hati-hati. Oleh karena itu, penari Bondan membawa properti berupa boneka kecil serta sebuah payung yang terbuka.
Uniknya, penari Bondan akan menari di atas sebuah kendi yang tidak boleh dipatahkan atau dipecahnya. Mereka harus menari dengan penuh kehati-hatian. Tarian ini memiliki tiga bagian utama, yaitu Cindogo Mariah, dilanjutkan dengan Mariah Mardisiwi, dan diakhiri dengan Marian Pegunungan.
Penari Bondan mengenakan pakaian yang sederhana, layaknya gadis desa pada zaman dahulu. Mereka juga mengenakan topi, memegang keranjang, serta membawa alat pertanian.
5. Serimpi, Tarian Jawa Tengah Paling Terkenal
Jika dilihat sekilas, mungkin Anda akan sulit membedakan antara Tari Serimpi dan Bedhaya yang telah dibahas sebelumnya. Pasalnya, keduanya memang memiliki banyak kemiripan, mulai dari penari wanita, kostum, hingga teknik gerakan di dalam tariannya.
Saat perayaan, hari besar atau acara kebudayaan tertentu, Keraton Jawa Tengah akan menampilkan tarian ini. Penari Serimpi melambangkan 4 elemen yaitu api, air, bumi, dan udara. Keempatnya juga mewakili arah mata angin, yaitu selatan, barat, utara, dan timur.
Para penari juga mengenakan pakaian sampir putih yang merupakan simbol ketulusan serta kesucian hari penari. Serimpi juga merupakan tarian yang melambangkan kelembutan dilihat dari gerakan dan alunan musiknya.
Pada dasarnya, tarian ini menceritakan tentang pertarungan antara 4 orang pahlawan wanita menggunakan belati keris, dan masih dianggap sakral dan berbau mistis. Properti pistol yang digunakan para penarinya turut menjadai keunikan tarian tradisional Jawa Tengah yang satu ini.
6. Gambir Anom
Masih dari wilayah Surakarta, kali ini ada tarian yang bernama Gambir Anom. Tarian ini merupakan tarian tunggal. Penari yang memperagakannya bisa wanita mapun pria. Meski bisa diperankan semua orang, Gambir Anom sebenarnya menceritakan tentang putra Arjuna, Irawan yang sedang jatuh cinta.
Melalui tarian ini, dikisahkan bahwa Irawan merias dirinya, berbusana rapi, menata rambut, dan bersolek.
Di samping itu, untuk menggambarkan kondisi orang yang sedang jatuh cinta, ada banyak gerakan mondar-mandir, seolah sang pujaan hati sedang berada di hadapannya. Sedangkan gerakan bercermin mengilustrasikan keinginan Irawan tampil sempurna di hadapan pujaan hatinya. .
7. Beksan Wireng
Beksan Wireng adalah salah satu tarian Jawa Tengah yang sudah ada sejak abad ke-12 lalu. Meski usianya sudah terbilang sangat tua, Beksan Wireng sangat cocok untuk mengenalkan budaya Jawa kepada anak muda.
Seperti kebanyakan tarian yang sudah dijelaskan sebelumnya, Beksan Wireng juga tumbuh dan berkembang di lingkungan Kasunanan Surakarta. Selain itu, Pura Mangkunegaran juga turut melestarikan tarian yang satu ini.
Tarian Beksan Wireng diinisiasi pertama kali saat Amiluhur menjabat sebagai seorang raja. Amiluhur berharap agar tarian yang bembawakan cerita peperangan ini menjadi penyemangat masyarakat untuk mempertahankan kerajaannya.
Beksan Wireng tetap lestari di wilayah Jawa Tengah hingga saat ini. Tidak sedikit penari yang membawakan tarian ini untuk menghormati Amiluhur serta raja-raja Jawa terdahulu.
8. Lengger
Mari sejenak tinggalkan Surakarta dan beranjak ke sisi barat Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Wonosobo. Kabupaten ini memiliki sebuah tarian tradisional bernama Lengger. Tarian ini tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Dieng sejak ratusan tahun lalu.
Oleh karena itu, Tari Lengger hampir selalu dibawakan dalam setiap acara penting di Dieng Plateau. Banyak orang yang menyebut Lengger Dieng sebagai Tari Topeng karena penarinya memang menggunakan properti penutup wajah.
Berdasarkan cerita yang beredar di masyarakat, Sunan Kalijaga menciptakan dan menggunakan Tari Lengger untuk berdakwah menyebarkan Islam di wilayah Wonosobo hingga Banyumas. Musik yang mengiringi tarian ini antara lain kendang, gong, saron, gambang, serta seperangkat gamelan lainnya.
Dalam pementasan, Tari Lengger dibawakan oleh sepasang penari perempuan dan laki-laki. Pemeran laki-laki dalam tarian ini mengenakan topeng yang jumlahnya ada 120 buah, mengikuti instruksi pawang atau penimbal. Jumlah tersebut sama dengan tokoh pewayangan yang ada di Jawa.
9. Dolalak, Tarian Jawa Tengah yang Unik
Dari Purowrejo, kabupaten yang berbatasan langsung dengan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, ada tarian tradisional Dolalak. Sebagian masyarakat juga menyebutnya dengan tarian Angguk.
Penari wanita yang memperagakan tarian ini mengenakan pakaian yang unik. Tidak seperti tarian Jawa lainnya yang mengenakan jarik serta kebaya, penari Dolalak justru kemeja lengan panjang berpadu dengan celana pendek. Umumnya, kostume penari berwarna cerah dan berhiaskan ornamen emas.
Penari Dolalak juga mengenakan sampur atau selendang kuning cerah serta mengenakan kacamata hitam saat tampil.
Gerakan utama dari Dolalak adalah menunduk atau manggut-manggut. Koreografi ini menggambarkan ajaran masyarakat Jawa untuk selalu menghormati orang lain dengan cara menunduk. Tarian ini juga menunjukkan kesopanan terhadap orang yang lebih tua.
10. Gambang
Nama tarian terakhir dari Jawa Tengah adalah Tari Gambang. Tarian ini juga disebut tari Semarangan karena berasal dari Semarang. Ciri khas dari Gambang, yaitu penarinya yang kerap melontarkan lawakan ringan.
Tari Gambang merupakan hasil perpaduan dari dua budaya berbeda, yaitu Jawa dan China atau Tionghoa. Perpaduan ini tercermin pada musik yang mengiri tariannya. Alat musik yang mengiringi seperti kecrek, gong suwuk, kempul, bonang, kendang, hingga tehyan atau kongahyan.
Tarian khas Semarang ini menceritakan tentang kegembiraan 4 orang penari saat mereka berkumpul di malam hari. Mereka digambarkan sedang berdendang dan menari bersama. Itulah kenapa tarian ini juga diselingi dengan candaan ringan karena menggambarkan tentang ‘tongkrongan’.
Gaya dan gerakan dalam tarian ini terlihat bagaikan gelombang air laut jika Anda benar-benar menghayatinya. Unsur gerakannya juga cenderung dinamis, mengalir, dan lugas, layaknya gerakan tarian pesisir lainnya.
Apa yang Membuat Tarian Jawa Tengah Begitu Menarik?
Jawa Tengah mencakup wilayah yang luas dengan budaya berbeda-beda. Kondisi tersebut membuat tarian Jawa Tengah sangat beragam.
Selain kostum, melodi dan irama masing-masing tarian, di dalamnya ada penggambarab kehidupan keraton hingga kegembiraan masyarakat di wilayah pesisir dengan bubuhan filosofi yang menambah unsur seni dan keindahannya.