Biografi KH Hasyim Asy’ari adalah seorang ulama besar yang sangat terkenal di masanya. Jasanya untuk negara ini tidak perlu diragukan, termasuk saat beliau memberikan fatwa jihad fi sabilillah yang kemudian membuat semangat masyarakat Indonesia, khususnya di Surabaya, semakin menggelora demi mempertahankan kedaulatan Indonesia.
Sebenarnya sudah banyak tulisan maupun karya seputar biografi KH Hasyim Asy’ari. Akan tetapi, dari beberapa karya maupun tulisan tersebut, ternyata ada hal menarik yang mungkin bisa digambarkan lewat kata sederhana yaitu, “pesantren”, bahkan menurut Abdurrahman Mas’ud menjelaskan bahwa beliau adalah seorang “Master Plan Pesantren”.
Hal ini karena latar belakang KH Hasyim Asy’ari adalah keluarga santri dan memang hidup di lingkungan pesantren sejak lahir. Beliau juga mendapatkan pendidikan di dunia pesantren sejak kecil sampai beliau menjadi ulama besar dan mendirikan jam’iyah terbesar di dunia yaitu Nahdlatul Ulama.
KH Hasyim Asy’ari menghabiskan hampir seluruh hidupnya demi kemajuan pesantren. Beliau selalu mengajar dan dari beliau banyak ulama-ulama besar Indonesia lahir.
Daftar ISI
- Biografi KH Hasyim Asy’ari, Sang Pendiri NU
- Biografi KH Hasyim Asy’ari tentang Riwayat Pendidikannya
- Biografi KH Hasyim Asy’ari tentang Riwayat Perjuangannya
- Dukungan Tokoh Muhammadiyah Terhadap Berdirinya NU
- Biografi KH Hasyim Asy’ari Dipenjara oleh Jepang
- Selama Penahanan Kyai Hasyim Sampai Bebas
- Biografi KH Hasyim Asy’ari tentang Karyanya
- Biografi KH Hasyim Asy’ari tentang Pemikirannya
- Sudah Lebih Paham dengan Biografi KH Hasyim Asy’ari?
Biografi KH Hasyim Asy’ari, Sang Pendiri NU
KH Hasyim Asy’ari memiliki nama kecil yaitu Muhammad Hasyim. Nama tersebut pemberian orang tuanya. Beliau lahir di Desa Gedang, pada 14 Februari 1871 Masehi atau 24 Dzulqo’dah 1287 H.
Asy’ari adalah nama ayahnya yang asalnya dari Demak. Sementara itu, ibunya bernama Halimah, seorang putri dari Kyai Usman yang menjadi pendiri sekaligus pengasuh PP Gedang pada akhir tahun 119 Masehi.
KH Hasyim Asy’ari menjadi anak ketiga dari 10 bersaudara. Adapun saudara-saudara beliau antara lain Nafi’ah, Ahmad Sholeh, Hassan, Radi’ah, Fatanah, Anis, Maimunah, Maksum, Adnan, dan Nahrawi.
Kyai Hasyim adalah seorang kyai yang masih keturunan dari bangsawan Majapahit serta keturunan “elite” Jawa.
Adapun moyangnya, Kyai Sihah, merupakan pendiri dari Pesantren Tambak Besar yang ada di Jombang. Beliau juga sering memperoleh ilmu agama langsung dari lingkungan beliau yang memang latar belakangnya pesantren.
Sementara itu, ibu beliau merupakan anak pertama dari 5 bersaudara. Nama-nama saudara ibu Kyai Hasyim yaitu Leler, Muhammad, Fadil, serta Nyonya Arif.
Silsilah nasab Kyai Hasyim jika diurutkan, maka beliau masih keturunan dari raja Brawijaya VI yang juga terkenal dengan istilah Lembu Peteng (kakek kesembilan), salah seorang putra raja Brawijaya VI yaitu Jaka Tingkir atau dikenal dengan sebutan Karebet.
Hal tersebut bisa dilihat lewat silsilah beliau di mana Muhammad Hasyim bin Halimah binti Layyinah binti Sihah bin Abdul Jabar bin Ahmad bin Pangeran Sambo bin Pangeran Benawa bin Joko Tingkir bin Prabu Brawijaya VI atau Lembu Peteng.
Di tahun 1892, waktu KH Hasyim Asy’ari masih berusia 21 tahun, beliau menikah dengan putri dari Kyai Ya’kub bernama Khadijah. Setelah beberapa bulan menikah, beliau bersama dengan istri serta mertuanya berangkat ke Makkah untuk melaksanakan haji serta menetap di sana.
Belum genap setahun beliau menetap di sana, istri KH Hasyim Asy’ari melahirkan putra yang kemudian diberi nama Abdullah.
Namun, tidak lama setelah melahirkan, ternyata istri Kyai Hasyim meninggal dunia lalu disusul oleh putranya yang masih berumur 40 hari. Kemudian, KH Hasyim Asy’ari pulang ke tanah air. Di tahun 1892, beliau kembali lagi ke Makkah bersama adiknya yaitu Anis yang juga tak lama setelah sampai sana meninggal dunia.
Waktu itu Kyai Hasyim menetap di Makkah selama 7 tahun. Selama hidupnya, beliau pernah menikah sebanyak 7 kali. Seluruh istrinya merupakan seorang anak kyai sampai pada akhirnya KH Hasyim Asy’ari juga bertemu dengan banyak kyai.
Di antara istri beliau tersebut, ada Khadijah yang merupakan putri Kyai Ya’kub pemilik Pesantren Siwalan. Kemudian ada Nafisah, anak dari Kyai Romli pemilik Pesantren Kemuring dari Kediri.
Lalu Nafiqoh yang merupakan putri Kyai Ilyas, pemilik pesantren Sewulan Madiun. Selanjutnya ada Masruroh yang merupakan putri saudara Kyai Ilyas yang juga menjadi pimpinan di Pesantren Kapurejo, Kediri. Terakhir ada Nyai Priangan dari Makkah.
Dari pernikahannya tersebut, biografi KH Hasyim Asy’ari menunjukkan bahwa beliau mempunyai 15 anak. Adapun anak-anak perempuan Kyai Hasyim yaitu Khairiyah, Hannah, Ummu Abdul Jabar, Aisyah, Masrurah, Ummu Abdul Haq, dan Fatimah.
Sementara itu, anak-anak laki-laki beliau yaitu Abdul Wahid Hasyim, Abdullah, Abdul Hafidz, Abdul Karim, Abdul Khalik Hasyim, Abdul Kadir, Yusuf Hasyim, dan Ya’kub.
KH Hasyim Asy’ari merupakan sosok yang sangat dihormati kawan dan koleganya berkat keilmuan dan akhlak beliau. Bahkan sebagai gambaran tentang bagaimana keilmuan beliau sangat diakui, gurunya KH Hasyim Asy’ari yaitu Kyai Khalil Bangkalan pun menunjukkan rasa hormat serta kekagumannya dengan mengikuti pengajuan KH Hasyim Asy’ari.
Kyai Hasyim memang bukan sekadar dianggap sebagai kyai. Beliau merupakan seorang mufti dan bahkan mendapatkan gelar “Hadratus Syekh” atau dalam arti bahasa Indonesia “Maha Guru”.
Gelar tersebut tentu tidak diberikan secara sembarangan karena untuk mendapatkannya banyak kriteria yang harus dilalui dan semuanya berhasil dilewati oleh KH Hasyim Asy’ari.
Misalnya harus benar-benar hafal tentang hadits di berbagai kitab ahli hadits seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, dan lain-lain. Bukan sekadar hafal teksnya melainkan paham sanad dan matan hadis tersebut. Gelar yang diperoleh Kyai Hasyim semakin membuktikan tingkat keilmuannya yang sudah sangat tinggi.
Kiprah KH Hasyim Asy’ari bukan hanya di dunia pesantren. Beliau juga merupakan sosok kyai yang ikut berjuang mempertahankan kedaulatan negara. Semangatnya tidak pernah surut, bahkan menjelang akhir hidupnya sekali pun.
Salah satu momen yang paling “epic” adalah saat beliau memberikan fatwa sekaligus komando kepada Bung Tomo. Fatwa tersebut adalah tentang Jihad Fi Sabilillah melawan Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia, khususnya Surabaya.
Tentu saja fatwa tersebut langsung disambut oleh Bung Tomo dan masyarakat Surabaya waktu itu. Fatwa yang dikeluarkan KH Hasyim Asy’ari sekaligus semakin membakar semangat para pejuang untuk mempertahankan negaranya dari para penjajah.
Memang Kyai Hasyim memiliki hubungan dekat dengan Bung Tomo. Bahkan Bung Tomo serta Jenderal Soedirman kerap sowan ke Tebuireng lalu meminta nasihat seputar perjuangan untuk mengusir para penjajah.
Biografi KH Hasyim Asy’ari menerangkan bahwa beliau wafat pada 7 Ramadhan 1366 H atau 25 Juli 1947 dikarenakan penyakit hipertensi yang dideritanya.
Selama hidupnya, peran Kyai Hasyim memang sangat penting, khususnya di dunia pendidikan pesantren. Sementara itu, beliau juga seorang pejuang yang dengan gagah berani melawan para penjajah.
Berkat fatwa beliau juga semangat masyarakat Bung Tomo dan rakyat Surabaya semakin bergelora. Pada akhirnya serangan Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia berhasil dikalahkan.
Biografi KH Hasyim Asy’ari tentang Riwayat Pendidikannya
Seperti yang dijelaskan dalam biografi KH Hasyim Asy’ari bahwa beliau memang memiliki latar belakang pendidikan serta kehidupan dari pesantren. Beliau bahkan belajar langsung dari ayah serta kakeknya yaitu Kyai Usman.
Sejak kecil, sosok Hasyim Asy’ari sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa kecerdasan beliau di atas rata-rata. Karena kecerdasannya tersebut, pada umur 13 tahun beliau belajar langsung di bawah bimbingan ayahnya.
Di usia tersebut, beliau mulai mempelajari hal-hal seputar dasar-dasar fiqih, tafsir, tauhid, serta hadist. Bahkan di usianya yang masih sangat muda, KH Hasyim Asy’ari mendapatkan kepercayaan dari ayahnya untuk mengajar para santri di pesantren ayahnya tersebut.
Lalu saat usianya menginjak 15 tahun, KH Hasyim Asy’ari mulai berkelana untuk mendapatkan pengetahuan Islam dari banyak pesantren. Misalnya Pesantren Wonokoyo yang ada di Probolinggo, kemudian ada Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Siwalan di Surabaya, dan Pesantren Kademangan di Bangkalan.
Selama di Bangkalan, Kyai Hasyim belajar tata bahasa Arab, sastra Arab, sufisme, dan fiqih. Beliau belajar langsung di bawah bimbingan Kyai Khalil Bangkalan selama kurang lebih 3 bulan. Sementara itu, di Siwalan beliau lebih berfokus di bidang fiqih kurang lebih 2 tahun di bawah bimbingan Kyai Ya’qub.
Menurut sejarah, KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah) berasal dari guru yang sama. Keduanya sama-sama berangkat ke Makkah untuk melanjutkan perjalanan memperdalam ilmu agamanya.
Awalnya, KH Hasyim Asy’ari belajar ke Syekh Mahfudz dari Termas. Syeikh Mahfudz merupakan seorang ahli hadits di masanya. Bahkan beliau merupakan orang Indonesia pertama yang mendapatkan kepercayaan untuk mengajarkan Shahih Bukhari di Makkah. Lewat beliau juga, KH Hasyim Asy’ari memperoleh ijazah untuk mengajarkan Shahih Bukhari.
Di bawah bimbingan Kyai Mahfudz, Kyai Hasyim juga belajar tarekat Naqsabandiyah dan Qadariyah. Ajaran tersebut didapatkan Kyai Mahfudz dari gurunya yang juga seorang ulama besar Indonesia bernama Syekh Sambas.
Kyai Mahfudz juga menjadi sosok penghubung antara Syekh Nawawi al-Bantani dan Syekh Sambas ke KH Hasyim Asy’ari. Keilmuan Kyai Hasyim pun semakin bertambah karena belajar kepada guru-guru yang keilmuan waktu itu semua orang mengakuinya, termasuk ulama-ulama dari Arab Saudi.
Setelah biografi KH Hasyim Asy’ari mengisahkan bahwa dirinya belajar dari para ulama-ulama besar Nusantara tersebut, beliau akhirnya pulang ke Tanah Jawa. Bahkan beliau menjadi pemimpin dari para kyai-kyai besar yang ada di Jawa.
Hal ini karena keilmuan beliau semakin terkenal di mana-mana dan bahkan kealimannya terkenal sampai ke luar Pulau Jawa.
Biografi KH Hasyim Asy’ari tentang Riwayat Perjuangannya
Kiprah serta perjuangan KH Hasyim Asy’ari sangat banyak di berbagai bidang. Misalnya bidang sosial, politik, dan kemasyarakatan menjadi cerminan dari bagaimana beliau menerapkan ilmu agamanya. Di bidang-bidang inilah, Kyai Hasyim menunjukkan perjuangannya.
Adapun di bidang kemasyarakatan, biografi KH Hasyim Asy’ari menunjukkannya dengan mendirikan organisasi Islam paling besar di seluruh dunia yaitu Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926. Bahkan Kyai Hasyim dinobatkan sebagai Syaikhul Akbar pada perkumpulan ulama-ulama besar di Nusantara.
Berdirinya organisasi NU sebenarnya bertujuan karena waktu itu belum ada organisasi yang dapat mempersatukan ulama-ulama serta mengubah pandangan hidupnya tentang zaman baru karena mayoritas ulama tersebut kurang peduli terhadap kondisi di sekitarnya.
Kebangkitan para ulama yang memakai wadah NU tersebut tak lepas dari peran sosok KH Hasyim Asy’ari. Beliau memiliki pandangan, tanpa adanya persatuan serta kebangkitan para ulama, maka memungkinkan pihak lain untuk mengadu domba antara satu pihak dan pihak lainnya.
Selain itu, berdirinya NU juga memiliki tujuan untuk mempersatukan kekuatan Islam di mana ulama merupakan wadah dalam menjalankan tugasnya bukan sekadar di bidang pesantren serta ritual keagamaan, melainkan terkait ekonomi, sosial, maupun persoalan-persoalan kemasyarakatan.
Melalui organisasi Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asy’ari berusaha untuk mempertahankan kepentingan umat. Namun proses menyatukan ulama dan kekuatan umat Islam memang tidak mudah. Hal ini karena ada saja pihak yang berusaha memanfaatkannya sebagai kepentingan politik yang hanya ingin mencari kedudukan namun mengatasnamakan Islam.
Untuk bidang ekonomi, Kyai Hasyim juga tercatat sebagai sosok yang berperan penting. Perjuangan beliau merupakan cerminan dari sikap hidup Kyai Hasyim sendiri. Meskipun beliau zuhud, akan tetapi beliau sama sekali tidak melupakan dunia.
Menurut sejarah dan biografi KH Hasyim Asy’ari sempat bekerja sebagai petani serta pedagang yang kaya. Apalagi pada zaman itu banyak kyai pesantren yang memang menggantungkan hidupnya dari aktivitas pertanian serta perdagangan dan bukan mengajar.
Perjuangan beliau pada bidang ekonomi tersebut ditunjukkan dengan adanya kerja sama dengan para pelaku ekonomi desa. Adapun kerja sama tersebut disebut “Syirkah Mu’awanah” yang sebenarnya konsepnya hampir sama dengan koperasi.
Akan tetapi, dalam menjalankannya sudah tentu menggunakan prinsip-prinsip syariat Islam. Banyak masyarakat tani yang ikut dalam kerja sama ini karena memang semuanya untung.
Lalu di bidang politik, kiprah KH Hasyim Asy’ari ditandai dengan mendirikan wadah federasi bagi umat Islam Indonesia sehingga lahirlah MAIA atau Majelis Islam A’la Indonesia.
Pada organisasi tersebut banyak menghimpun para partai, organisasi, serta perkumpulan Islam dari beragam aliran. Kemudian lembaga tersebut berganti menjadi Masyumi yang berdiri pada 7 November 1945 yang selanjutnya menjadi partai untuk menyampaikan aspirasi umat Islam.
Perjuangan KH Hasyim Asy’ari dimulai saat memberikan perlawanan terhadap Belanda. Beliau kerap mengeluarkan fatwa yang membuat pemerintah Hindia-Belanda gempar waktu itu. Misalnya waktu beliau memfatwakan haram donor darah yang dilakukan umat Islam sebagai bantuan peperangan Belanda melawan Jepang.
Selama penjajahan Jepang, Kyai Hasyim juga merupakan pemimpin MIAI. Selain itu, beliau juga pelopor dari gerakan para pemuda seperti Sabilillah, Hizbullah, dan Masyumi. Bahkan yang terakhir, Kyai Hasyim merupakan ketua sehingga namanya pun semakin menggema di seluruh Nusantara.
Pada bidang pendidikan, perjuangan biografi KH Hasyim Asy’ari bermula saat mendirikan pesantren Tebuireng di Jombang. Daerah tersebut merupakan wilayah terpencil dan waktu itu terjadi banyak kemaksiatan. Lalu pada 12 Rabi’ul Awal 1317 H atau 3 Agustus 1899 M, beliau secara resmi mendirikan pondok pesantren Tebuireng.
Pada awal berdirinya, jumlah santri di pesantren tersebut sebanyak 28 orang. Lalu seiring berjalannya waktu, pesantren Tebuireng terus berkembang dan bahkan menjadi innovator serta agent social of change umat Islam tradisional di Tanah Jawa.
Pesantren ini juga menjadi tempat penggemblengan para ulama maupun tokoh-tokoh terkenal sekaligus menjadi monumental ilmu pengetahuan serta perjuangan nasional.
Dukungan Tokoh Muhammadiyah Terhadap Berdirinya NU
Seperti yang tertuang di dalam sejarah dan biografi KH Hasyim Asy’ari, beliau dan pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis), belajar di guru yang sama. Beliau berdua berangkat ke Makkah untuk memperdalam ilmu agamanya.
Sepulang ke tanah air, keduanya pun mempunyai prinsip yang sama namun menjalankan misi yang berbeda. KH Ahmad Dahlan lebih cenderung langsung melakukan perjuangan lewat gerakan sehingga beliau mendirikan organisasi Muhammadiyah pada 18 November 1912 di Yogyakarta.
Sementara itu, KH Hasyim Asy’ari lebih berfokus untuk mengarang kitab karena merasa gerakan sudah dijalankan oleh KH Ahmad Dahlan. Keduanya pun saling menghormati satu sama lain.
Akan tetapi, setelah KH Ahmad Dahlan wafat, KH Hasyim Asy’ari sepertinya mulai tergerak untuk mendirikan organisasi juga. Namun organisasi yang didirikan beliau lebih kepada persatuan para ulama sehingga namanya pun Nahdlatul Ulama (NU).
Berdirinya organisasi NU bukan hanya mendapatkan dukungan dari kyai-kyai NU pada waktu itu. Khususnya KH Khalil Bangkalan yang memberikan tasbih kepada Kyai Hasyim sebagai isyarat bahwa beliau memberikan restu untuk mendirikan jam’iyah Nahdlatul Ulama.
Tak lama berselang, muncul kabar bahwa Ibnu Saud ingin “memurnikan” ajaran agama Islam. Beliau concern dengan berbagai tindakan yang dianggap bid’ah.
Bahkan Ibnu Saud mempunyai rencana untuk menghancurkan seluruh peninggalan sejarah Islam yang sudah sejak dulu diziarahi umat Islam. Ibnu Saud menganggap bahwa apa yang dilakukan tersebut merupakan tindakan bid’ah.
Selain itu, Ibnu Saud juga berkeinginan menjadikan mazhab dan pemikiran Salafi-Wahabi menjadi mazhab resmi di negara Arab Saudi. Rencana ini pun langsung menyebar dan mendapatkan banyak respons dari berbagai pihak.
Di Indonesia, ternyata rencana Ibnu Saud mendapat dukungan dari kalangan modernis. Misalnya Muhammadiyah di bawah KH Ahmad Dahlan serta PSII di bawah komando H.O.S Tjokroaminoto.
Akan tetapi, kalangan pesantren yang menjunjung tinggi keberagaman menolak alasan dan keputusan Ibnu Saud. Hal ini berdampak pada dikeluarkannya kalangan pesantren sebagai anggota Kongres Al Islam. Mereka juga tidak diikutsertakan sebagai delegasi di dalam Muktamar ‘Alam Islami atau Kongres Islam Internasional yang diadakan di Makkah.
Dengan didorong semangat agar tercipta kebebasan dalam bermazhab serta rasa kepedulian akan pelestarian warisan peradaban, Kyai Hasyim bersama dengan para pengasuh pesantren yang lain membuat delegasi yang bernama Komite Hijaz. Ketua dari komite tersebut yaitu KH Wahab Hasbullah.
Kyai Wahab datang langsung ke Arab Saudi untuk bertemu dengan Raja Ibnu Saud. Di momen yang hampir bersamaan, muncul tantangan dari banyak pihak di berbagai dunia mengenai rencana Ibnu Saud tersebut.
Tujuan kedatangan KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Hasbullah adalah meminta Sang Raja untuk mengurungkan niatnya. Setelah melalui diskusi panjang dan pertentangan dari berbagai negara Islam, pada akhirnya rencana Ibnu Saud tidak jadi dilakukan alias batal.
Hal ini membuat umat Islam dari seluruh dunia tetap bisa menjalankan ibadah di Makkah sesuai mazhab masing-masing. Termasuk tetap bisa mengunjungi beberapa bukti sejarah peradaban Islam, khususnya di masa Rasulullah dan para Sahabatnya.
Biografi KH Hasyim Asy’ari Dipenjara oleh Jepang
Berbeda dengan Belanda yang cenderung represif pada Islam, Jepang memadukan kebijakan represi serta kooptasi. Ini merupakan upaya demi mendapatkan dukungan dari para pemimpin Islam pada waktu itu. Adapun salah satu perlakukan represif yang dilakukan Jepang yaitu menahan KH Hasyim Asy’ari bersama putra serta kerabatnya.
Penahanan tersebut dilakukan Jepang karena Kyai Hasyim menolak untuk seikerei, sebuah kewajiban berbaris serta membungkukkan badan menuju Tokyo pada setiap pukul 07.00 pagi. Seikerei dilakukan sebagai simbol hormat pada Kaisar Hirohito serta menunjukkan ketaatan pada Amaterasu Omikami atau Dewa Matahari.
Aktivitas tersebut juga menjadi kewajiban bagi masyarakat yang berada di wilayah jajahan Jepang. Akan tetapi, apa yang diperintahkan Jepang tersebut langsung ditolak oleh Kyai Hasyim. Menurut beliau, hanya kepada Allah seseorang wajib menyembah dan bukan manusia.
Selain itu, Kyai Hasyim juga kerap ditahan dengan berpindah-pindah tempat. Beliau pernah ditahan di Jepang, Jombang, Mojokerto, sampai akhirnya ke penjara Bubutan yang ada di Surabaya.
Dikarenakan kesetiaan serta keyakinan terhadap pemikiran KH Hasyim Asy’ari, membuat sejumlah santri beliau meminta untuk ditahan juga. Selama dalam penjara, KH Hasyim Asy’ari mengalami banyak penyiksaan. Bahkan sampai membuat salah satu jari beliau patah dan tak bisa digerakkan.
Selama Penahanan Kyai Hasyim Sampai Bebas
Setelah penahanan Kyai Hasyim, aktivitas belajar mengajar di PP Tebuireng vakum total. Penahanan tersebut juga membuat keluarga beliau tercerai berai. Misalnya istri beliau bernama Nyai Masruroh terpaksa mengungsi ke Pesantren Denanyar yang ada di barat Kota Jombang.
Lalu pada 18 Agustus 1942, pasca 4 bulan penahanan KH Hasyim Asy’ari, akhirnya Jepang membebaskan beliau. Salah satu alasannya karena banyak protes yang dilayangkan oleh banyak kyai serta santri.
Bukan hanya itu, pembebasan KH Hasyim Asy’ari juga merupakan usaha dari Kyai Wahab Hasbullah serta Kyai Wahid Hasyim yang pada waktu itu menghubungi para pembesar Jepang, khususnya Saiko Shikikan di Jakarta.
Kemudian di tanggal 22 Oktober 1945, saat tentara Netherland Indies Civil Administration atau NICA yang dibentuk pemerintah Belanda membonceng pasukan sekutu pimpinan Inggris, mereka berusaha untuk melakukan agresi ke Jawa (Surabaya) dengan maksud ingin mengurus tawanan Jepang. Kyai Hasyim pun bersama santrinya menyeru untuk melakukan Resolusi Jihad melawan pasukan NICA dan Inggris tersebut.
Biografi KH Hasyim Asy’ari tentang Karyanya
Keilmuan dan kealiman KH Hasyim Asy’ari yang diperoleh selama berkelana mencari ilmu ke banyak tempat membuat beliau mampu menulis banyak kitab. Beliau memang terkenal sebagai seorang kyai yang rajin menulis.
Banyak kitab karangan KH. Hasyim Asy’ari dalam bahasa Arab, khususnya di bidang fiqih, hadits, dan tasawuf. Bahkan karya beliau pun masih diajarkan di pesantren-pesantren hingga sekarang.
Berikut beberapa kitab karya KH Hasyim Asy’ari:
- Adabul ‘Alim wal Muta’allim. Kitab ini menjelaskan seputar etika seorang murid yang sedang menuntut ilmu serta etika guru ketika menyampaikan ilmu. Kitab tersebut adalah adaptasi dari Tadzkirah al-Sami’ wa al-Mutakallim karya dari Ibnu Jama’ah al-Kinani.
- Risalah Ahlu al-Sunnah Wa al-Jama’ah (kitab lengkap). Kitab ini membahas tentang berbagai topik seputar hari pembalasan, kematian, sunnah, bid’ah, aliran-aliran menyimpang di Jawa, dan lain-lain.
- At-Tibyan Fi Nahyi ‘An Muqatha’ati Al-Arkam wa Al-‘Aqarib Wa Al-Ikhwan. Kitab ini isinya mengenai pentingnya menjaga hubungan silaturrahim serta larangan bagi yang memutuskannya. Pada wilayah sosial serta politik, kitab tersebut menjadi sebuah bentuk kepedulian beliau dalam urusan Ukhuwah Islamiyah.
- Muqaddimah al-Qanun al-Asasi li jam’iyyah Nahdlatul Ulama’. Kitab tersebut seputar pemikiran dasar NU. Di dalamnya terdapat banyak ayat Al-Qur’an, hadist, serta berbagai pesan penting yang menjadi landasan berdirinya NU.
- Risalah Fi Ta’kid al-Akhdzi bi Mazhab al-A’immah al-Arba’ah. Karya beliau ini seputar pentingnya berpedoman pada empat mazhab.
- Mawai’idz. Kitab ini berisi nasihat tentang menyelesaikan masalah di tengah umat yang terjadi akibat hilangnya kebersamaan di dalam membangun peradaban.
- Arba’ina Haditsan Tata’allaqu bi Mabadi’i Jamiyyah Nahdlati al-Ulama’i. Terdapat 40 hadits di dalamnya mengenai pesan seputar ketakwaan serta kebersamaan dalam hidup. Kitab ini menjadi fondasi kuat untuk umat di dalam mengarungi kehidupan.
- An-Nur Al-Mubin Fi Mahabbati Sayyid Al-Mursalin. Kitab ini menjelaskan arti cinta Rasul dengan mengikuti serta menghidupkan sunnahnya. Kitab tersebut diterjemahkan Khoiron Nahdhiyin yang berjudul Cinta Rasul Utama.
- Ziyadah Ta’liqat. Kitab ini isinya mengenai penjelasan maupun jawaban terhadap kritikan Kyai Abdullah bin Yasin Al-Fasuruwani yang pada waktu itu mempertanyakan pendapat Kyai Hasyim yang membolehkan, bahkan menganjurkan perempuan agar mengenyam pendidikan. Pendapat Kyai Hasyim banyak yang setuju dan ada juga yang mengkritik termasuk Kyai Abdullah.
- Al-Tanbihat Al-Wajibah Liman Yashna’ Al-Maulid bi Al-Munkarat. Kitab ini isinya nasihat penting untuk orang-orang yang ingin merayakan kelahiran Nabi Muhammad melalui cara-cara yang tidak diperbolehkan agama.
- Dhou’ul Misbah fi Bayani Ahkam al-Nikah, kitab yang berisi hal-hal seputar pernikahan, seperti syarat rukun, aspek hukum, sampai hak-hak di dalam pernikahan.
- Risalah bi al-Jasus fi Ahkam al-Nuqus, menjelaskan permasalahan hukum tentang memukul kentongan di waktu masuk waktu untuk shalat.
- Risalah Jami’atul Maqashid, kitab seputar dasar-dasar ushul ahkam dan aqidah Islamiyyah untuk orang mukallaf demi mencapai jalan tasawuf serta derajat wusul ila Allah.
- Al-Manasik al-shughra li qashid Ummu al-Qura. Kitab ini menjelaskan permasalahan haji serta umrah.
Selain itu, masih terdapat beberapa kitab karangan Kyai Hasyim dalam bentuk manuskrip serta belum diterbitkan, seperti:
- Hasyiyat ala Fath al-Rahman bi Syarh Risalat al-Wali Ruslan li Syaikh al-Islam Zakariyya al al Anshari.
- Al-Durar Al Munqatirah Fi Al-Masa’il Tis’a ‘Asyara.
- Al-Risalat al- Tauhidiyyah, al-Qalaid fi Bayan ma Yajib min al Aqaid, al Risalat al-Jama’ah, Tamyuz al-Haqq min al-Bathil.
Biografi KH Hasyim Asy’ari tentang Pemikirannya
Sebagai seorang intelektual, beliau sudah banyak menyumbangkan hal dan terlihat melalui beberapa pemikiran beliau.
1. Teologi
Di bidang ini, beliau mengatakan setidaknya terdapat tiga tingkatan dalam mengartikan Tuhan (tauhid). Untuk tingkatan pertama yaitu pujian pada keesaan Tuhan dan ini dimiliki orang awam. Kemudian ada tingkatan kedua yaitu pengetahuan serta pengertian seputar keesaan Tuhan seperti yang dimiliki ulama.
Lalu ada tingkatan ketiga yaitu tumbuh dari perasaan paling dalam seputar hakim agama. Hal tersebut dimiliki para Sufi.
2. Ahlussunah wal Jama’ah
KH Hasyim Asy’ari setuju dengan doktrin tersebut karena memang sejalan dengan tujuan organisasi NU, khususnya berkenaan dengan membangun hubungan berbagai ulama di Indonesia.
Aqidah Ahlussunah wal Jama’ah yaitu mengikuti salah satu dari 4 mazhab serta menjaga kurikulum pesantren sehingga sesuai prinsip-prinsip Ahlussunah wal Jama’ah. Artinya harus sesuai ajaran Nabi Muhammad serta perkataan ulama.
3. Tasawuf
Di bidang tasawuf, pemikiran KH Hasyim Asy’ari bertujuan untuk memperbaiki perilaku muslimin secara umum agar sesuai prinsip-prinsip agama Islam. Dalam berbagai hal, banyak pemikiran KH Hasyim Asy’ari dipengaruhi pemikiran imam Al-Ghazali.
4. Fiqih
KH Hasyim Asy’ari juga merupakan kyai yang alim allamah di bidang fiqih. Dalam fiqih, beliau mengikuti ajaran dari keempat mazhab yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, serta Hambali. Dalam pengambilan hukum juga harus berdasarkan salah satu dari keempat mazhab tersebut.
5. Politik
Di bidang politik, KH Hasyim Asy’ari mengajak semua umat Islam agar sama-sama membangun serta menjaga persatuan. Menurut beliau, fondasi politik di dalam pemerintahan Islam mempunyai 3 tujuan:
- Memberi persamaan untuk setiap muslim.
- Memberi pelayanan untuk kepentingan rakyat lewat perundingan.
- Menjaga keadilan.
Sudah Lebih Paham dengan Biografi KH Hasyim Asy’ari?
Sekian informasi seputar biografi KH Hasyim Asy’ari. Berdasarkan penjelasan di atas menunjukkan bahwa beliau merupakan sosok kyai yang keilmuannya sangat tinggi. Sejak kecil beliau tinggal di lingkungan pesantren dan orang tuanya pun juga merupakan seorang kyai besar dan anak kyai.
Peran KH Hasyim Asy’ari bukan hanya di bidang keagamaan melainkan beliau juga berperan aktif di bidang politik dan ekonomi. Bahkan saat masa penjajahan Belanda dan Jepang pun perjuangan beliau abadi dalam sejarah.
Salah satu yang terkenal adalah fatwa Resolusi Jihad dari KH. Hasyim Asy’ari untuk melawan Belanda. Lewat fatwa tersebut masyarakat Surabaya semangatnya semakin berapi-api sehingga mampu mengusir Belanda dan sekutunya.