Sebagai makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan orang lain di tengah masyarakat, pasti membutuhkan peraturan atau norma sebagai alat pengendalian sosial. Hal tersebut berfungsi sebagai batasan perilaku yang dapat menjadi pedoman untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Mari simak selengkapnya di sini!
Daftar ISI
Pengertian Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial merupakan sebuah mekanisme untuk mengatur dan mengarahkan perilaku masyarakat agar sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku dalam suatu kelompok atau lingkungan.
Ada beberapa pendapat para ahli yang bisa menjadi rujukan untuk memahami istilah ini, seperti Joseph S. Roucek. Menurutnya, kontrol sosial adalah istilah kolektif yang berpegang kepada proses yang telah dirancang sebelumnya.
Sedangkan definisi menurut ahli sosiologi Peter L. Berger, pengendalian merupakan berbagai cara yang masyarakat lakukan dan bertujuan untuk menertibkan serta menegakkan aturan jika ada yang membangkang.
Kontrol sosial ini dilakukan dari lingkaran terdekat seperti keluarga dan berlaku juga pada lingkup pendidikan, agama, serta negara. Dalam prosesnya, ada dua pendekatan yang terjadi, yaitu formal dan informal.
Pendekatan formal terlihat dalam lembaga yang berwenang. Seperti lembaga keamanan dan hukum yang memiliki peraturan tertulis atau undang-undang. Sehingga jelas setiap pelanggarannya dan bisa mengenakan sanksi. Sedangkan, pendekatan informal ada pada masyarakat yang memiliki nilai adat, norma, dan pola kebiasaan.
Kontrol sosial juga terbagi menjadi dua macam. Pertama ada pengendalian positif berupa pemberian penghargaan atau pujian terhadap tindakan yang sesuai dan tertib norma. Sedangkan yang kedua adalah dengan memberikan hukuman atau sanksi pada perilaku yang melewati batas dan melanggar norma dan aturan yang berlaku.
Klasifikasi Pengendalian Sosial
Karena memiliki cakupan yang cukup luas, kategori kontrol sosial terbagi menjadi dua klasifikasi untuk memudahkan kamu pemahamannya. Berikut uraiannya:
1. Klasifikasi Berdasarkan Sifatnya
Jika melihat dari sifatnya, pengendalian sosial terbagi lagi menjadi tiga macam, ada preventif, represif, dan kurasif/kuratif. Berikut penjelasannya:
a. Preventif
Merupakan upaya yang dirancang sebelum pelanggaran terjadi, bertujuan untuk meminimalisir adanya penyimpangan. Pengendaliannya sendiri dapat berupa nasihat, saran, masukan, anjuran, perintah, atau bahkan larangan.
b. Represif
Pengambilan sebuah tindakan saat pelanggaran sedang terjadi. Hal tersebut bertujuan untuk mengkondisikan dan memulihkan keadaan seperti semula. Pengendalian ini berupa sanksi yang sepadan dengan tingkatan pelanggaran yang terjadi.
c. Kuratif atau Kurasi
Keputusan yang diambil sebagai wujud pengendalian dalam tindakan penyimpangan sosial. Ini terkait dengan proses penyadaran pada pelaku untuk bisa mengakui dan menyadari tindakannya. Hal tersebut juga harus beriringan dengan komitmen untuk tidak mengulangi hal serupa.
2. Klasifikasi Berdasarkan Caranya
Pengendalian sosial berdasarkan caranya terbagi menjadi dua, yaitu persuasif dan koersif. Berikut uraiannya:
a. Persuasif
Dalam pengendalian persuasif menekankan pada upaya mengajak atau mengedukasi. Contoh sederhananya adalah mengajak berdialog seorang anak yang mencuri. Ini bertujuan untuk mengetahui alasannya agar memudahkan dalam memberi pengertian.
Adanya pendekatan secara personal tersebut biasanya lebih mudah diterima dan pelaku bisa lebih terbuka untuk mengakui kesalahannya.
b. Koersif
Kontrol sosial koersif memiliki penerapan upaya yang berbeda. Pengendalian ini lebih condong pada tindakan fisik, bisa dengan kekerasan atau paksaan. Cara ini masih berlaku dalam masyarakat yang memiliki keadaan dengan dinamika berubah-ubah.
Namun, koersif sebenarnya sangat berbahaya karena melibatkan kekerasan yang bisa menimbulkan respon trauma atau luka secara fisik. Pengendalian koersif juga terbagi lagi menjadi 2 jenis, yaitu pervasi dan kompulsi.
Kompulsi atau paksaan merupakan suatu keadaan yang diciptakan untuk menekan seseorang untuk mengikuti dan menaati peraturan dan norma. Jadi, secara tidak langsung menciptakan kepatuhan pada pelaku.
Sedanngkan pervasi adalah cara mengenalkan atau menanamkan norma secara berulang-ulang kepada seseorang secara sadar. Hal tersebut akhirnya dapat mengubah sikap dan pandangannya tentang suatu peraturan.Â
Baca Juga : Contoh Kelompok Sosial: Pengertian & Ciri-Cirinya
Tujuan Pengendalian Sosial
Berbagai macam tindakan, terutama dalam lingkup masyarakat pasti memiliki tujuan baik yang ingin dibangun. Sama seperti dalam pengendalian sosial yang tidak serta merta hanya membuat peraturan. Inilah beberapa tujuannya:
1. Menjaga Ketertiban Sosial
Adanya kontrol sosial bertujuan untuk menciptakan ketertiban dan kedamaian dalam lingkup masyarakat. Apabila setiap anggota taat pada norma dan peraturan yang ada, tentu lingkungan bisa terpelihara ketertibannya.
2. Mencegah Adanya Penyimpangan
Lewat kontrol sosial, seseorang atau kelompok bisa mulai memikirkan dampak dan bahaya ketika melakukan tindakan penyimpangan. Tentu saja, hal ini akan berperan untuk meminimalisir terjadinya hal-hal yang merugikan.
Kontrol sosial yang mengatur konsekuensi dalam setiap tindakan masyarakat akan sangat berperan penting dalam terciptanya lingkungan yang aman dan dinamika masyarakat yang seimbang.
3. Terciptanya Kenyamanan dalam Masyarakat
Pengendalian sosial dapat bertujuan untuk menciptakan keharmonisan dan kenyamanan dalam lingkungan. Adanya peraturan berpotensi menciptakan keadaan tenang dan tentram dalam masyarakat. Tentu ini bisa terjadi apabila kontrol sosial benar-benar anggota masyarakat lakukan.
4. Pelaku Penyimpangan Mematuhi Aturan yang Berlaku
Adanya kontrol sosial dalam lingkup masyarakat memiliki tujuan agar setiap anggotanya mampu untuk menjalankan dan menaati nilai-nilai serta norma yang ada. Baik tertulis maupun tidak.
Hal tersebut juga berlaku untuk para pelaku penyimpangan. Harapannya, mereka bisa lebih sadar dan peka bahwa kehidupannya sebagai makhluk sosial dibatasi dengan adanya peraturan. Tentu saja, ini bisa terjadi secara paksa atau memang sudah ada kesadaran dalam dirinya sendiri tentang kesalahan yang sudah mereka perbuat.
Fungsi Pengendalian Sosial
Bukan hanya bertujuan untuk menertibkan anggota masyarakat, kontrol sosial juga memiliki beberapa fungsi yang bisa kamu pahami selama prosesnya. Apa saja? Berikut di antaranya:
1. Menguatkan Keyakinan akan Nilai yang Ada
Ketika menanamkan dan menguatkan keyakinan terhadap nilai dan norma yang berlaku. Maka, hal tersebut dapat memengaruhi keberlangsungan tatanan sosial yang ada di masyarakat secara langsung Cara untuk memperkuat keyakinan tersebut bisa melalui sekolah, keluarga, atau pengaruh dari lingkungan sosial.
2. Menumbuhkan Rasa Malu dalam Diri
Ketika peraturan sudah ditetapkan, kemudian seseorang melakukan pelaku pelanggaran sadar akan perbuatannya. Maka, akan timbul rasa malu dan tidak percaya diri karena sudah melakukan kesalahan.
Selain itu, komentar dan kritik masyarakat juga harus pelaku terima. Sebab, komentar negatif akan membuatnya berpikir berulang kali untuk melakukan hal yang sama. Intinya, ini akan menimbulkan efek jera.
3. Mengapresiasi Ketertiban Masyarakat
Fungsi kedua pengendalian sosial adalah memberikan apresiasi dan penghargaan atas komitmen masing-masing pihak dalam mematuhi peraturan dan norma sosial yang berlaku. Penghargaan ini bisa dalam bentuk pujian, penghormatan, atau memberikan hadiah kepada anggota masyarakat.
Apresiasi ini menjadi wujud dukungan dan terima kasih, serta bisa menjadi contoh positif. Hal tersebut juga bisa berdampak positif karena masyarakat bisa melihat standar kedisiplinan pada aturan yang ada sehingga mampu memberikan efek baik bagi lingkungan.
4. Terciptanya Sistem Hukum di Masyarakat
Pengendalian juga berfungsi sebagai pembentukan sistem dan peraturan yang ada dalam masyarakat. Agar dapat mencapai tujuan dan kesepakatan bersama pada lingkungan, nilai-nilai yang dapat menjadi pedoman untuk mengatur setiap anggota di dalamnya sangat penting.
Lewat sistem hukum yang berisi tentang peraturan dan risiko yang bisa pelaku penyimpangan terima, maka akan meningkatkan kesadaran akan adanya imbalan atas perbuatan buruknya.
5. Menumbuhkan Rasa Takut dan Batasan Perilaku
Ketika seseorang memiliki rasa takut untuk mengambil tindakan karena tidak siap akan risiko yang bisa terjadi. Maka, secara tidak langsung kesadarannya untuk membatasi diri dari hal-hal tersebut sudah meningkat.
Adanya rasa khawatir akan dampak atau efek yang akan muncul nantinya akan membuat seseorang berusaha berlaku sebaik mungkin. Mereka akan cenderung memilih menaati peraturan yang ada agar terhindar dari hal yang merugikan diri sendiri atau orang lain.Â
Baca Juga : Kegiatan Sosial: Pengertian, Ciri-ciri, Manfaat, dan Contohnya
Sudah Memahami Apa itu Pengendalian Sosial?
Ternyata, peraturan dan norma yang berlaku memiliki peran yang sangat penting untuk menata kehidupan secara berkelanjutan. Bukan hanya melindungi diri dari penyimpangan, pengendalian sosial ada untuk menciptakan kenyamanan untuk lingkungan sekitar.
Nah, untuk tetap menjaga perilaku dan sikap di tengah masyarakat, kamu bisa mulai dari diri sendiri dengan memperhatikan norma sosial yang berlaku di lingkungan. Coba memulai dengan hal-hal positif dan mengakrabkan diri pada orang-orang sekitar untuk membantu meminimalisir penyimpangan sosial. Semoga bermanfaat!