Apa itu Defisit? Pengertian, Jenis, Faktor, Dampak & Cara Mengatasinya

Jika Anda terjun dalam dunia keuangan, tentunya Anda sudah paham apa itu defisit. Istilah inikerap dihubungkan dengan kondisi keuangan lembaga, perusahaan, atau negara. Kondisi ini juga merupakan momok yang harus dihindari setiap saat. Untuk lebih memahami istilah ini, berikut pembahasan selengkapnya.

Pengertian 

Defisit merupakan kondisi kurangnya kas keuangan baik kas perusahaan maupun anggaran belanja negara. Dalam pengertian yang lain, istilah defisit kerap disamakan dengan rugi. Sementara lawan katanya yaitu surplus. 

Negara atau perusahaan yang mengalami defisit biasanya karena melakukan belanja melebihi kemampuan yang dimiliki. Kondisi tersebut harus segera diatasi karena berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang lambat.

Jenis-Jenisnya

Terdapat dua jenis kondisi minus keuangan yaitu defisit anggaran serta perdagangan. Berikut penjelasannya.

1. Defisit Anggaran

Kondisi kekurangan anggaran ini terjadi saat pengeluaran negara lebih besar dibandingkan pendapatannya. Istilah ini umumnya dikaitkan dengan pengeluaran pemerintah daripada individu atau bisnis. Minus anggaran tersebut harus dibayarkan melalui utang nasional.

2. Defisit Perdagangan

Kondisi ini terjadi saat nilai impor negara lebih tinggi dari nilai ekspornya. Akibatnya, utang negara menjadi lebih banyak pada negara lain. Defisit perdagangan juga mengakibatkan penurunan nilai mata uang dari negara peminjam serta pengurangan lapangan kerja.

Faktor yang Menyebabkannya

Defisit memang bukan hanya terjadi pada bisnis namun juga terjadi pada keuangan negara, khususnya negara-negara berkembang. Beberapa faktor yang mengakibatkan terjadinya minus keuangan tersebut.

1. Pembiayaan Pembangunan

Sebagai negara berkembang, perlu investasi besar dalam membiayai pembangunan. Tujuan pembangunan tersebut agar pertumbuhan ekonomi menjadi lebih cepat serta menjamin kesejahteraan masyarakat.

Beberapa pembangunan yang menjadi prioritas antara lain:

  • Pembangunan infrastruktur nasional.
  • Pembangunan sarana dan prasarana keamanan dan pertahanan.
  • Pembangunan sarana pengadilan serta lembaga pemasyarakatan.
  • Program transmigrasi serta pembangunan daerah.
  • Pembangunan pada bidang sosial seperti pendidikan dan kesehatan.
  • Program penanganan serta pengentasan kemiskinan (P3DT dan PPK).

2. Daya Beli Masyarakat yang Rendah

Defisit juga bisa terjadi karena daya beli masyarakat yang rendah terhadap barang/jasa. Misalnya mengenai sembako, transportasi, sarana pendidikan, BBM, listrik, dan sebagainya. 

Rendahnya daya beli tersebut mendorong pemerintah untuk memberikan subsidi pada berbagai kebutuhan. Tujuannya agar masyarakat yang memiliki penghasilan rendah tetap mampu membelinya. Untuk kondisi jangka panjang, pemberian subsidi semacam ini mendorong negara mengalami minus keuangan karena pengeluaran yang besar.

3. Nilai Tukar Mata Uang yang Melemah

Negara berkembang kerap melakukan pinjaman ke luar negeri demi membiayai kebutuhan pembangunan. Kemudian, setiap kali ada perubahan terhadap mata uang asing, dampaknya akan dialami oleh negara berkembang. 

Ini karena perhitungan pinjaman dana luar negeri tersebut berdasarkan pada valuta asing. Sementara perhitungan pembayaran utang berdasarkan pada mata uang negara yang memberikan pinjaman. Jadi, saat terjadinya depresi mata uang dari negara peminjam, utang luar negeri pun akan meningkat.

4. Realisasi Penerimaan Negara yang Tidak Mencapai Target

Setiap kali penyusunan APBN, sudah tentu pemerintah menyiapkan rencana mengenai sumber keuangan negara. Akan tetapi, tidak jarang penerapan di lapangan belum mampu mencapai target sehingga tidak sedikit program yang terbengkalai.

Selain itu, pemotongan budget juga kerap dilakukan di beberapa program karena penerimaan negara yang tidak memenuhi target. Akibatnya, banyak program yang tidak berjalan tidak maksimal. Sementara itu, pemerintah harus menutup kekurangan yang terjadi sehingga berpengaruh terhadap proses penyusunan APBN.

5. Pengeluaran Ketika Inflasi

Ketika penyusunan APBN pada awal tahun, umumnya pemerintah akan menggunakan standar harga sesuai yang sudah ditetapkan. Akan tetapi, harga bisa mengalami perubahan dan setiap tahun mengalami peningkatan akibat inflasi.

Apalagi ketika inflasi tidak diprediksi sebelumnya, maka beban biaya terhadap berbagai program pemerintah pun akan meningkat. Sementara itu, anggaran yang disiapkan tidak bisa berubah karena telah ditetapkan. Alhasil, APBN mengalami revisi serta pemerintah perlu mengeluarkan dana lebih besar.

Dampak Terjadinya Defisit terhadap Perekonomian 

Jika diibaratkan, defisit merupakan penyakit kanker yang berpengaruh terhadap seluruh tubuh. Banyak variabel makro yang terdampak karena penyakit ini, di antaranya:

1. Tingkat Suku Bunga

Salah satu indikasi adanya minus keuangan yaitu kurangnya pembiayaan pengeluaran. Kondisi ini terjadi karena kurangnya penerimaan dari sisi pajak. Maka dari itu, pemerintah memerlukan modal tambahan agar kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.

Artinya, permintaan terhadap uang pun akan meningkat. Alhasil, tingkat suku bunga akan mengalami peningkatan.

2. Tingkat Inflasi

Defisit anggaran mengindikasikan bahwa anggaran negara cenderung ekspansif. Itu artinya, akan ada kenaikan terhadap harga secara umum alias inflasi. Kondisi ini bisa saja terjadi karena pengeluaran untuk biaya proyek, khususnya yang berjangka lama, masih belum memberikan hasil sesuai yang diperkirakan.

Di sisi lain pemerintah sudah harus mengeluarkan biaya tambahan seperti upah buruh. Ini dilakukan karena output yang dihasilkan masih belum memenuhi ekspektasi sehingga mendorong adanya inflasi.

3. Pengangguran

Ketika investasi menurun, maka akan berdampak pada penurunan kesempatan masyarakat untuk memperoleh pekerjaan. Hal ini karena banyak proyek pembangunan sangat tergantung terhadap investasi. 

Jika hal semacam ini terjadi, banyak proyek yang tidak bisa dilanjutkan alias mangkrak. Akibatnya, risiko PHK pun akan semakin meningkat yang berdampak pada bertambahnya tingkat pengangguran. 

Bukan sekadar berpengaruh terhadap negara serta masyarakat, adanya penurunan tingkat investasi juga berdampak terhadap dunia bisnis. Pasalnya, tidak sedikit perusahaan yang bergantung pada investasi sehingga roda bisnisnya tetap berjalan. 

Cara Mengatasi Defisit Anggaran

Sebenarnya kondisi kekurangan anggaran ini bisa dihindari. Namun ini semua tergantung individu, kelompok, atau negara dalam menyikapi kondisi keuangannya. Dalam dunia bisnis, sangat penting untuk menghindari masalah ini karena akan menjadi sebuah permasalahan yang sangat vital.

Berikut beberapa langkah untuk mengatasi minus keuangan yang dapat diterapkan:

1. Kurangi Pengeluaran

Cara termudah untuk terhindar dari kondisi minus ini yaitu membatasi pengeluaran. Hal tersebut memang terlihat cukup berat, apalagi jika merasa masih banyak kebutuhan yang harus dibeli dan dicukupi. Akan tetapi, jika mempunyai tekad yang kuat serta konsisten, perlahan risiko defisit mampu diturunkan.

Contoh sederhana yaitu mengurangi untuk tidak membeli barang atau produk yang kurang Anda butuhkan. Akan lebih baik Anda membeli produk yang mempunyai nilai guna atau nilai investasi yang tinggi. 

Untuk bisnis, lebih baik mengurangi pengeluaran dengan cara menghemat biaya pengiriman, biaya listrik, dan lain-lain. Namun semua itu perlu Anda lakukan tanpa mengorbankan kualitas barang/jasa yang Anda produksi sehingga pelanggan tidak merasa kecewa.

2. Meningkatkan Pemasukan

Cara yang kedua yaitu meningkatkan pemasukan. Banyak cara yang dapat Anda lakukan agar pemasukan bertambah dari sebelumnya. Misalnya dengan mencari tambahan penghasilan melalui bisnis sampingan.

Tidak kalah penting, Anda juga harus selalu berinovasi baik pada produk barang maupun jasa pelayanan. Ketika pemasukan semakin bertambah, maka minus keuangan pun dapat dihindari.

3. Rutin Memantau Anggaran

Apakah Anda jarang mengecek pengeluaran sehari-hari atau bulanan? Sebaiknya Anda menghindari hal tersebut mulai sekarang. Bisa saja karena seringnya tidak mencatat pengeluaran, khawatirnya dapat menjadi faktor adanya kelebihan pengeluaran terhadap bisnis yang Anda jalankan.

Untuk itu, biasakan diri untuk mencatat pengeluaran meskipun nominalnya terbilang kecil. Dengan cara ini, Anda bisa tahu apa saja pengeluaran-pengeluaran yang sudah dilakukan. 

Apalagi sekarang sudah banyak aplikasi yang tersedia untuk melakukan pencatatan pengeluaran. Dengan begitu, semua pengeluaran akan tercatat serta tersimpan otomatis. Anda juga akan lebih mudah ketika ingin menelusuri dan melihat catatan harian atau bulanan.

4. Mempunyai Dana Darurat

Cara lain yang dapat Anda terapkan agar terhindar dari masalah defisit yaitu dengan memiliki dana darurat. Sebenarnya kesadaran masyarakat umum akan dana darurat bisa dikatakan kurang, meskipun cukup banyak juga yang telah menerapkannya.

Memiliki dana darurat sangat penting, terutama untuk mengatasi kebutuhan mendadak yang tidak ada dalam rencana Anda. Untuk mempersiapkan dana darurat juga mudah. Anda tidak harus menyiapkan dana tersebut dalam jumlah besar dan sekali waktu.

Mulailah untuk menyisihkan setidaknya 10% dari pendapatan. Jika perlu, simpan dana tersebut pada rekening terpisah sehingga tidak tercampur dengan dana pendapatan secara keseluruhan.

5. Mengurangi Subsidi

Cara berikutnya agar terhindar dari kondisi minus keuangan yaitu dengan mengurangi subsidi. Umumnya subsidi dari pemerintah diperuntukkan untuk listrik, BBM, dan lain-lain. Dengan mengurangi pengeluaran terhadap subsidi yang nilainya terlampau besar, kondisi kekurangan anggaran akan mampu dihindari.

Cara Terhindar dari Defisit Anggaran Negara

Agar terhindar dari kondisi tersebut, pemerintah perlu meningkatkan pendapatannya dengan cara menaikkan pajak maupun meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 

Memang keputusan pertama cenderung rumit serta memberatkan. Akan banyak masyarakat yang protes karena pajak yang semakin meningkat. Namun jika tidak dilakukan, berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi negara. 

Di sisi lain, meningkatkan pertumbuhan ekonomi juga tidak mudah. Apalagi Indonesia termasuk salah satu negara yang terkena dampak Covid-19 yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi melambat. Namun perlahan kondisi perekonomian Indonesia sudah semakin baik dan cenderung menunjukkan tren positif.

Kesimpulan

Sekian pembahasan seputar defisit beserta faktor yang menyebabkannya. Jadi, defisit memang benar-benar menjadi kondisi yang harus dihindari karena dampak yang ditimbulkan sangat besar. Dengan menerapkan beberapa solusi di atas, setidaknya kondisi minus keuangan mampu ditekan atau bahkan dihindari.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page