Akulturasi (Perpaduan Kebudayaan)-Faktor Penyebab, Jenis, Bentuk, Contoh, & Dampaknya

Berbicara budaya, Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Sebab, Indonesia mempunyai banyak suku yang memiliki kebudayaan masing-masing. Pada zaman dulu, banyak negara asing yang masuk ke Indonesia, baik melalui penjajahan atau perdagangan, sehingga menghasilkan akulturasi budaya.

Akulturasi merupakan perpaduan dua budaya yang menghasilkan budaya baru. Alhasil, fenomena ini semakin menambah keragaman budaya yang ada di Indonesia. Hasil dari perpaduan budaya ini antara lain makanan khas, tarian, musik, arsitektur, dan masih banyak lainnya.

Jika kamu ingin mendalami tentang pembahasan ini, maka pastikan untuk terus mengikuti ulasan berikut supaya kamu mendapatkan informasi dan pemahaman secara menyeluruh. 

Apa itu Akulturasi?

Acculturate merupakan Bahasa Latin yang menjadi asal usul akulturasi. Kata acculturate mempunyai arti berkembang dan tumbuh bersama. Pertumbuhan dan perkembangan ini bermula dari individu yang terus bergerak, lalu kemudian memengaruhi suatu kelompok.

Pengertian akulturasi yaitu pertemuan antar dua budaya yang berbeda. Selanjutnya, kedua budaya tersebut menyatu dengan cara yang damai dan serasi, sehingga lahirlah budaya baru. Poin menarik dari peleburan dua budaya ini yaitu tidak menghilangkan unsur lama pada kedua budaya tersebut. 

Meskipun menghasilkan budaya baru, namun fenomena perpaduan dua budaya ini tetap tidak menghilangkan budaya asli. Peleburan budaya ini umum terjadi dalam kehidupan bermasyarakat dari penduduk pendatang dengan penduduk daerah lain.

Apa Saja Faktor Penyebab Akulturasi?

Setelah membaca pengertian perpaduan budaya diatas, kamu juga perlu mengetahui beberapa faktor pendorongnya. Terdapat dua faktor yang mendorong terjadinya perpaduan budaya, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Silakan simak ulasannya sebagai berikut:

1. Faktor Internal

Ada 5 faktor internal yang mendorong terjadinya fenomena perpaduan budaya. Kelima faktor tersebut adalah sebagai berikut, beserta dengan pemaparannya:

1. Toleransi Terhadap Budaya Lain

Toleransi yang tinggi merupakan bagian penting dari proses perpaduan budaya di masyarakat. Kedua budaya tidak akan bisa tumbuh dan berkembang bersama tanpa adanya toleransi yang baik antar individu maupun kelompok. 

Sikap toleran inilah yang membuat masyarakat lebih terbuka dengan perubahan yang terjadi, sebab mereka tidak akan kehilangan jati diri masing-masing. Meskipun perpaduan budaya menghasilkan budaya baru, namun mereka masih memiliki akar budaya masing-masing yang cukup kuat. 

2. Pendidikan yang Maju

Kualitas pendidikan juga menjadi faktor pendorong terjadinya perpaduan budaya. Semakin tinggi dan maju kualitas pendidikan di masyarakat, maka akan semakin terbuka pula pemikiran masyarakat tersebut. Hal ini lantaran mereka memiliki wawasan yang luas, sehingga bisa lebih luwes dengan munculnya budaya baru.

Masyarakat dengan tingkat pendidikan maju akan lebih memahami dampak sosial dari adanya masuknya budaya baru maupun budaya yang sudah lama ada. Bahkan, pendidikan yang maju juga dapat mendorong pemikiran untuk memajukan peradaban melalui kebudayaan.

3. Perilaku dan Sikap Saling Menghargai Budaya

Perpaduan dua budaya atau lebih biasanya terjadi secara damai dan harmonis. Hal ini karena masyarakat mempunyai perilaku dan sikap yang saling menghargai antar budaya. Apabila tidak ada sikap saling menghargai di masyarakat, maka akan mustahil untuk terjadi akulturasi budaya. 

Sebaliknya, hal yang mungkin terjadi adalah membenci budaya satu dengan yang lainnya. Kondisi yang demikian sangat rentan mengalami konflik.

4. Masyarakat Heterogen

Jika di suatu lingkungan mempunyai masyarakat yang heterogen, maka hal ini akan mempercepat munculnya perpaduan budaya. Sebab, keberagaman tersebut akan mempertemukan berbagai macam kebudayaan. 

Individu atau kelompok satu dengan yang lainnya akan tertarik untuk mempelajari budaya yang berbeda-beda tersebut. Alhasil, akan muncul banyak budaya baru dari kegiatan tersebut.

5. Orientasi Masa Depan 

Secara umum, individu atau masyarakat akan berorientasi pada masa depan karena hidup yang terus dinamis. 

Sikap yang berorientasi pada masa depan ini ternyata akan membuat masyarakat lebih siap menerima perubahan yang mungkin terjadi. Selain itu, masyarakat biasanya juga lebih terbuka dengan perkembangan zaman dan teknologi.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal atau pendorong perpaduan budaya dari luar dibagi menjadi tiga. Ketiga faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perubahan dan Fenomena Alam

Berbagai macam bencana atau perubahan alam ternyata dapat menjadi faktor penyebab perpaduan budaya. Contoh bencana atau perubahan alam tersebut antara lain gempa bumi, gunung meletus, banjir, dan lain sebagainya.

Kondisi tersebut mengharuskan masyarakat untuk pindah ke tempat lain karena daerah mereka rusak dan tidak bisa ditinggali. Masyarakat yang pindah tersebut akan bertemu dengan masyarakat lama yang lebih dulu mendiami wilayah tersebut.

Alhasil, masyarakat baru dan masyarakat lama akan saling menyesuaikan diri sehingga lambat laut menghasilkan perbaduan budaya baru.

2. Konflik Internasional

Apabila ada negara yang berkonflik dengan negara lain, maka hal ini akan menjadi konflik internasional. Masyarakat yang menjadi korban perang, biasanya akan menyelamatkan diri ke daerah atau bahkan negeri lain. Kondisi ini juga akan mengarahkan munculnya fenomena perpaduan budaya.

3. Pengaruh Budaya Asing Melalui Proses Difusi

Perpaduan budaya juga bisa disebabkan oleh adanya pengaruh dari budaya asing yang terjadi melalui proses difusi. Biasanya, orang dari negara asing yang berkelana ke negara lain inilah yang membuat munculkan perpaduan budaya.

Apa Saja Jenis-jenis Akulturasi Budaya?

Tak sekedar mempunyai faktor pendorong, perpaduan budaya juga mempunyai jenis. Kamu bisa mengetahui jenis-jenisnya sebagai berikut:

1. Blind Acculturation

Perpaduan budaya jenis blind acculturation terjadi pada kelompok yang mempunyai budaya berbeda dan mereka tinggal secara berdekatan. Antar kelompok tersebut akan mempelajari pola-pola budaya tanpa disadari dan tanpa disengaja. Proses tersebut lama-lama menghasilkan perpaduan budaya baru.

2. Imposed Acculturation

Jika umumnya perpaduan budaya terjadi secara natural dan damai, maka berbeda dengan jenis perpaduan budaya imposed acculturation. Sebab, budaya baru yang dihasilkan terdapat unsur pemaksaan terhadap budaya lain. Dalam hal ini, biasanya, budaya dominan akan memaksa budaya yang lebih kecil atau minoritas.

3. Democratic Acculturation

Jenis perpaduan budaya yang terakhir yaitu democratic acculturation. Proses terjadinya perpaduan budaya ini yaitu karena saling menghormati antar budaya yang ada di masyarakat.

Apa Saja Bentuk-bentuk Akulturasi?

Tak hanya mempunyai jenis-jenis, perpaduan budaya juga mempunyai beberapa bentuk. Untuk mendapatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap bentuk-bentuk perpaduan budaya, silakan simak ulasan di bawah ini.

1. Substitusi

Makna substitusi yaitu mengganti. Sehingga, dalam proses ini terjadi pergantian unsur budaya lama dengan yang baru. Akibat dari penggantian tersebut muncul budaya baru dengan nilai tambahan terhadap para penggunanya.

2. Sinkretisme

Sinkretisme merupakan bentuk perpaduan yang umum terjadi pada keagamaan. Proses ini membentuk sistem baru yang berasal dari kolaborasi antara unsur budaya baru dan unsur budaya lama.

3. Penambahan

Bentuk penambahan pada perpaduan budaya yaitu kegiatan memberikan nilai tambahan terhadap unsur budaya lama dan unsur budaya baru tanpa menghilangkan nila-nilai asli.

4. Penggantian

Bentuk akulturasi penggantian dan substitusi sedikit berbeda. Pada bentuk penggantian, budaya baru akan menggantikan budaya lama. Biasanya, unsur budaya lama tersebut sudah jarang atau tidak lagi dipakai. 

Contoh konkretnya yaitu delman yang sekarang sudah digantikan dengan angkutan umum yang sudah lebih modern.

5. Originasi

Bentuk perpaduan budaya originasi yaitu budaya baru yang memberikan perubahan signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Misalnya, daerah terpencil yang mendapatkan aliran listrik.

6. Penolakan

Perpaduan budaya tidak selalu menghasilkan budaya baru karena juga bisa mendapatkan penolakan. Hal ini umum terjadi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah sehingga tidak siap dengan perubahan baru. 

Alasan masyarakat menolak budaya baru tersebut yaitu bisa jadi karena dapat membawa dampak negatif. 

Apa Saja Contoh Akulturasi?

Supaya lebih mudah untuk mendapatkan gambaran perpaduan budaya yang ada di Indonesia, maka silahkan simak beberapa contohnya berikut ini:

1. Kesenian Gambang Semarang

Gambang Semarang adalah sebuah paguyuban kesenian yang beranggotakan warga keturunan Tionghoa dan masyarakat Semarang. Kesenian Gambang Semarang merupakan hasil dari perpaduan budaya Jawa dan Tionghoa yang muncul sejak tahun 1930.

Biasanya, kelompok paguyuban ini akan menggelar pertunjukan di Gedung pertemuan Bian Hian Tiong yang berlokasi di Gang Pinggir, Semarang. Tak hanya menyajikan alunan musik yang khas, Gambang Semarang juga disertai dengan tarian dan nyanyian.

Mengingat kesenian ini merupakan perpaduan antara budaya Tionghoa dan Jawa, maka jenis alat musik yang digunakan pun cukup banyak. Alat-alat musik yang kerap dipakai antara lain krecek, kendang, gong, suling, kempul, tohyan, biola, dan kongkayan.

Nama gambang itu sendiri berasal dari jenis alat musik yang terbuat dari bilah-bilah bambu. Alat musik gambang memiliki nada dan cara memainkannya dengan dipukul. Suara yang dihasilkan dari bilah-bilah bambu tersebut terdengar sangat khas dan lekat dengan nuansa tradisional.

2. Pantai Pelabuhan Ratu

Pelabuhan Ratu merupakan salah satu pantai yang berada di Sukabumi, Jawa Barat. Lantas, apa kaitannya Pelabuhan ratu dengan akulturasi budaya? Pantai ini menjadi tempat perpaduan budaya antara masyarakat Sunda dan Bugis.

Hal ini lantaran masyarakat Bugis yang gemar melaut. Kedua suku Indonesia tersebut kerap melakukan interaksi yang intens.

3. Kue Lapis Legit

Kamu pasti sudah tidak asing dengan kue lapis legit, kan? Tahukah kamu, bahwa kue ini merupakan hasil dari perpaduan budaya lokal dengan kolonial Belanda. Orang Belanda menyebut kue tersebut dengan nama spekkoek. 

Lapis legit merupakan jenis roti yang umumnya terbuat dari tepung terigu, gula, telur, dan bahan lainnya. Namun, karena Indonesia memiliki banyak rempah-rempah aromatik, maka bahan pembuat kue tersebut ditambahkan dengan rempah-rempah.

Adapun rempah yang digunakan dalam resep kue lapis legit yaitu kayu manis, adas, cengkeh, bunga pala, dan kapulaga. Asal nama lapis legit yaitu karena kue ini terdiri dari banyak lapis. Pada satu loyang kue lapis legit dapat mencapai 18 hingga 23 lapisan. 

Selain memiliki nilai budaya, lapis legit juga mempunyai filosofi kehidupan, yaitu toleransi dan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan. Selain itu, kue ini juga mengajarkan kesabaran karena proses pembuatannya yang memakan waktu lama.

4. Soto

Soto adalah jenis makanan berkuah dan merupakan makanan khas daerah. Kamu bisa menemukan soto khas dari berbagai daerah di Indonesia. Makanan ini juga merupakan hasil akulturasi budaya beberapa daerah di Indonesia dengan Tionghoa. 

Adapun daerah Indonesia yang menjadi perpaduan budaya dengan Tionghoa yaitu Jawa, Makassar, dan Medan. Saat makan soto, kamu pasti akan mendapati soun atau mi yang merupakan ciri khas soto asal Tiongkok.

Soto yang sekarang ada di beberapa daerah telah dikolaborasikan dengan rempah-rempah setempat. Hal ini juga bertujuan untuk menyesuaikan dengan lidah masyarakat setempat, sehingga soto menjadi makanan yang mudah diterima.

5. Pie Susu

Saat liburan ke Bali, kamu pasti akan membeli pie susu untuk oleh-oleh karena merupakan jajanan khas Pulau Dewata. Camilan dengan cita rasa gurih dan legit ini merupakan hasil akulturasi dari pie Hongkong dan Portugis.

Tengs Cha Chaan adalah orang Hongkong yang pertama kali mengenalkan pie susu. Camilan ini kemudian mampu menembus negara-negara Eropa dan Amerika. Pie susu Hongkong dan Portugis mempunyai perbedaan. Pinggiran pie susu Hongkong lebih puff pastry, sedangkan pie susu Portugis yaitu shorts pastry. 

Pie susu khas Bali lebih mirip dengan pie susu Portugis namun isinya mirip dengan pie susu Hongkong. Alhasil, kolaborasi keduanya menghasilkan citarasa baru yang lebih unik namun masih berakar pada jenis pastry yang sama.

6. Bakpao

Pada masa lalu, banyak penduduk asli Tionghoa yang merantau ke Indonesia. Bahkan, keturunan Tionghoa juga tinggal hampir di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini menambah kekayaan kuliner di Indonesia pula. Bakpao merupakan kue hasil dari perpaduan budaya Tionghoa dan jajanan Indonesia. 

Nama Bakpao berasa dari bahasa Hokkian. Kata bak mempunyai makna daging, sedangkan pao adalah bungkusan. Dengan demikian, bakpao yaitu bungkusan daging. Daging tersebut dibungkus menggunakan adonan roti.

Di negara asalnya, bakpao umum berisi daging babi dan berbagai jenis sayuran atau kacang-kacangan. Makanan ini kemudian diadaptasi dan menyesuaikan dengan selera orang Indonesia, sehingga isinya menggunakan daging sapi atau daging ayam. 

Selain itu, bakpao yang sering ditemui di Indonesia juga mempunyai isian coklat, kacang hijau, selai stroberi, dan berbagai macam isian lainnya. Supaya lebih mudah mengenal isiannya, biasanya bakpao diberi tanda titik dengan warna-warna yang berbeda pada bagian atas. 

7. Masjid Langgar Tinggi

Tionghoa banyak memberikan sumbangsih terhadap keragaman budaya di Indonesia. Akulturasi tersebut tidak hanya menghasilkan banyak jenis kuliner unik dan lezat, namun juga beberapa bangunan. 

Contoh bangunan hasil perpaduan budaya Jawa dan Tionghoa yaitu Masjid Langgar Tinggi yang berada di Pekojan, Jakarta Barat.

Jika pada umumnya masjid memiliki kubah, maka berbeda dengan Masjid Langgar Tinggi karena tidak memiliki kuba. Model bangunan mirip dengan klenteng namun bagian atap masjid ujung-ujung tidak dibuat lancip melengkung ke atas.

8. Gereja Hati Kudus Yesus Pugeran

Contoh bangunan lainnya yang merupakan hasil dari perpaduan budaya adalah gereja Hati Kudus Yesus Pugeran. Tampilan bangunan tampak unik karena mengawinkan ciri khas arsitektur Eropa dengan Jawa. Corak kebudayaan Jawa juga sangat lekat pada area sekitar gereja. 

Bangunan khas Belanda biasanya mempunyai dinding yang sangat tebal. Selain itu, gereja juga memiliki tajug yang terdiri dari tiga lapisan. Bagian paling atas tinggi menjulang dan terdapat salib pada ujungnya. 

9. Kecap Manis

Bumbu masak kecap manis merupakan hasil akulturasi dari Tionghoa dan Jawa. Mulanya, mereka datang ke Indonesia membawa kecap asin. Namun cita rasa kecap asin tersebut tidak cocok dengan selera orang Jawa. Selanjutnya, orang Tionghoa menambahkan kecap asin tersebut dengan gula merah.

Alhasil, campuran tersebut menghasilkan citarasa yang baru dan menghasilkan kecap dengan tekstur kental. Kecap manis sering digunakan untuk melezatkan berbagai masakan seperti ayam kecap, nasi goreng, dan masakan lainnya.

10. Teater Cekepung

Contoh lainnya dari perpaduan budaya yaitu kesenian teater cekepung yang merupakan perpaduan dari budaya Bali, Jawa, dan Lombok. Dalam setiap pementasannya, teater ini akan menyampaikan pesan-pesan kehidupan dan hal yang biasa terjadi di masyarakat sosial.

Mulanya, kesenian cekepung ini terkenal di Karangasem Bali. Namun memasuki tahun 1920an, cekepung terus berkembang hingga ke Lombok dan terus menyebar ke berbagai desa lainnya.

Adakah Dampak Akulturasi?

Adanya fenomena perpaduan budaya ini tentu saja akan menimbulkan dampak di lingkungan masyarakat. Di bawah ini merupakan sejumlah dampak perpaduan budaya:

1. Perubahan Cara Pandang dalam Kehidupan Bermasyarakat

Mengingat perpaduan budaya terjadi karena masyarakat memiliki pemikiran yang terbuka, maka hal ini pun akan mengubah cara pandang masyarakat terhadap kehidupan. 

Misalkan dalam hal silaturahmi, jika sebelumnya silaturahmi dilakukan dengan datang langsung dan menghadap orang yang bersangkutan, maka kini bisa dilakukan dengan menelpon, mengirim pesan, atau cara komunikasi lainnya.

2. Perubahan Cara Pergaulan

Dampak perpaduan budaya juga mengubah cara pergaulan remaja di lingkungan masyarakat. Pergaulan remaja sekarang tentu lebih terbuka jika dibandingkan dengan remaja zaman dulu. Bahkan, keterbukaan dalam pergaulan ini telah menghapuskan batasan tabu.

3. Wawasan Pengetahuan Lebih Luas

Akulturasi membuat pikiran masyarakat lebih terbuka dengan hal baru. Dampak dari hal ini adalah masyarakat memiliki wawasan pengetahuan yang lebih luas. Hal ini membuat masyarakat siap dengan kehadiran teknologi yang lebih maju.

4. Perubahan Mentalitas

Pada zaman dulu, umumnya wanita Indonesia tidak memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki. Wanita tidak diperbolehkan untuk menempuh pendidikan tinggi, menjadi pemimpin, atau bahkan bekerja di luar rumah.

Namun, adanya perpaduan budaya mampu mengubah mentalitas tersebut. Wanita menjadi punya kesempatan dan hak yang sama untuk berkiprah di kehidupan bermasyarakat.

5. Melupakan Budaya Asli

Meskipun proses perpaduan budaya baru dengan budaya lama tidak menghapuskan unsur-unsur budaya lama, namun hal ini dapat membuat masyarakat secara perlahan melupakan budaya asli. Apalagi jika semakin banyak budaya-budaya asing yang masuk dan memengaruhi budaya lama.

6. Terpengaruh Budaya Individualis

Dampak lainnya dari perpaduan budaya yaitu masyarakat terpengaruh budaya individualis yang bertentangan dengan budaya Indonesia. Padahal sebelumnya, Indonesia sangat lekat dengan budaya gotong royong, saling membantu, dan ramah.

Sudah Mendapatkan Pencerahan Tentang Akulturasi Budaya?

Itulah penjelasan tentang akulturasi atau perpaduan budaya. Pada dasarnya, akulturasi tidak menghilangkan nilai atau unsur budaya lama walaupun menghasilkan budaya baru. Selain itu, akulturasi juga terjadi melalui proses panjang dan terjadi tanpa ada paksaan.

Kamu pun bisa memahami penjelasan di atas dengan mudah karena disertakan beberapa contoh hasil perpaduan budaya yang ada di Indonesia.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page