Alat Pengukur Curah Hujan: Pengertian, Jenis, dan Cara Menggunakannya

Curah hujan di Indonesia terbilang cukup tinggi, karena berada di kawasan beriklim tropis. Adanya proses konveksi dan pembentukan awan panas akibat gerakan massa udara lembab, dapat menunjukkan tingkat curah hujan rata-rata. Tahukah kamu? Ada alat pengukur curah hujan yang bisa digunakan untuk mengetahui tingkat curah hujan.

Kamu bisa mengukur curah hujan baik di musim hujan maupun musim kemarau. Dengan begitu, kamu bisa memahami kondisi curah hujan pada waktu tertentu. Data ini dibutuhkan oleh beberapa pihak, terutama di sektor pertanian. Lantas, bagaimana cara menggunakan alat ukur curah hujan? Dapatkan penjelasannya dalam ulasan berikut.

Pengertian Hujan dan Alat Pengukur Curah Hujan

Hujan merupakan rangkaian proses presipitasi atau kondensasi uap air di atmosfer yang mengalami penambahan uap air dan pendinginan. Uap air ini mengalami tabrakan satu sama lain, sehingga terjadi peristiwa hujan.

Sementara curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh ke bumi dalam periode tertentu. Pengukuran curah hujan biasanya dinyatakan dengan satuan tinggi di atas permukaan tanah horizontal. Asumsi curah hujan yang digunakan, yaitu tidak ada penguapan, run off, maupun evaporasi.

Umumnya, pengukuran curah hujan dilakukan dengan menggunakan alat ombrometer. Ombrometer merupakan alat pengukur jumlah curah hujan dalam skala per satuan luas. Alat ini biasanya digunakan untuk memantau curah hujan secara otomatis, real time, dan menyimpan data curah hujan di setiap kawasan.

Jenis dan Cara Menggunakan Alat Pengukur Curah Hujan

Data curah hujan sangat penting bagi sebagian orang untuk mengatur pengelolaan air, agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Contoh alat ukur curah hujan adalah ombrometer. Lebih lanjut, ada beberapa macam ombrometer maupun alat ukur lainnya yang perlu kamu ketahui berikut ini:

1. Ombrometer Manual

Seperti namanya, ombrometer manual digunakan untuk mengukur curah hujan secara manual. Cara melakukan pengukuran diawali dengan mengukur volume air secara berkala, dalam jangka waktu tertentu di suatu wilayah tertentu. Selain itu, ombrometer manual terbagi menjadi dua jenis, antara lain:

a. Ombrometer Biasa

Cara kerja ombrometer biasa masih sangat sederhana. Air hujan yang telah tertampung akan dibagi berdasarkan parameter luas mulut dan volume air hujan. Posisi alat ombrometer biasa, biasanya berada di ketinggian sekitar 120 cm sampai 150 cm. Salah satu kelemahan dari alat ini adalah pencatatan dilakukan secara manual.

b. Ombrometer Observatorium

Ombrometer Observatorium
Sumber: Masfikr

Selanjutnya, ada ombrometer observatorium untuk mengukur curah hujan menggunakan gelas ukur. Pengukuran ini menjadi standar yang biasa digunakan untuk mengukur curah hujan di Indonesia. Sayangnya, daya di ombrometer observatorium cukup terbatas, sehingga hanya dapat mengukur curah hujan selama 24 jam saja.

2. Ombrometer Otomatis

Ombrometer Otomatis Tipe Hellman
Sumber: iklim.sumsel.bmkg

Alat pengukur curah hujan selanjutnya adalah ombrometer otomatis. Berbeda dengan ombrometer manual, alat ini sudah bisa beroperasi dengan mekanisme otomatis untuk mencatat curah hujan. Ombrometer otomatis bahkan mampu mengukur curah hujan yang tinggi. Hasil dari perhitungan curah hujan yang diperoleh juga lebih akurat. 

Beberapa contoh alat ombrometer otomatis adalah ombrometer otomatis tipe Hellman, Tipe Tipping Bucket, Tipe Bendix, tipe Weighing Bucket, tipe Optical, tipe Tilting Siphon, dan tipe Floating Bucket. Meskipun ada banyak tipenya, pada dasarnya memiliki cara kerja yang hampir sama, selayaknya ombrometer otomatis.

3. Automatic Weather Station (AWS)

AWS
Sumber: Intermet

Tidak hanya ombrometer, ada pula jenis alat untuk mengukur cuaca secara otomatis dan lebih efisien. AWS dapat digunakan untuk mengukur suhu, curah hujan, kelembaban, lama penyinaran matahari, hingga kecepatan dan arah angin. Keunggulan dari AWS adalah dapat melakukan pencatatan otomatis, real time, dan akurat.

Automatic Weather Station mempunyai sensor yang bekerja dalam sebuah sistem. Alat ini biasanya digunakan pada saat cuaca ekstrem, seperti badai dan kemarau panjang. Beberapa jenis AWS bahkan telah bisa digunakan untuk mengukur ketinggian awan atau disebut Ceilometer, sehingga lebih lengkap.

4. Pluviometer

Pluviometer
Sumber: YouTube Bluecinante

Pluviometer merupakan alat pengukur curah hujan dengan satuan milimeter. Alat ukur curah hujan yang satu ini memiliki wadah terbuka dengan skala ukuran di bagian luar. Penggunaan pluviometer bisa kamu tempatkan di tempat terbuka atau tanah lapang. Air hujan akan masuk melalui bagian corong yang terbuka.

Air yang telah tertampung dalam pluviometer, kemudian bisa kamu ukur dengan melihat skala ukuran yang ada di bagian luar. Data hasil pengukuran menggunakan pluviometer bisa kamu catat untuk menentukan rata-rata curah hujan pada periode tertentu.

5. Radar Hujan

Radar Hujan
Sumber: Radar Hujan

Jenis alat ukur curah hujan yang bisa mengukur curah hujan dalam wilayah yang lebih luas adalah radar hujan. Adanya gelombang elektromagnetik dalam radar hujan, dapat kamu gunakan untuk mendeteksi curah hujan dan ketinggian awan di suatu wilayah.

Cara kerja radar hujan adalah mengirimkan sinyal gelombang elektromagnetik ke atmosfer, sehingga menabrak tetesan air di atmosfer. Sebagian dari sinyal ini akan dipantulkan kembali ke radar hujan. Catatan waktu sinyal kembali ke radar, bisa kamu gunakan untuk mengukur jarak dan lokasi tetesan hujan di atmosfer.

Selanjutnya, data yang terkumpul pada radar hujan perlu melewati pemrosesan untuk menetapkan peta curah hujan di wilayah yang luas, seperti suatu negara dan benua. Peta curah hujan nantinya bisa kamu gunakan untuk memprediksi cuaca, potensi bencana alam, dan rencana pengelolaan sumber daya di kawasan tertentu.

6. Automatic Rainfall Recorder

Automatic Rainfall Recorder
Sumber: Mertani

Terbaru, ada alat pengukur curah hujan berbasis online yang disebut Automatic Rainfall Recorder. Alat ini berguna untuk memantau curah hujan secara otomatis. Kamu bisa mendapatkan data dan informasi terkait curah hujan secara aktual dan historis di lapangan. 

Automatic Rainfall Recorder dilengkapi dengan berbagai perangkat, seperti sensor rainfall tipping bucket dan data logger berbasis IoT. Data curah hujan yang tersedia secara real time, bahkan bisa kamu dapatkan dalam format Excel dan CSV. Dengan begitu, kamu bisa lebih mudah mendapatkan informasi curah hujan kapan pun.

Metode Pengukuran Curah Hujan

Kamu sudah mengenal apa saja macam-macam alat pengukur curah hujan. Selanjutnya, ada beberapa metode yang bisa kamu gunakan untuk menganalisis jumlah curah hujan di suatu kawasan. Berikut ini beberapa metodenya:

1. Metode Aritmatik

Metode yang paling sederhana untuk mengukur jumlah curah hujan adalah metode aritmatik. Syarat untuk menerapkan metode ini adalah sejumlah tempat dengan konsistensi dan konsentrasi curah hujan yang merata. 

Pasalnya, metode aritmatik dapat menentukan curah hujan rata-rata di setiap stasiun atau wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai). Selanjutnya, kamu perlu melakukan penghitungan curah hujan dengan menjumlahkan data curah hujan di setiap stasiun. 

Hasil penjumlahannya kemudian kamu bagi dengan jumlah wilayahnya. Jadi, kamu bisa mendapatkan data rata-rata curah hujan di wilayah DAS yang telah kamu tentukan sebelumnya. 

2. Metode Poligon Thiessen

Metode poligon thiessen biasa orang gunakan dengan menghitung pengaruh letak wilayah persebaran curah hujan terhadap stasiun DAS yang telah mereka ketahui luasnya. Cara ini lebih cocok kamu terapkan untuk wilayah yang memiliki curah hujan rendah dan persebarannya tidak merata.

Perhitungan dalam metode poligon thiessen bisa kamu lakukan dengan cara mengalikan curah hujan stasiun dengan luas daerah stasiun. Kemudian, jumlahkan hasil dari perhitungan pada setiap stasiun, lalu bagi dengan total luas wilayah stasiun yang termasuk perhitungan.

3. Metode Isohyet

Metode isohyet merupakan cara perhitungan curah hujan yang lebih kompleks daripada metode aritmatik dan poligon thiessen. Analisis data curah hujan metode isohyet harus menggunakan komputer untuk memperoleh data yang akurat dan konsisten. 

Cara analisis curah hujan dengan metode isohyet adalah membagi daerah sepanjang DAS yang mempunyai intensitas hujan yang sama. Selanjutnya, jumlahkan nilai curah hujan di stasiun pertama dan kedua, kemudian kamu bagi dua. Setelah itu, kalikan dengan luas DAS pada stasiun pertama dan kamu bagi dengan luas DAS semua stasiun.

Sudah Lebih Tahu Perihal Alat Pengukur Curah Hujan?

Jadi, beberapa jenis alat penghitungan curah hujan adalah Ombrometer, AWS, Radar Hujan, Pluviometer, hingga ARR. Pada dasarnya, semua alat ini memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk memberikan informasi data curah hujan di kawasan tertentu pada periode tertentu. 

Setiap alat tentu mempunyai spesifikasi yang berbeda. Begitupun dengan metode analisisnya. Maka, kamu bisa memilih alat yang paling sesuai dengan kebutuhan data, lokasi pengukuran, serta budget.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page