Perubahan budaya dari masa ke masa ini sebenarnya sudah sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu dampak dari asimilasi budaya, membuat banyak ras di dunia membaur, dan menjadikan setiap etnis budaya saling familiar. Bahkan membuat orang lupa akar budaya tersebut berasal dari etnis mana. Lantas bagaimana itu semua terjadi?
Daftar ISI
Mengenal Definisi Asimilasi, Faktor dan Jenisnya
Percampuran budaya sebenarnya merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi, tapi hal ini sebenarnya adalah bentuk dari proses asimilasi. Pengertian asimilasi secara bahasa merupakan pembauran budaya satu dengan budaya lain yang menghilangkan ciri khas aslinya, dan membentuk budaya baru.
Hal ini juga terjadi karena adanya sekelompok masyarakat yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda, tinggal atau membaur dengan budaya baru untuk waktu yang lama. Perlahan ciri khas budaya tersebut akan berangsur-angsur akan memudar, seiring adanya penyesuaian dengan lingkungan yang baru. Kebiasaan tersebut lama kelamaan berubah dan bergeser menjadi sebuah budaya baru.
Faktor Pendorong dan Penghalang
Pada dasarnya terdapat dua jenis faktor, yakni faktor pendorong dan faktor penghalang terjadinya proses asimilasi ini. Faktor pendorong yang mendukung terjadinya fenomena ini adalah adanya toleransi, kepentingan ekonomi yang sama, dan juga simpati dengan budaya lain.
Salah satu faktor lain yang paling sering mempengaruhi terjadinya percampuran budaya ini adalah amalgamasi, atau perkawinan beda ras. Hal ini tentu sudah menjadi sebuah budaya yang lumrah saat ini mengingat ada banyak orang yang sudah modern dan melakukan pernikahan meskipun berasal dari ras berbeda.
Biasanya orang yang melakukan pernikahan dengan ras yang berbeda, cenderung memiliki toleransi tinggi terhadap perbedaan budaya masing-masing. Ini menjadi titik temu dan memunculkan kebiasaan baru seiring hilangnya ciri khas budaya yang sebelumnya.
Sebaliknya apabila kaum mayoritas tak bisa menerima atau bertoleransi kepada minoritas, kecil kemungkinan percampuran budaya akan terjadi. Hal tersebut menjadi faktor penghalang yang membuat asimilasi tak berkembang di sebuah kelompok masyarakat.
Pada kasus lain, faktor penghalang juga muncul apabila kelompok baru tersebut terisolasi, budaya minoritas belum terlalu dikenal, adanya prasangka buruk terhadap kelompok minoritas. Adanya kebanggaan yang berlebihan terhadap budaya sendiri, juga memungkinkan sulitnya mereka menerima dan memberikan toleransi terhadap budaya baru. Sehingga percampuran budaya mungkin tidak terjadi.
Jenis-Jenis Asimilasi Budaya
Percampuran budaya ini sebenarnya terbagi kedalam beberapa jenis, yang pada akhirnya mempengaruhi kebiasaan sehari-hari kita.
1. Budaya
Secara garis besar, asimilasi mempengaruhi nilai-nilai budaya seperti, ideologi, bahasa, sistem simbol etnis, kepercayaan dan nilai budaya lain. Ini menjadi proses adopsi kultur baru, berpadu dengan kebudayaan yang sudah lama dianut masyarakat tersebut.
Hasilnya lahirnya suatu budaya baru yang diterapkan karena dianggap lebih sederhana atau mudah, seiring berjalannya waktu.
2. Pernikahan
Tak hanya budaya saja, percampuran budaya yang paling kentara adalah dalam sebuah perkawinan. Dua orang yang berasal dari adat atau etnis yang berbeda, melangsungkan pernikahan legal sesuai dengan agama keduanya, memungkinkan membentuk asimilasi. Melalui dasar cinta dan sayang, mereka akan memiliki toleransi budaya yang tinggi.
Maka tidak heran apabila seringkali kita melihat adanya pernikahan silang antar suku, atau bahkan etnis yang berbeda. Misalnya orang jawa menikah dengan orang dayak, orang sunda menikah dengan orang bali, orang sumba menikah dengan orang Australia.
3. Linguistik
Dari ranah linguistik, percampuran linguistik atau bahasa juga sering terjadi bersamaan dengan percampuran budaya. Sekelompok masyarakat minoritas atau pendatang, cenderung membaur dengan membaurkan komponen bahasa milik mereka dan milik kaum mayoritas, atau sebaliknya.
Hal ini bertujuan supaya dua kelompok masyarakat tersebut bisa saling berkomunikasi dan memahami satu sama lain. Misalnya, munculnya bahasa gaul di kota-kota yang banyak pendatang atau perantauan.
4. Struktural
Yang dimaksud dengan asimilasi struktural ini sebenarnya adalah percampuran budaya pembentukan struktur sosial yang ada di generasi masyarakat lama dan baru. Pembaruannya termasuk dalam cara berinteraksi, penyusunan unit struktur pemerintahan, dan semua unsur kemasyarakatan.
Contoh nyata terdapat dalam sejarah negara Indonesia yang jauh sebelum pembentukan republik merupakan bangsa dengan struktur kerajaan. Kemudian dalam prosesnya, terbentuklah Indonesia sebagai negara republik yang dipimpin oleh negara.
Tapi, ini tidak benar-benar menghilangkan struktur pemerintahan kerajaan, sebab di Yogyakarta dan Surakarta masih memiliki struktur pemerintahan berbentuk kerajaan. Bahkan di Yogyakarta, raja masih memerintah sebagai puncak struktur masyarakat Yogyakarta.
5. Arsitektur
Tak berhenti disana, percampuran dua kebudayaan ini juga mempengaruhi dalam pembuatan arsitektur bangunan. Biasanya di daerah yang banyak pendatang, akan cenderung memiliki bangunan rumah atau layanan masyarakat yang mengadaptasi beberapa budaya, guna menghargai kebudayaan yang ada.
Percampuran dalam bidang arsitektur ini biasanya berupa adanya elemen-elemen khas dari gaya bangunan budaya lain, berpadu dengan simbol atau tata ruang budaya yang berbeda.
6. Agama
Sedangkan dalam asimilasi agama, bukan berarti adanya percampuran dua ajaran agama, tapi percampuran yang dimaksud adalah proses pelaksanaan ibadahnya saja. Prosesi, tempat dan waktu penyelenggaraan mengadaptasi dan menyesuaikan budaya dan ajaran agama yang sudah pernah ada di tempat tersebut.
Contoh Asimilasi yang Sering Dijumpai
Percampuran budaya seringkali terlihat di Indonesia. Terlepas dari sejarah semasa penjajahan di masa lampau, dampak lainnya membuat ada banyak asimilasi budaya, mulai dari kebudayaan itu sendiri hingga jenis lain.
Sebagai contoh pengaruh agama islam di Yogyakarta membuat munculnya bentuk masjid-masjid bergaya jawa, dengan mencampurkan masjid dengan bangunan Joglo. Ini menunjukan bahwa adanya toleransi yang besar, dari kedua budaya yang diadaptasi dari Arab dan Jawa. Fungsinya supaya masyarakat mayoritas bisa menerima dan beradaptasi dengan para ulama islam yang bukan penduduk asli.
Asimilasi agama di Indonesia, terjadi saat agama Hindu yang sudah lebih dulu masuk, dan dikenal masyarakat di Jawa dan Bali menyatu saling bertoleransi dengan agama Islam. Sebagai contoh, acara berkabung 40 hari setelah yang ada dalam budaya Hindu, diadaptasi oleh agama Islam yang ada di Jawa.
Sehingga para pemeluk agama islam tetap melaksanakan tradisi berupa tasyakuran di hari ke 3, 7, 40 harian yang sebenarnya bagian dari tradisi hindu. Ini tidak mengurangi nilai-nilai ajaran kedua agama, bedanya tasyakuran dalam islam berupa membaca tahlil dan surat yasin untuk mendoakan orang yang meninggal dunia.
Sudah Memahami Apa itu Asimilasi, Faktor, Jenis, dan Contohnya?
Asimilasi seperti sebuah proses yang menciptakan berbagai fenomena sosial, yang mencampur-adukan satu budaya dengan budaya lain. Tak terasa itu semua sudah terjadi begitu banyak dan menjamur sejak lama, membuat orang lupa yang mana budaya asli miliknya.
Tentunya kita sadar, tanpa adanya percampuran, budaya kita mungkin tak akan beragam seperti saat ini. Jadi, baik buruknya asimilasi tergantung dari cara kita menyikapinya.