Bhineka Tunggal Ika: Sejarah, Makna, Prinsip, & Fakta Menarik

Tidak ada satupun negara yang berisi orang-orang dengan latar belakang sama. Pasti ada banyak perbedaan pada mereka, entah itu berbeda suku, ras, keyakinan, ataupun pandangan, semuanya tidak ada yang benar-benar serupa. Itulah mengapa Indonesia memiliki slogan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Semboyan ini hadir sebagai alat fundamental untuk mempersatukan bangsa. Merangkul segala macam perbedaan, sehingga tidak ada satupun yang merasa terasingkan. Setiap individu sadar, mereka adalah bagian dari Indonesia sehingga perbedaan yang ada bukanlah sebuah penghalang persatuan.

Pengertian Bhineka Tunggal Ika

Berdasarkan situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bhineka artinya “beraneka ragam”, tunggal sama dengan “satu”, dan ika yang berarti “itu”.

Kesimpulannya, secara harfiah slogan ini memiliki makna berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Indonesia memiliki beragam suku bangsa, ras, keyakinan, dan latar belakang berbeda lainnya tetap menjadi satu kesatuan melalui semboyan ini. Dalam buku Indonesiaku Bhineka Tunggal Ika karya Isra Widya (2022) ditekankan, semboyan ini menjadi dasar perwujudan persatuan dan kesatuan.

Oleh karena itu, makna semboyan ini memang mengacu pada utuhnya negara Indonesia melalui penanaman karakter yang kuat. 

Tak heran, pelajaran mengenai keutuhan negara ini telah kamu peroleh sejak duduk pada bangku sekolah dasar karena memang sangat penting pemahamannya.

Sejarah Lahirnya Bhineka Tunggal Ika

Awalnya, istilah persatuan ini masih belum digunakan untuk menyatukan seluruh komponen perbedaan yang ada dalam bangsa Indonesia.

Fungsi awalnya adalah untuk menunjukkan semangat toleransi antar agama, khususnya antara agama Hindu dan Budha.

Semboyan ini bisa kamu temukan dalam Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular yang sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit yakni sekitar abad ke-14.

Lebih tepatnya, telah tercantum pada bait pupuh nomor 139 yang isinya berbunyi sebagai berikut.

Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa

Bhineki rakwa ring apan kena parwanosen

Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal

Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa

Terjemahannya adalah sebagai berikut:

Konon, Budha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Namun, bagaimanakah mereka bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Budha) dan Siwa adalah tunggal.

Dahsyatnya makna yang terkandung dalam kutipan kitab menghasilkan kesepakatan dari para tokoh-tokoh berpengaruh kala itu agar tercantum dalam lambang yang dibuat oleh Sultan Abdul Hamid. Itulah awal mula semboyan ini masuk ke dalam lambang garuda.

4 Makna dan Tujuan Bhinneka Tunggal Ika

Agar lebih menjiwai makna-makna yang terkandung di dalamnya, berikut penjelasan mendetail terkait makna semboyan satu ini.

1. Keragaman Adalah Modal Terbentuknya Persatuan

Banyak yang mengira, keberagaman bangsa Indonesia yang amat berlimpah ini justru akan menjadi alasan perpecahan negara. Padahal, yang terjadi adalah sebaliknya.

Lewat berbagai perbedaan yang ada, Indonesia bisa menjadi bangsa yang sangat kuat dan ini juga menjadi modal terbentuknya persatuan dan kesatuan.

2. Mengokohkan Persatuan

Lewat semboyan Bhineka Tunggal Ika, bangsa Indonesia semestinya menyadari betapa pentingnya melindungi dan menjaga persatuan bangsa. Terlebih masifnya pengaruh budaya dari asing sangat mungkin merongrong persatuan bangsa. Oleh karena itu, keberadaan semboyan ini menjadi alat pengkokohan mental bangsa.

3. Menumbuhkan Kesadaran Masyarakat

Arus teknologi yang makin deras dengan segala kemudahannya memungkinkan  pencampuran budaya masuk ke Indonesia.

Adanya semboyan inilah yang kemudian menumbuhkan kesadaran kepada seluruh masyarakat untuk bisa menyaring budaya-budaya yang masuk, sehingga tidak menimbulkan perpecahan.

4. Menjadi Pilar Selain UUD 1945

Setiap bangsa wajib memiliki pedoman agar masyarakat paham tujuan dan arah bangsa tersebut. Bhineka Tunggal Ika menjadi salah satu pilar sekaligus pedoman bagi masyarakat Indonesia untuk selalu mengingat pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

5 Prinsip Pelaksanaan Bhineka Tunggal Ika

Suksesnya semboyan ini dapat terinternalisasi ke dalam diri bangsa Indonesia ketika setiap masyarakat memahami prinsip-prinsip yang perlu diyakini. Berikut 5 prinsip yang menjadi landasan pelaksanaan semboyan persatuan ini, yaitu:

1. Common Denominator

Indonesia memiliki 6 agama yang telah diakui keberadaannya. Hal ini akan sangat riskan, apabila masyarakat tidak bisa mencari titik kesamaan dari banyaknya perbedaan yang ada. 

Oleh karena itu, prinsip common denominator dapat menemukan persamaan dalam perbedaan sehingga masyarakat bisa tetap rukun.

Misalnya dalam hal kepercayaan. Setiap masyarakat meyakini, agama yang ada membawa pengikutnya pada kebaikan sehingga tidak ada yang perlu kamu risaukan.

2. Tidak Sektarian dan Enklusif

Prinsip kedua dalam menjalankan semboyan Bhineka Tunggal Ika adalah tidak sektarian dan enklusif. Maksudnya, tidak boleh individu menganggap kepercayaan, suku, budaya, maupun kelompoknya adalah satu-satunya yang paling unggul, bahkan terbaik di antara lainnya.

Apabila prinsip ini tidak kamu indahkan, tentu akan sangat berpotensi menghadirkan perpecahan. 

Sebab, awal mula perbedaan menjadi masalah adalah ketika salah satu kelompok menganggap kelompoknya yang paling benar. Oleh karena itu, toleransi atau saling menghargai sangat perlu kamu galakkan. 

3. Bersifat Konvergen

Apabila kamu sudah paham keberagaman pastilah ada, maka tidak perlu membesar-besarkannya. 

Biarlah keberagaman itu menjadi pemanis dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, yang perlu kamu cari justru cara agar perbedaan tersebut dapat menjadi kebersamaan yang indah.

4. Tidak Formalistis

Formalistis sama dengan sebuah sikap yang amat ketat pada peraturan dan tata cara yang berlaku. Apabila kamu terapkan dalam mengamalkan semboyan Bhineka Tunggal Ika, tentu kurang tepat. Pasalnya, sikap fleksibilitas juga penting.

Sebagai contoh, kamu berkeyakinan untuk melestarikan adat istiadat dari asal sukumu. Namun, bukan berarti kamu harus melarang masyarakat dari suku lain untuk melakukan hal yang sama di daerahmu.

Meskipun tetap ada aturan yang berlaku, kamu tidak boleh terlalu saklek atau menjalankannya tanpa adanya cinta dan rasa hormat. 

Apapun aturan yang berlaku, sangat penting dalam penerapannya dilandasi atas rasa cinta dan hormat sehingga akan berjalan lebih nyaman dan menenangkan.

5. Semangat Gotong Royong

Gotong royong bukan melulu soal kegiatan masyarakat yang bersama-sama membersihkan desa. Kata gotong royong bisa kamu maknai lebih luas lagi ke dalam aktivitas-aktivitas yang positif dan dapat menumbuhkan rasa kebersamaan.

Misalnya kamu melakukan gotong royong bersama berbagai pemeluk agama untuk menjalankan sebuah kegiatan sosial. Saat proses pelaksanaannya tidak ada yang memikirkan soal perbedaan, semuanya fokus pada tujuan dari gotong royong yang sedang dilakukan.

3 Fakta Menarik Bhineka Tunggal Ika

Ada beberapa fakta menarik terkait pelaksanaan semboyan satu ini yang bisa membuat kamu semakin yakin untuk melaksanakannya. Berikut 3 fakta menarik tersebut, yaitu:

1. Bukan Ciptaan Bung Karno

Ilustrasi Bung Karno
Ilustrasi Bung Karno | Sumber gambar: Historia.com

Banyak yang mengira frasa Bhineka Tunggal Ika berasal dari Bapak Proklamator Indonesia, yakni Bung Karno. Padahal, faktanya semboyan ini berasal dari lontar Kitab Sutasoma. Peran Bung Karno adalah mengusulkannya agar bisa masuk ke dalam lambang burung garuda.

2. Tersimpan di Perpustakaan Leiden

Perpustakaan Leiden
Perpustakaan Leiden | Sumber gambar: Tirto.id

Eratnya hubungan antara Nusantara dan Belanda membuat hasil transkrip Sutasoma menjadi salah satu arsip yang tersimpan dalam perpustakaan Leiden. Hal ini menunjukkan betapa sakralnya kitab tersebut beserta untaian isi yang ada di dalamnya.

3. Bukan Hanya Tentang Persatuan Suku

Gambaran Keberagaman Agama
Gambaran Keberagaman Agama | Sumber gambar: Tribunnews.com

Selama ini masih banyak yang menganggap semboyan ini sebatas pada persatuan antar suku karena jumlah suku di Indonesia memang amat melimpah. 

Namun, perbedaan tidak hanya berpusat pada suku, tetapi masih banyak aspek perbedaan lainnya yang harus mendapatkan landasan berpikir dari semboyan ini.

Misalnya, perbedaan agama dan kepercayaan. Setiap agama tentu mengajarkan kebaikan. Oleh karena itu, hormati dan berikan ruang bagi para pemeluk agama lain untuk beribadah.

Baca Juga : 12 Upaya untuk Mengisi Kemerdekaan bagi Siswa Secara Positif

Terapkan Bhineka Tunggal Ika dalam Kehidupan Sehari-hari!

Semboyan Bhineka Tunggal Ika bukanlah sebuah makna sederhana yang selesai dengan pemaknaan saja. Lebih dari itu, kemampuan masyarakat menginternalisasi atau menghayati semboyan ini dalam kehidupan sehari-harinya adalah yang terpenting.

Kamu bisa mulai dalam lingkup paling sederhana, yakni lingkungan keluarga atau desa. Dalam dua lingkup tersebut, kamu bisa menghargai setiap perbedaan yang ada. Jadikan setiap perbedaan yang ada sebagai keberagaman yang indah bukan menjadi pemicu perpecahan.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page