Biografi Sunan Ampel dan Strategi Dakwahnya Lengkap

Pernah berziarah ke makam Sunan Ampel di Surabaya? Jika pernah, itulah makam Raden Rahmat atau yang biasa disebut Sunan Ampel, salah seorang Wali Songo yang menyebarkan Islam di tanah Jawa. Seperti apa biografi Sunan Ampel serta strategi dakwahnya sehingga Islam bisa tersebar luas di Jawa? Yuk simak!

Siapakah Sosok dalam Biografi Sunan Ampel?

Raden Rahmat atau yang dikenal Sunan Ampel adalah salah seorang Walisongo yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Ia merupakan putra dari Syekh Ibrahim Zainuddin As-Samarqandy, seorang ulama dari negeri Samarkand yang berdakwah di Kamboja hingga menikah dengan Dewi Candrawulan, putri kedua Raja Champa.

Dari hasil pernikahan Syekh Ibrahim dengan Dewi Candrawulan ini lahirlah dua orang anak, yakni Sunan Ampel dan Raden Santri atau Sunan Gisik (Sunan Gresik) atau Sayyid Ali Murtadlo. 

Jika dilihat dari silsilah keluarganya, biografi Sunan Ampel memiliki garis keturunan Rasulullah SAW, yakni Rasulullah -> Ali bin Thalib -> Sayyidina Husein -> Zaenal Abidin -> Zaenal Alim -> Zainal Kubra -> Zainal Khusain -> Syekh Maulana Jumadil Kubra -> Ibrahim as-Samarqandy -> Raden Rahmat (Sunan Ampel).

Lahir tahun 1401 M, Sunan Ampel atau Raden Rahmat atau Ali Rahmatullah ini menghabiskan masa kecil hingga remaja di negeri Champa. Sebuah negeri yang letaknya di sisi timur Vietnam. 

Dulu pada sekitar abad ke-7 hingga 1832, Kerajaan Champa pernah menguasai daerah yang sekarang masuk wilayah Vietnam Tengah dan Selatan.

Saat ini daerah Champa berada di sekitaran wilayah pegunungan sebelah barat pantai Indochina, dan semakin meluas hingga meliputi wilayah Laos sekarang. Pun para komunitas masyarakat Champa masih ada di Vietnam, Kamboja, Malaysia, Thailand, dan Tiongkok. 

Beliau memiliki dua istri bernama Nyi Ageng Manila, seorang anak perempuan Tumenggung, Tuban dan Mas Karimah, putri dari Ki Wiryo Suryo. Dari pernikahan pertama, beliau dikaruniai empat orang anak, yakni Putri Nyai Taluki, Maulana Maqdum Ibrahim atau Sunan Bonang, Syarifuddin (Sunan Drajat), dan Dewi Sarah. 

Sedangkan dari pernikahan kedua bersama Mas Karimah, beliau dikaruniai dua anak, yakni Nyi Mas Murtiyah dan Nyi Mas Murtasimah.

Sunan Ampel pernah belajar ilmu agama di Lhokseumawe Aceh. Setelah umurnya menginjak 20 tahun, ia bersama Ali Murtadho dan Abu Hurairah sepupunya diajak oleh Syekh Ibrahim ayahnya ke Pulau Jawa untuk berdakwah dan menengok Dewi Andrawati (kakak sulung ibunya). 

Biografi Sunan Ampel Seputar Perjalanannya ke Pulau Jawa 

Sebenarnya jika dilihat dari sejarahnya, ada beberapa versi cerita tentang kedatangan Sunan Ampel dan rombongan ini ke Pulau Jawa. Berikut ceritanya:

1. Cerita Pertama

Saat dalam perjalanan ke Jawa, Sunan Ampel bersama ayahnya ini sempat menetap di Palembang selama dua bulan. Di sana beliau sempat bertemu Adipati Palembang bernama Arya Damar dan mengislamkannya. Setelah itu, beliau dan rombongan melanjutkan perjalanan naik kapal dan singgah di Jepara dan Tuban.

Saat singgah di Tuban, ayah Sunan Ampel, Syekh Ibrahim Samarqandy jatuh sakit hingga akhirnya wafat dan dimakamkan di Desa Gesikharjo, Tuban. Setelah ayahnya meninggal, beliau melanjutkan perjalanan menuju Majapahit untuk menemui Prabu Brawijaya sesuai tujuannya untuk menengok uwaknya. 

Sedangkan Ali Murtadho, melanjutkan perjalanan dakwahnya ke sekitar Nusa Tenggara, dan mendapatkan gelar Pandita Bima. Setelah itu Ali Murtadho melanjutkan dakwah ke wilayah Gresik, sehingga mendapat julukan Raden Gresik.

Sesampainya di Jawa sekitar abad ke-15 tahun 1443 M, Sunan Ampel melakukan dakwah dan menyadarkan masyarakat Majapahit yang saat itu kondisinya memprihatinkan. Banyak dari mereka, termasuk para pejabatnya melakukan judi, mabuk-mabukan, hingga korupsi hasil pajak dan upeti untuk foya-foya.

Sunan Ampel membimbing masyarakat Majapahit ke jalan yang benar untuk meninggalkan perilaku-perilaku tercela tersebut. Setelah itu, beliau tidak langsung beranjak pergi, namun memilih menetap dulu di Majapahit selama setahun. 

Setelah menetap di Majapahit, beliau mendirikan pemukiman di Ampel, Surabaya. Ada kurang lebih 300 keluarga yang diserahkan kepada Sunan Ampel untuk dididik. Sunan Ampel oleh Raja Majapahit diberi kemudahan untuk menyebarkan agama Islam kepada warganya meskipun raja menolak ajakan masuk Islam. 

2. Cerita Kedua

Versi cerita kedua dalam biografi Sunan Ampel, beliau pergi ke Jawa tidak bersama ayahnya. Sunan Ampel dan Ali Murtadho meminta izin kepada ayahnya untuk menemui bibinya Martaningrum, yang jadi permaisuri Raja Brawijaya di Majapahit. Ayahnya pun mengizinkan mereka pergi ditemani oleh Abu Hurairah. 

Setelah berpamitan dan pergi meninggalkan Champa, mereka mencari kapal untuk bisa pergi ke Jawa. Ketika mereka berada di Kampung Kupeng, mereka bertemu dengan kapal dagang dari Gresik dan meminta pemiliknya untuk bisa menumpang. 

Singkat cerita, mereka berlayar menggunakan kapal tersebut selama 7 hari. Namun saat berada di tengah laut, tiba-tiba ada angin topan yang membawa kapal kembali ke dekat Kamboja, dan membentur karang sampai pecah. 

Berita ini pun sampai ke telinga Raja Kamboja. Raja memerintahkan untuk membakar kapal dan menahan semua penumpangnya. Mendengar itu, ketiganya pun bermusyawarah, dan sepakat untuk mengirim utusan ke Raja Brawijaya untuk memberitahukan nasib mereka. 

Karena saat itu Raja Kamboja tunduk dengan Raja Brawijaya, mereka berharap Raja Brawijaya bisa membebaskannya. Raja Brawijaya merasa iba karena disana ada keponakannya, raja pun mengirim utusan untuk membebaskan ketiganya di Kamboja.

Setelah bebas, mereka melanjutkan perjalanan ke Majapahit dan disuruh menetap di Majapahit oleh Raja Brawijaya. Raja sangat senang akan kedatangan ketiganya dan memperlakukannya seperti anak sendiri. Namun, mereka sedih karena tak seorang pun di Majapahit yang memeluk Islam. 

Kondisi Majapahit pun tidak karuan. Banyak yang berjudi, berpesta pora, mabuk-mabukan, bahkan juga banyak yang melakukan korupsi. Melihat kekacauan itu, mereka meminta izin pulang ke Champa, namun sang raja melarang. 

3. Cerita Ketiga

Versi ketiga dalam biografi Sunan Ampel menceritakan Raja Majapahit melarang Sunan Ampel dan adiknya pulang ke Champa karena pada saat itu terjadi peperangan antara Champa dengan Kerajaan Vietnam dan Sriwijaya. 

Kerajaan Champa diserbu oleh Kerajaan Vietnam dan Sriwijaya di wilayah pesisir Champa dan dilakukan oleh orang-orang Kunlun yang tinggal di Sriwijaya. Dalam peperangan itu, Champa kalah sehingga mengalami kerusakan. 

Oleh karena suasana politik di Champa itulah Sunan Ampel tidak diperbolehkan Raja Majapahit untuk kembali ke Champa. Mereka diminta untuk tetap tinggal dan dinikahkan oleh perempuan sekitar.

Biografi Sunan Ampel Seputar Strategi Dakwah di Tanah Jawa

Sebagai salah satu ulama Wali Songo yang punya peran besar dalam penyebaran agama Islam, dalam biografi Sunan Ampel dijelaskan bahwa beliau menggunakan strategi dakwah yang damai dan mudah diterima masyarakat. 

Sunan Ampel dalam dakwahnya selalu menekan nilai kebajikan dan kebijakan. Maha guru para wali ini menggunakan pola dakwah komunikasi kebudayaan, dimana strateginya adalah membangun dialog antara ajaran Islam dengan tradisi lama yang sudah dianut masyarakat Jawa saat itu. 

Dakwah Sunan Ampel (yang juga digunakan oleh para wali lainnya) menggunakan strategi yang jauh dari kata mengajak. Jika dipahami dengan bahasa kekinian, dakwah wali ini lebih kepada to show atau perilaku yang tidak menggurui. 

Sunan Ampel tidak memposisikan dirinya sebagai tokoh yang punya kedudukan tinggi dari masyarakat sekitar. Pola dakwahnya tidak ada konsep superior dan inferior, karena nantinya akan sangat sulit menjangkau masyarakat yang kuat akan nilai-nilai tradisinya pada saat itu. 

Strategi dakwah Sunan Ampel secara umum adalah mengombinasikan nilai-nilai kearifan lokal, universal, dan ajaran Islam rahmatan lil ‘alamin. Cara inilah yang membuat dakwah Wali Songo, khususnya Sunan Ampel bisa sukses dan banyak masyarakat yang tertarik masuk Islam tanpa terpaksa. 

Adapun biografi Sunan Ampel terkait strategi dakwah saat menyebarkan Islam di tanah Jawa secara lebih spesifik, antara lain:

1. Menggunakan Strategi Ta’lim

Strategi ini sebenarnya hampir sama dengan tilawah, yaitu mentransformasikan pesan dakwah. Namun bedanya, strategi ini sifatnya lebih mendalam, formal, dan sistematis. 

Nah, karena sifat yang mendalam inilah metode tersebut hanya bisa dilakukan oleh mitra dakwah tetap dengan menggunakan kurikulum yang sudah dirancang, punya target dan tujuan jelas, serta dilakukan secara bertahap. 

Metode ini tidak hanya dilakukan oleh Sunan Ampel saja, namun juga pernah diterapkan oleh Rasulullah sehingga banyak sahabat yang mulai hafal Al-Qur’an dan memahami betul kandungannya. 

Murid-muridnya diajarkan betul untuk menguasai bidang keilmuan seperti hadis, fikih, tafsir, dan lain-lain, dan pengajar perlu membuat tahapan-tahapan pembelajaran dan sumber rujukan jelas. Tentu saja metode ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar, karena untuk mempersiapkan murid-murid kompeten. 

2. Mendirikan Langgar (Musala Kecil)

Pada mulanya, Sunan Ampel ini diberikan hadiah oleh Raja Majapahit sebuah tanah yang pada waktu itu masih berupa rawa-rawa di sebuah daerah bernama Ampel Denta. 

Tanah pemberian Raja Majapahit tersebut kemudian digunakan untuk membangun langgar (musala). Tujuannya tak lain untuk mengenalkan dan mengajarkan masyarakat tentang agama Islam serta merangkul mereka dengan nilai-nilai kebajikan. 

Saat memulai dakwahnya di sana, Sunan Ampel menggunakan cara yang unik. Saat itu beliau sempat membuat kerajinan berbentuk kipas yang berbahan dari anyaman rotan. Menariknya, kipas itu bukanlah kipas biasa, namun bisa menyembuhkan penyakit batuk dan demam. 

Lalu beliau membagi-bagikan kipas tersebut secara gratis pada warga dengan syarat warga harus menebus mahar yang sudah ditentukan. Mahar  tersebut adalah siapapun yang menginginkan kipas itu, harus membaca dua kalimat syahadat. 

Dengan cara inilah akhirnya banyak warga tertarik dan berbondong-bondong masuk Islam, dan langgar tersebut dijadikan tempat untuk mengajarkan mereka tentang ajaran Islam.

3. Mendirikan Pesantren Ampel Denta

Nah karena dakwah beliau yang berawal di langgar tadi semakin berkembang pesat, pada abad ke-15 Sunan Ampel pun mulai membangun pesantren bernama Pesantren Ampel Denta. 

Sistem pesantren ini sebenarnya pengembangan dari kebudayaan sebelum Islam yang digagas oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim. Namun saat itu Sunan Ampel dianggap berhasil dalam mengembangkan pesantren dan mendidik murid-muridnya. Berkat keberhasilan itulah pesantren Ampel Denta menjadi terkenal di seluruh dunia.

Pesantren Ampel Denta menjadi pesantren yang paling berpengaruh di seluruh dunia. Sunan Ampel berhasil mendidik murid-muridnya hingga menjadi tokoh besar yang juga berperan mengembangkan dakwah Islam di Jawa hingga Madura. 

Murid-murid beliau ini antara lain Sunan Giri, Raden Kusen, Raden Fatah, Sunan Bonang, dan Sunan Drajat. 

4. Melakukan Adaptasi dengan Tradisi Masyarakat Jawa

Biografi Sunan Ampel terkenal sebagai wali yang mampu beradaptasi dengan budaya dan tradisi masyarakat sekitar. Beliau mampu menanamkan ajaran Islam dengan tetap melihat situasi dan kondisi masyarakatnya.

Misalnya beliau mengganti istilah-istilah Islam dengan bahasa orang Jawa, seperti kata “salat”. Salat merupakan ibadah wajib umat Islam yang berasal dari bahasa Arab, tapi Sunan Ampel justru menggantinya dengan kata “sembahyang” sesuai dengan tradisi masyarakat Jawa.

Begitu juga dengan istilah musala, yang diganti dengan kata “langgar”, mirip dengan kata “sanggar”. Dan ada juga penyebutan kata “santri” yang diambil dari istilah shastri (orang yang paham kitab suci agama Hindu).

Cara-cara unik ini berhasil membuat masyarakat Jawa menerima ajaran Islam dengan sukarela dan tanpa paksaan apapun. 

5. Ajaran Moh Limo

Pernah mendengar ajaran Moh Limo dari Sunan Ampel? Ajaran ini mengandung ajakan untuk berbuat amar ma’ruf nahi munkar yang selalu diajarkan oleh Rasulullah SAW. Ajaran moh limo ini terdiri dari:

  • Moh main (tidak mau bermain judi).
  • Moh ngombe (tidak mau minum minuman keras atau mabuk-mabukan).
  • Moh madat (tidak mau menghisap ganja atau narkoba).
  • Moh maling (tidak mau mencuri atau korupsi).
  • Moh madon (tidak mau bermain perempuan yang bukan istrinya, atau zina).

Akhlakul karimah yang diajarkan oleh Sunan Ampel kepada masyarakat Majapahit ini menarik perhatian sang raja. Raja Majapahit sangat senang atas didikan Sunan Ampel yang membuat masyarakatnya berubah menjadi baik. 

Raja sudah menganggap bahwa ajaran Islam mengajarkan budi pekerti yang mulia, sehingga raja tidak menjadi marah saat Sunan Ampel melakukan dakwah. Namun sayangnya ketika raja diajak masuk Islam, raja masih menolak.

6. Mengajarkan Tasawuf

Dalam biografi Sunan Ampel, selain mengajarkan ilmu syari’at Islam pada masyarakat, beliau juga mengajarkan ilmu hakikat, yakni tasawuf baik secara lafal maupun makna. Beliau mencontohkan bagaimana kehidupan zuhud dan riyadhah, dengan menggambarkan amaliah rohani seperti:

  • Puasa
  • Melakukan salat malam
  • Menjaga hawa nafsu
  • Melaksanakan ibadah wajib maupun sunnah
  • Menghindari sesuatu yang haram dan makruh
  • Selalu mengingat Allah dengan berdzikir

Sunan Ampel mengajarkan ilmu ini menggunakan suluk ajaran thariqat naqsyabandiyah. Karena inilah beliau dianggap sederajat dengan guru-guru suci dan diberi gelar kehormatan “susuhan”.

7. Menyebarkan Dakwah Lewat Perkawinan

Nah, dalam biografi Sunan Ampel juga mengisahkan upaya beliau dalam memperluas ajaran agama Islam dengan cara berdakwah lewat perkawinan. Beliau membentuk hubungan keluarga dari perkawinan para penyebar Islam dengan putra-putri pejabat Majapahit. 

Dari perkawinan inilah nantinya terbentuk keluarga-keluarga Muslim yang bisa membantu menyebarkan ajaran Islam lebih luas lagi. Cara ini pernah dilakukan Rasulullah SAW saat berdakwah.

Itulah Biografi Sunan Ampel dan Strategi Dakwahnya

Sunan Ampel merupakan wali yang sangat berpengaruh dalam penyebaran Islam di tanah Jawa dan Madura. Beliau selalu menggunakan strategi yang efektif dan damai untuk mengajak masyarakat masuk Islam tanpa paksaan apapun, persis seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW semasa hidupnya. 

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page