Sering mendengar dan membicarakan tentang bisnis? Hal tersebut sering terjadi di tengah masyarakat – khususnya pada rentang usia produktif. Namun rupanya, meskipun sangat familiar, pemahaman tentang pengertian dan detail lainnya tergolong ala kadarnya. Mari simak secara mendalam di sini!
Daftar ISI
Apa Itu Bisnis?
Padanan kata dari istilah tersebut adalah badan usaha, sedangkan asalnya dari kosakata bahasa Inggris, yaitu business. Sedangkan maknanya adalah suatu atau serangkaian aktivitas yang dilakukan perseorangan maupun kelompok dan memenuhi tiga aspek berikut:
- Menawarkan barang atau jasa.
- Memenuhi satu atau banyak kebutuhan masyarakat.
- Bertujuan menghasilkan keuntungan atau laba.
Jika aktivitas yang dilakukan secara individu maupun berkelompok tersebut memenuhi aspek-aspek yang tertera, maka itulah yang bernama bisnis.
Tujuan Badan Usaha
Lantas, apa sebenarnya tujuan dari kegiatan yang dilabeli sebagai business tersebut? Banyak sekali, antara lain:
1. Menghasilkan Laba Maksimal
Bagi pemilik usaha, tentu berbisnis mempunyai tujuan utama memperoleh keuntungan atau laba semaksimal mungkin. Terutama mempertimbangkan perputaran uang dari badan usaha relatif lebih cepat dibandingkan dengan gaji pegawai kantoran.
2. Kebutuhan Masyarakat Terpenuhi
Masyarakat suatu negara masuk dalam kategori sejahtera ketika semua kebutuhannya dapat tercukupi. Itu menjadi salah satu tujuan pendirian badan usaha di mana masyarakat tidak lagi kesulitan mendapatkan barang atau jasa yang mereka butuhkan.
3. Mengentaskan Minimnya Lowongan Pekerjaan
Fresh graduate dari berbagai jurusan dan universitas – negeri hingga swasta, terus bertambah dari waktu ke waktu. Sayangnya, hal tersebut tidak dibarengi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan.
Melalui berdirinya suatu bisnis, pemilik dapat membantu menciptakan banyak lowongan pekerjaan baru. Seperti menjadi pegawai, tenaga khusus pengiriman, spesialis pengelola internet untuk transaksi digital, dan lain sebagainya.
4. Memacu Pertumbuhan Ekonomi Secara General
Salah satu indikator dari kondisi perekonomian suatu negara adalah jumlah transaksi badan usaha. Semakin tinggi nominal transaksi dan frekuensi aktivitas jual beli di tengah masyarakat, artinya pertumbuhan ekonominya juga sangat bagus.
Ragam Jenis Bisnis dan Contohnya
Jika Anda merasa tertarik untuk merintis suatu usaha baru, maka sebelumnya perlu memahami terlebih dahulu klasifikasinya. Di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Agraris
Jenis usaha yang sangat mudah Anda jumpai di Indonesia adalah agraris yang bergerak di sektor pengelolaan lahan dan aneka sumber daya alam. Cakupannya tidak hanya pertanian, namun juga peternakan, perkebunan, dan perikanan.
2. Ekstraktif
Selain agraris, ragam usaha yang ramai di Indonesia adalah usaha ekstraktif, alias pemanfaatan SDA melalui metode tambang. Termasuk di dalamnya pertambangan minyak dan gas bumi, emas, nikel dan lain-lain. Sektor ini juga menjadi salah satu penyumbang terbesar untuk devisa negara.
3. Industri
Pengelolaan bahan baku menjadi suatu produk untuk meningkatkan value merupakan jenis usaha industri. Contohnya pasir yang melalui pengolahan sedemikian rupa menjadi kaca dan barang pecah belah lain seperti gelas, piring, dan mangkok.
4. Jasa
Anda juga mungkin sering menemukan jenis bisnis yang satu ini. Bukan suatu produk yang ditawarkan, melainkan keterampilan dan pelayanan. Contohnya jasa desain grafis, bimbingan belajar, dan semacamnya.
5. Perdagangan
Jika berbisnis mencakup barang dan jasa, maka lain dengan berdagang. Memang termasuk dalam klasifikasi badan usaha, namun hanya fokus pada transaksi barang saja. Aktivitas jual beli berlangsung secara langsung maupun online. Contohnya toko kelontong, waralaba, supermarket dan online shop.
6. Pariwisata
Selain pengelolaan SDA yang tumbuh subur di Indonesia, jenis usaha di sektor pariwisata juga tidak kalah. Hal-hal yang mencakup wisata seperti destinasi, akomodasi, pengenalan adat istiadat dan kultur, hingga pemandu termasuk di dalamnya.
Bentuk Kepemilikan Bisnis
Sudah merasa siap untuk bergelut di bidang usaha? Tunggu, masih ada detail lain terkait yang perlu Anda pahami, termasuk tentang status kepemilikan badan usaha. Status kepemilikan usaha harus jelas karena menyangkut banyak aspek, termasuk keuntungan, tanggung jawab, dan lainnya. Kepemilikan usaha sendiri terbagi menjadi:
1. Perseorangan
Status kepemilikan yang pertama, yaitu perseorangan atau individu. Jadi, business tersebut dirintis dan dikontrol langsung oleh satu orang. Modal juga hanya berasal dari si pemilik, meskipun sumber dananya bisa berupa kredit dari instansi keuangan.
Dalam usaha tersebut, pemilik dapat dibantu oleh satu atau beberapa orang pegawai, namun statusnya terikat kontrak kerja yang legal. Semua keputusan terkait usaha tersebut tetap harus melalui si pemilik. Contoh kepemilikan seperti ini adalah toko kelontong.
2. Persekutuan
Berikutnya adalah kepemilikan bisnis berbentuk persekutuan yang merupakan hasil kerjasama dua individu atau lebih. Partnership ini terikat dalam suatu perjanjian atau kesepakatan terkait operasional, manajemen, dan produksi usaha serta pembagian keuntungan yang adil. Contohnya CV atau perseteruan komanditer.
3. Perseroan
Jenis kepemilikan usaha selanjutnya yaitu perseroan. Perusahaan seperti ini dimiliki oleh banyak orang dan mendapatkan investasi dalam skala besar. Segala sesuatu terkait perusahaan diawasi dan diputuskan bersama oleh dewan direktur yang terdiri dari para pemilik dan investor.
4. Koperasi
Bentuk kepemilikan terakhir adalah koperasi yang berdiri atas kesepakatan sekelompok orang yang otomatis menjadi anggota. Masing-masing anggota yang mendirikan juga sekaligus menjadi pemilik dan pengelola dengan tanggung jawab berbeda.
Tujuan pendirian koperasi tidak lain adalah kesejahteraan bagi anggota yang bernaung di dalamnya. Namun, tidak hanya fokus di situ. Koperasi juga akan membuka layanan keuangan juga bagi masyarakat umum dengan tujuan memajukan perekonomian negara.
Tantangan-Tantangan dalam Berbisnis
Selain hal-hal di atas, poin yang tidak kalah penting untuk menjadi pertimbangan matang sebelum memulai usaha adalah tantangan yang menyertai. Kendala-kendala berikut akan lazim Anda temui saat hendak merintis suatu badan usaha:
1. Tekanan Psikologis
Berbisnis tidak sekadar membutuhkan modal, tetapi juga kesiapan mental dan fisik. Proses persiapan sendiri seringkali menimbulkan tekanan psikologis, khususnya terhadap seseorang yang belum pernah terjun di bidang ini sama sekali.
2. Keterbatasan Modal
Anda memiliki banyak ide brilian untuk membuka bisnis baru dan siap secara mental maupun psikis. Namun, kemudian terbentur dengan ketersediaan modal. Terlebih jika menjalankan model kepemilikan usaha perseorangan di mana biaya sepenuhnya ditanggung pribadi.
3. Kurang Pengetahuan dalam Berbisnis
Modal ada dan sangat kuat, tapi pengetahuan dalam strategi usaha sangat minim juga menjadi tantangan tersendiri. Pondasi perlu Anda bangun secara kuat terlebih dahulu, jika tidak ingin mengalami kerugian. Sebab, kurang pengetahuan dalam berbisnis akan mengakibatkan kesulitan mengatur strategi pengelolaan usaha agar semakin maju.
4. Manajemen Finansial yang Buruk
Baik model usaha perseorangan maupun dimiliki banyak orang, pengelolaan keuangan yang buruk akan selalu berakibat fatal. Biasanya, ini terjadi akibat bercampurnya uang pribadi dengan usaha (untuk perseorangan) dan divisi keuangan yang tidak amanah (dalam bentuk kepemilikan lainnya).
5. Tidak Mampu Beradaptasi dengan Zaman
Bisnis merupakan suatu hal yang wajib berinovasi mengikuti perkembangan zaman untuk dapat terus bertahan. Contohnya saat ini merupakan era digital di mana segala sesuatu memanfaatkan internet termasuk promosi produk atau jasa. Bersikukuh menggunakan media konvensional hanya akan mengakibatkan kerugian.
6. Maraknya Kompetitor
Anda tentu tidak akan berpikir menjadi satu-satunya pebisnis yang bergelut di suatu bidang, bukan? Terlebih segala sesuatu di masa ini begitu mudah ditiru. Tidak mengejutkan bila kompetitor begitu mudah muncul. Apalagi jika usaha yang Anda rintis sangat prospektif.
Dalam situasi seperti itu, tidak ada pilihan selain terus berinovasi dalam usaha yang Anda jalankan. Biarkan kompetitor terus meniru, namun pastikan tetap menjadi pioneer sehingga konsumen akan tetap loyal terhadap usaha Anda.
7. Sabotase Internal
Salah satu tantangan yang cukup sulit dalam mempertahankan suatu usaha adalah sabotase internal yang orang terdekat lakukan. Bisa jadi pegawai atau kerabat yang merasa iri dan mengetahui rahasia perusahaan, kemudian memilih menyebarkannya pada kompetitor.
Sabotase seperti ini sangat berbahaya, terutama jika pemilik jarang mengontrol jalannya usaha. Ketika pemilik sadar ada masalah, biasanya sudah terjadi kekacauan yang fatal atau kerugian besar. Sehingga sulit untuk memulihkan situasi dan berpotensi mengalami kebangkrutan.
Sudah Memahami Apa itu Bisnis?
Melalui penjabaran di atas, Anda tentu sudah cukup memahami bagaimana bisnis dan segala detailnya, bukan? Merintis usaha bukan hal yang sulit, tetapi tidak lantas berarti mudah. Persiapan matang menjadi poin yang penting jika Anda ingin menggeluti dunia usaha.
Selain itu, masing-masing kepemilikan usaha sudah tentu mempunyai risiko, hak dan kewajiban, serta jumlah modal yang berbeda. Inilah sebabnya Anda perlu mempertimbangkan hal tersebut sebelum memutuskan menekuninya.
Sebagai bahan pertimbangan untuk pemula, Anda sebaiknya memilih jenis usaha yang relatif mudah dan terjangkau lebih dulu. Misalnya membuka jasa laundry, menjual makanan, dan lain sebagainya. Apakah Anda siap untuk memulai usaha?