Desa swadaya menjadi salah satu yang termasuk dalam klasifikasi desa berdasarkan tingkat perkembangannya. Ciri-ciri desa swadaya dapat terlihat dari lokasinya yang ada jauh di pelosok dan penduduk desa yang menutup diri dari peradaban modern karena masih menjunjung tinggi adat dan istiadat leluhurnya.
Meskipun demikian, desa swadaya mempunyai banyak keunggulan terutama pada hasil alamnya yang melimpah. Namun, karena kurangnya pengetahuan dan jumlah masyarakat dalam pemanfaatan potensi yang ada, membuat desa swadaya menjadi desa yang cukup terbelakang di masa yang sekarang.
Artikel ini akan lebih spesifik dalam membahas terkait gambaran desa swadaya, ciri-ciri desa swadaya, beserta contohnya yang masih eksis di Indonesia.
Daftar ISI
Apa itu Desa Swadaya?
Desa swadaya adalah desa yang memiliki potensi alam tertentu serta menerapkan pola kehidupan yang cenderung tradisional dan sederhana. Lokasi desa swadaya terpencil dan terletak jauh dari ibu kota provinsi. Penduduk desa swadaya pun masih terikat dengan tradisi, adat, serta budayanya yang kental dan khas.
Biasanya, para penduduk di desa ini lebih berfokus hanya untuk melayani kebutuhan rumah tangga daripada untuk sektor industri skala kecil ataupun besar.
Meskipun umumnya desa swadaya mempunyai banyak macam potensi alam, desa ini juga memiliki keterbatasan seperti minimnya penduduk, struktur kondisi wilayah yang ekstrim, dan kurangnya sarana yang ada.
Ciri-ciri Desa Swadaya
Desa Swadaya memiliki ciri khas tersendiri yang membuat desa tersebut berbeda dengan desa yang lainnya. Adapun, ciri-ciri desa swadaya adalah sebagai berikut:
1. Topografi Wilayah Pegunungan dan Perbukitan
Desa swadaya terletak di daerah dataran tinggi dan dikelilingi oleh banyak pegunungan serta perbukitan. Ciri-ciri desa swadaya yang seperti ini membuat desa tersebut menjadi semakin terisolir dan tertutup dari dunia luar.
Meskipun demikian, desa swadaya memiliki udara yang sejuk, bersih, dan berpotensi terhindar dari polusi. Tak hanya itu, wilayah yang subur dan hijau membuat mayoritas penduduk desa swadaya menggantungkan hidup mereka pada alam.
Penduduk desa swadaya biasanya akan menanam padi, sayuran ataupun buah-buahan supaya nantinya mereka dapat memanfaatkan hasil alam tersebut untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
Sejatinya, dengan tinggal di daerah pegunungan dan perbukitan membuat desa swadaya juga memiliki potensi menjadi daerah pariwisata. Namun, karena kurangnya sumber daya manusia dan dana yang memadai menyebabkan hal tersebut sulit untuk terealisasi.
2. Minimnya Jumlah Penduduk
Topografi wilayah yang bergunung-gunung dan berbukit-bukit dapat berdampak pada jumlah penduduk yang sedikit di desa swadaya. Meskipun tinggal di daerah seperti ini dapat memanjakan mata tiap waktu, namun ternyata memiliki risiko negatif yang terbilang tinggi.
Bayangan bencana alam dapat mengintai sewaktu-waktu. Dataran tinggi juga dapat membuat sinyal menjadi lemah akibat dari kondisi alam yang menghambat frekuensi sinyal.
Tak hanya itu, beberapa penduduk yang dulunya menempati desa swadaya mulai perlahan-lahan meninggalkan wilayah tersebut karena tuntutan masa depan dan ekonomi. Ciri-ciri desa swadaya seperti ini lah yang memungkinkan kurangnya populasi penduduk di desa tersebut.
3. Mayoritas adalah Petani
Ciri-ciri desa swadaya selanjutnya adalah penduduk yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Fakta ini tidak lain karena struktur wilayah desa swadaya yang berupa pegunungan dan perbukitan. Penduduk desa memanfaatkan kekayaan alam yang ada di sekitarnya untuk menjaga keberlangsungan hidup mereka sehari-hari.
Namun, karena penduduk desa swadaya sangat bergantung pada alam, hasil alam yang akan mereka dapatkan pun berbeda-beda. Misalnya pada musim hujan, mereka akan menanam tanaman kangkung, bayam, atau tomat. Lain halnya saat musim kemarau, mereka akan cenderung menanam tanaman kacang, jagung, terong, dan masih banyak macam lagi.
Hasil alam yang penduduk desa swadaya peroleh pun biasanya mereka gunakan untuk kepentingan sendiri dan desa, bukan untuk kebutuhan komersil.
4. Kurangnya Sarana dan Prasarana
Kondisi masyarakat yang tertutup serta wilayah yang pelosok membuat desa swadaya memiliki kekurangan dalam hal sarana dan prasarana. Salah satu ciri-ciri desa swadaya ini menyebabkan desa tersebut sulit untuk berkembang menjadi modern.
Akses menuju lokasi desa swadaya yang susah menjadi penyebab utama kurangnya sarana serta prasarana yang ada, seperti jalan raya dan transportasi. Banyaknya penduduk desa swadaya yang masih percaya dengan adat juga cukup menyulitkan terealisasinya hal tersebut.
Penduduk desa swadaya lebih memilih cara tradisional daripada modern dalam hal apapun. Misalnya, untuk melahirkan saja mereka lebih memilih untuk pergi ke dukun bayi daripada ke dokter ataupun rumah sakit.
Fakta ini terbukti dengan tidak adanya sarana seperti rumah sakit bersalin di desa swadaya. Penduduk desa swadaya berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan lingkungan mereka sendiri, tanpa bergantung pada siapapun, termasuk pemerintah.
5. Rendahnya Pendidikan dan Keterampilan Masyarakat
Penduduk desa swadaya cenderung ingin untuk meneruskan perjuangan orang tua mereka dengan cara bekerja daripada melanjutkan pendidikan formal setinggi-tingginya. Karena sangat bergantung pada alam, keterampilan penduduk desa swadaya pun hanya sebatas menanam dan berkebun saja.
Penyebab ini masih berkaitan dengan kurangnya sarana dan prasarana serta minimnya jumlah penduduk yang ada di desa swadaya tersebut. Sehingga, masyarakat di desa swadaya tidak ada pilihan lain selain untuk bekerja sebagai petani demi mencukupi kebutuhan rumah tangga dan desa swadaya nya itu sendiri.
6. Adat Istiadat yang Kental
Hampir seluruh penduduk desa swadaya terikat dengan adat dan budaya yang sangat kental. Masyarakat di sana pun masih menerapkan serta menjunjung tinggi norma adat yang berlaku di kehidupan bermasyarakat.
Penduduk desa swadaya juga sulit untuk menerima perubahan modern jika hal tersebut bertentangan dengan norma adat yang berlaku di desa tersebut..
Penyebab ini merupakan contoh ciri-ciri desa swadaya yang menyebabkan mereka menjadi masyarakat yang cenderung tertutup dan terisolir dari dunia luar. Sejatinya, penduduk desa swadaya bukan tanpa alasan menolak perubahan modern. Hal ini berkaitan dengan menjaga warisan nenek moyang mereka yang terdahulu.
7. Rendahnya Teknologi
Dataran tinggi membuat sinyal internet susah untuk menjangkau wilayah ini. Akibatnya, hal ini berdampak terhadap rendahnya teknologi di desa swadaya, pun dengan masyarakatnya yang menjadi buta akan teknologi.
Ciri-ciri desa swadaya yang satu ini juga akibat dari penduduk desa swadaya yang masih menjunjung tinggi adat istiadat. Adanya teknologi yang masuk mungkin juga membuat masyarakat desa khawatir hal tersebut akan melanggar norma adat serta warisan leluhur yang telah ada sejak dulu.
Contoh Desa Swadaya di Indonesia
Di Indonesia, terdapat contoh desa swadaya yang masih eksis hingga saat ini. Contoh desa tersebut yaitu desa Kanekes dan kampung Bena.
1. Desa Kanekes
Desa ini terletak di kaki pegunungan Lender, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Suku Baduy dalam dan luar telah mendiami kawasan tersebut sejak lama.
Alasan mengapa desa Kanekes tergolong sebagai desa swadaya karena penduduk desa ini masih memegang erat adat dan budaya leluhur setempat, serta menutup diri dari peradaban dunia luar.
2. Kampung Bena
Berlokasi di Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur, kampung ini merupakan salah satu perkampungan megalitikum yang ada di Indonesia. Hingga saat ini, teknologi canggih belum menjangkau Kampung Bena yang mana fakta tersebut merupakan karakteristik desa swadaya.
Selain itu, kehidupan masyarakat di kampung Bena juga masih tergolong sederhana dan tradisional.
Sudah Tahu Mengenai Gambaran dan Ciri-ciri Desa Swadaya?
Itulah pembahasan mengenai ciri-ciri desa swadaya beserta contoh desanya yang ada di Indonesia.
Pada intinya, desa swadaya adalah desa yang memiliki beragam potensi tertentu yang berguna untuk penduduk desa tersebut tapi terhalang oleh beberapa keterbatasan seperti minimnya penduduk, kurangnya sarana prasarana yang ada, dan lokasi desa yang terpencil.