Cybercrime: Pengertian, Jenis, Cara Mengatasi & Aplikasi, Terlengkap!

Walaupun memiliki banyak kelebihan, namun perkembangan digital teknologi juga rawan dengan bayang-bayang cybercrime yang meresahkan. Tak hanya membuat banyak korban merasakan dampak kerugian, namun juga membuat banyak pihak takut dan enggan menggunakan beberapa kemajuan teknologi.

Dari banyak kasus kejahatan siber yang ada, sudah banyak upaya baik kelompok, developer, hingga regulasi pemerintah yang dikerahkan. Namun, untuk memperkuat upaya tersebut, ada baiknya Anda mempelajari pengertian, jenis, cara mengatasi, dan aplikasi yang bisa membantu. Yuk, simak artikel ini untuk info lengkapnya!

Apa itu Cybercrime?

Mungkin, jika sering membaca berita atau berkutat dalam dunia teknologi digital, pastinya sedikit banyak Anda sudah mengetahui betapa mengerikannya kejahatan siber yang bisa terjadi. Walaupun tak menyerang fisik secara langsung, namun bentuk kejahatan ini lebih kompleks dan bisa menyebabkan berbagai dampak kerugian.

Seperti namanya, tindak kejahatan ini merupakan segala sesuatu yang bersifat merugikan orang lain dan terjadi dalam dunia maya atau digital. Cakupannya cukup luas, mulai dari pencurian data, harta digital, kasus hak cipta, plagiasi, pembajakan, pencemaran nama baik, hingga hacking website.

Karena cybercrime adalah tindak kejahatan, sudah bisa dipastikan bahwa segala sesuatu yang bersangkutan memiliki sifat yang ilegal. Sama halnya dengan kejahatan lain, sasaran dari kejahatan ini bisa sebuah instansi, organisasi, perusahaan, hingga individu.

Tak melihat niat atau motif dari pelaku kejahatan siber, namun tindakan yang dilakukannya sudah jelas salah dan patut mendapatkan balasan yang setimpal. Walaupun dalam beberapa kasus, regulasi siber di Indonesia masih terbilang cukup rancu.

Jadi, walaupun ada aturan yang sudah ditetapkan, namun individu maupun instansi harus melakukan tindakan pencegahannya sendiri-sendiri. Terkait penyelesaian kasusnya, aparatur sipil masih belum bisa mendukung 100%. Hal tersebut mungkin terjadi karena SDM dalam bidang tersebut terbilang belum cukup memadai.

Jenis Cybercrime

Sebenarnya ada banyak sekali bentuk kejahatan siber, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Hacking

Jenis pertama merupakan yang paling umum orang dengar biasanya berupa upaya masuk atau mengakses sebuah sistem atau jaringan komputer secara tidak sah. Seorang peretas akan berusaha membobol sebuah sistem keamanan, melalui bagian sistem keamanan yang paling rentan.

Secara teknik, peretas akan mencari celah keamanan untuk bisa masuk atau mengakses sistem atau jaringan yang ingin dibobolnya. Dalam aksinya, tujuan kejahatan siber ini bisa bermacam-macam. Baik untuk menunjukkan kebolehannya saja, pembajakan, pencurian data, iseng, atau ada niatan perusakan sistem.

Uniknya, hacking tak selalu berkonotasi negatif. Karena banyak perusahaan dunia yang melibatkan hacker dalam sayembara pembobolan sistem keamanan. Seperti contohnya Google yang memberikan hadiah kepada siapa saja yang bisa meretas sistem keamanannya.

2. Phishing

Kemudian ada jenis kejahatan siber yang melakukan pembobolan sistem keamanan untuk melakukan pencurian identitas atau informasi tertentu. Dalam praktiknya, peretas akan mengirimkan email, pesan elektronik, atau link tertentu yang berfungsi untuk peniruan entitas atau hak akses dari korban,

Berbeda dengan hacking yang menyerang langsung sistem dengan mencari titik lemahnya. Phishing sebenarnya meminta persetujuan untuk meniru entitas walaupun secara terselubung. Biasanya, peretas akan memanipulasi korban agar mengungkapkan identitas dan data sensitif secara langsung maupun terselubung.

Karena mengaku sebagai pihak instansi atau bank yang bersangkutan, biasanya korban akan termakan oleh manipulasi tersebut. Contohnya seperti kasus phising pada Crelan Bank pada tahun 2016 yang sudah membuat perusahaan tersebut mengalami kerugian hingga 75 juta dolar.

3. Serangan DDoS

Pada dasarnya, Distributed Denial of Service merupakan serangan yang bertujuan untuk membuat jaringan atau server tidak tersedia bagi pengguna. Secara teknis, peretas akan membuat lalu lintas jaringan dengan melakukan request secara terus menerus dan banyak dalam satu waktu.

Sehingga, ketika permintaan berlebih dalam waktu singkat, server akan down dan membuat sistem tak bisa korban gunakan. Cybercrime ini biasanya peretas lakukan untuk membuat trafik sebuah web atau sistem jadi turun karena server overload dan tidak bisa pengguna akses.

Peretas bisa menggunakan berbagai cara. Misalnya serangan flood (mengirim banyak request dengan bot), amplifikasi (penggandaan lalu lintas data), dan refleksi (membelokkan lalu lintas ke sumber palsu). Contohnya seperti kasus serangan DDoS dari Yogyafree pada website Kaskus yang terjadi pada tanggal 16 – 17 mei 2008.

4. Cracking

Jenis kejahatan siber berikutnya merujuk pada upaya menghancurkan atau merusak sistem keamanan secara langsung untuk mendapatkan askes secara ilegal. Peretas akan memanipulasi atau mengganti mekanisme sistem keamanan secara langsung atau menanamkan malware tertentu.

Tak seperti hacking yang ada indikasi iseng atau bisa dilakukan karena pekerjaan yang sah, cracking sudah jelas mengarah ke tujuan kriminalitas. Cakupannya juga cukup luas, mulai dari software cracking, password cracking, hingga network cracking.

Peretas biasa menggunakan proses identifikasi sistem keamanan, memanipulasi kode, hingga menganalisa software untuk melakukan bypass atau penghilangan perlindungan. Contohnya seperti kasus pembobolan situs komisi pemilihan umum, yang terjadi pada tahun 2004 silam.

5. Carding

Kejahatan siber berikutnya merupakan upaya peretas untuk menyalahgunakan informasi terkait kartu kredit korban untuk menggunakannya secara ilegal. 

Dalam melakukan kejahatan siber ini peretas akan melakukan pencurian data kartu kredit. Lalu, mereka memalsukan kartu dan menggunakannya untuk melakukan transaksi seperti biasanya.

Namun, dalam beberapa kasus, sumber mengelompokkan jenis kejahatan ini ada dalam dua kategori, yakni card present dan juga card not present. Kategori pertama seperti proses yang dijelaskan sebelumnya yang menggunakan card skimming hasil dari manipulasi data.

Sedangkan untuk kategori kedua memanfaatkan akses internet, baik dengan teknik phishing maupun hacking. Peretas akan membuat transaksi digital menggunakan data kartu kredit korban. Tahun 2020 silam sempat gempar kasus serpua yang menimpa dua orang agen travel yang terbobol kartu kreditnya.

6. Cyber Terrorism

Walaupun kemajuan teknologi membantu banyak pihak dalam efisiensi kegiatan, namun banyak pihak yang malah menyalahgunakannya. Salah satunya seperti kejahatan siber satu ini yang dapat merugikan sebuah negara, tatanan politik, hingga mengancam keselamatan warga negaranya.

Dalam cybercrime ini, peretas akan menyerang perangkat, jaringan, maupun sistem informasi. Tujuannya adalah untuk memberikan tekanan atau intimidasi demi sebuah kepentingan tertentu. Kasus Bjorka dalam peretasan sistem keamanan negara menjadi salah satu contoh jenis kejahatan ini.

Peretas yang melakukan cyber terrorism ini biasanya memiliki berbagai karakter dan tujuan. Baik untuk kepentingan politik dan ideologis tertentu, penggunaan teknologi penggunaan paradigma, dan lain sebagainya. Walaupun peretas mengatasnamakan keadilan sosial, namun tetap saja tindakan ini bisa membahayakan warga.

7. Defacing

Walaupun menurut beberapa sumber dan ahli kejahatan siber ini merupakan yang paling ringan. Namun, dalam beberapa kasus tetap saja bisa menimbulkan efek kerugian untuk korban. Biasanya, dalam defacing peretas akan mengubah atau merusak tampilan halaman web atau sekedar mengganti konten tertentu.

Uniknya, dari beberapa kasus yang terjadi, para peretas melakukan kejahatan siber ini sebagai bentuk perlawanan terhadap kondisi politik, instansi, atau ideologi tertentu. Secara sekilas, tindakan ini mirip seperti tindakan vandalisme, namun media yang digunakan adalah platform digital.

Kasus ini kerap kali muncul di Indonesia, entah karena peretas yang semakin pintar atau memang tingkat keamanan di negara ini memang cukup rendah. Contohnya kasus provider Simpati dan Kominfo yang sering jadi sasaran defacing dengan merubah tampilan web utamanya.

8. Cyber Extortion

Jenis kejahatan dunia maya berikutnya adalah kejahatan yang melibatkan kegiatan pemerahan pada sebuah instansi atau pihak tertentu dan juga individu. Biasanya, dalam kasus kejahatan ini akan ada sebuah negosiasi dengan melibatkan penebusan sebuah data yang sudah peretas curi sebelumnya.

Kebanyakan peretas akan menargetkan perangkat keras pada instansi atau korban. Kemudian mengenkripsi dan mengunci file tertentu atau bisa Anda sebut sebagai serangan ransomware

Tujuan utama dari kejahatan siber ni adalah untuk meminta sejumlah tebusan dalam bentuk apapun, seperti rumor kasus BSI yang belakangan terjadi.

Dalam hal ini, butuh kemampuan pemecahan enkripsi yang tinggi untuk membobol sistem yang peretas pasang tanpa memberikan imbalan apapun. Dalam berbagai kasus, sudah banyak perusahaan yang mengalami kerugian besar dari kejahatan digital ini.

9. Cyber Espionage

Scara teknik, kejahatan siber satu ini adalah tindakan memata-matai target atau korban untuk urusan atau keperluan tertentu. Biasanya, peretas akan melibatkan teknologi komputer dan internet atau sebuah software khusus yang peretas sengaja pasang pada perangkat korban.

Dalam beberapa kasus, metode kejahatan ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi sensitif, rahasia industri, data keuangan, kebiasaan, hingga rahasia pemerintah. Jadi, peretas bisa mendapatkan keunggulan kompetitif, informasi strategis, hingga berbagai keuntungan politik maupun militer.

Cyber espionage bisa menjadi cybercrime tingkat nasional yang meliputi peretasan jaringan dan perangkat keamanan, pencurian data, dan manipulasi sosial. Bahkan, dalam beberapa kasus peretas akan memanfaatkan serangan APT (Advanced Persistent Threat) untuk mendapatkan akses terus menerus tanpa terdeteksi.

10. Serangan Zero Day

Jenis kejahatan siber berikutnya merupakan bentuk serangan yang terjadi pada kerentanan keamanan maupun bug pada sistem. Ini dimanfaatkan peretas untuk mendapatkan keuntungan. Biasanya jenis peretasan ini memiliki waktu yang terbatas, karena penggunaan bug bisa terdeteksi sewaktu-waktu oleh pihak developer.

Walaupun jarang digunakan dengan sengaja untuk menyerang instansi atau pemerintahan, kejahatan siber ini cukup mengganggu pengguna lain yang bisa merasakan kerugian. Biasanya, kejahatan ini lebih sering muncul pada sistem game online yang memiliki banyak bug dalam proses pengembangannya.

11. Serangan Malware

Selain serangan DdoS, ada juga jenis kejahatan siber yang melibatkan perangkat lunak berbahaya seperti virus yang peretas sisipkan melalui komputer atu jaringan korban. Pengiriman malware bisa melalui email, pesan instan, link, baik dengan format txt, dox, dan apk. 

Serangan malware ini tak hanya merusak sistem, tapi juga dapat membuat pengambilan sistem, pemblokiran akses, penghapusan data, hingga berbagai virus lainnya. Karena itu, penting untuk tidak sembarangan menginstal aplikasi yang tidak Anda kenali apalagi dikirim orang yang tak dikenal.

12. Penipuan Online

Jenis cybercrime selanjutnya adalah salah satu kejahatan yang bisa menimpa banyak korban, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Kasus penipuan ini juga bisa menggunakan berbagai teknologi digital, manipulasi data atau identitas, pencurian data, hingga yang terbaru penipuan cryptocurrency.

Penipuan digital sendiri ada beberapa jenis, seperti penipuan OTP yang bisa mempermudah verifikasi pembobolan kepada target. Karena jenis penipuan cukup banyak, Anda akan membutuhkan pencegahan dan edukasi lebih agar tidak mudah kena tipu.

Cara Mencegah dan Mengatasi Cybercrime

Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah maupun mengatasi kasus kejahatan siber, seperti contohnya:

1. Meningkatkan Kesadaran dan Edukasi Publik

Cara pertama yang bisa anda lakukan adalah dengan meningkatkan kesadaran dan edukasi publik terhadap bahaya melakukan dan mengalami kejahatan siber. Anda bisa meningkatkan kesadaran tentang ancaman siber melalui berbagai edukasi atau seminar publik.

Jika mengalami kejahatan siber, pastikan untuk memahami taktik atau kasus yang Anda alami. Sehingga Anda bisa mencari mencari strategi terbaik untuk mengatasinya atau sekedar mencari ahli yang bisa mengatasinya.

2. Gunakan Kata Sandi yang Rumit 

Cara berikutnya yang bisa Anda gunakan adalah memasang dan terus memperbarui secara berkala pada kata sandi yang Anda gunakan. Jika platform yang Anda gunakan memperbolehkan menggunakan simbol, sertakan kombinasi huruf kecil dan besar, angka, dan juga simbol. Sehingga sandi lebih aman dan sulit diretas.

3. Memperkuat Sistem Keamanan

Agar dapat menghindari cybercrime, Anda bisa meningkatkan sistem keamanan. Baik dari jaringan maupun perangkat yang Anda gunakan, seperti:

  • Memperbarui atau update sistem operasi, perangkat lunak, dan aplikasi secara teratur untuk memperoleh pembaruan keamanan yang lebih baik.
  • Menggunakan solusi keamanan yang lebih kuat, seperti firewall, antivirus, dan antispyware premium.
  • Mengamankan jaringan Wi-Fi atau internet dengan menggunakan enkripsi yang kuat.
  • Matikan fitur yang tidak perlu dan tidak digunakan. Seperti file sharing, VPN, dan remote desktop untuk mengurangi potensi kerentanan.

4. Gunakan Aplikasi Pemantauan atau Alat Bantu Deteksi 

Langkah berikutnya yang bisa Anda lakukan adalah melakukan pemantauan secara rutin pada aktivitas yang mencurigakan dengan atau tanpa aplikasi pemantauan. Jika Anda menggunakan aplikasi atau alat bantu, pastikan untuk mengaktifkan sistem pemberitahuan agar bisa melakukan pencegahan dan penanganan dengan cepat.

5. Membentuk Lembaga Khusus Penangan Kejahatan Siber

Selain membuat regulasi yang jelas, pemerintahan juga perlu membuat lembaga khusus yang menangani kejahatan siber. Dalam hal ini, setiap instansi umumnya memiliki tim tersendiri untuk mengatasi berbagai kejahatan siber. Tentu saja, setiap tim yang ditunjuk harus memiliki kompetensi dasar yang mendukung.

Tim ini juga menangani berbagai kebutuhan. Mulai dari identifikasi atau deteksi, respon keamanan, penyelidikan dan penuntutan, kolaborasi kerja sama, hingga pemulihan dan pencegahan lainnya.

6. Buat Regulasi yang Jelas

Agar dapat melindungi keamanan dan kebutuhan publik, pemerintahan juga harus membuat regulasi yang jelas terkait ketentuan dan hukuman cybercrime. Dalam regulasi harus menerapkan hukuman atau sanksi tertentu yang jelas dengan ketentuan atau aturan yang tidak menimbulkan makna dualisme.

Indonesia sendiri kini menghadirkan tatanan Undang-Undang ITE untuk menangani pencegahan dan penanganan kasus kejahatan siber. Walaupun dalam beberapa aturan, masih ada hukum yang masih abu-abu atau ambigu. Karena itu, kekuatannya dalam hukum masih kurang kuat.

7. Gunakan SSL pada Website 

Dalam pengamanan website, Anda bisa memasang perlindungan dengan memasang SSL (Secure Socket Layer). Pengamanan merupakan sebuah protokol keamanan yang bisa Anda gunakan untuk menjaga kerahasiaan antar pengguna melalui sistem enkripsi yang rumit.

8. Memilih Layanan Hosting yang Aman dan Terpercaya

Salah satu masalah kejahatan siber sering terjadi karena kelemahan pada keamanan layanan hosting atau internet. Oleh karena itu, Anda perlu memilih layanan hosting yang aman dan terpercaya untuk memberikan jaminan keamanan lebih baik.

9. Lakukan Backup Data

Penggunaan sistem backup data menjadi cara terbaik untuk mengatasi sistem yang terkena hack atau terkena cybercrime. Tujuannya adalah melindungi data dan mengatasi masalah serupa untuk memudahkan pengembalian data yang hilang. 

Karena salah satu cara yang bisa Anda gunakan untuk mengatasi kasus kejahatan siber seperti serangan malware adalah dengan memulihkan pengaturan pabrik atau format directory.

10. Hindari Mencoba Aplikasi Hack

Sebenarnya, banyak aplikasi yang membantu para peretas pemula melakukan tindak kejahatan. Contohnya seperti Acunetix, Lucky Patcher, Hackcode, Termux, dan beragam aplikasi lainnya. Sebaiknya Anda menghindari aplikasi tersebut. Karena banyak tindak kejahatan yang berawal dari coba-coba, sehingga menjadi terbiasa.

Aplikasi Pencegah dan Penanganan Cybercrime

Agar dapat mengatasi dan mencegah berbagai serangan siber, Anda bisa memasang beberapa aplikasi. Beberapa aplikasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Antivirus

Setiap aplikasi antivirus seperti Smadav, Avast, Norton, Kaspersky, atau yang lainnya dapat melindungi perangkat dari serangan malware, virus, dan program berbahaya serupa. Beberapa jenis aplikasi ini menyediakan perlindungan real-time, pemindaian sistem, dan deteksi ancaman berdasarkan database yang terus diperbarui.

2. Firewall

Aplikasi berikutnya adalah Firewall, software ini akan membantu melindungi perangkat yang Anda gunakan dari cybercrime. Sebut saja seperti ZoneAlarm atau Comodo Firewall, itu merupakan contoh aplikasi yang membantu memonitor lalu lintas jaringan dan memblokir akses yang mencurigakan.

3. Password Manager

Berikutnya ada jenis aplikasi manajemen kata sandi, seperti LastPass, Dashlane, atau KeePass yang akan membantu mengamankan kata sandi dan informasi login Anda. Aplikasi ini memungkinkan Anda menyimpan, menghasilkan, dan mengelola kata sandi yang kuat untuk setiap akun yang Anda gunakan.

4. Aplikasi Keamanan Web

Jenis aplikasi keamanan web juga jadi salah satu cara pencegahan serangan digital. Sebut saja seperti Web of Trust (WOT) atau Bitdefender TrafficLight yang dapat memberikan peringatan saat Anda mengunjungi situs web tidak aman atau mencurigakan. 

5. VPN (Virtual Private Network)

Aplikasi yang dapat mencegah cybercrime berikutnya adalah VPN. VPN dapat menyembunyikan alamat IP yang Anda gunakan sekarang ini dengan IP samaran. Contohnya seperti NordVPN, ExpressVPN, atau CyberGhost yang membantu menciptakan koneksi terenkripsi antara perangkat Anda dan server VPN. 

6. Aplikasi Kriptografi

Berikutnya ada aplikasi kriptografi, seperti Signal atau WhatsApp dengan enkripsi end-to-end yang sangat membantu. Khususnya membantu dalam melindungi privasi dan kerahasiaan komunikasi Anda dengan mengenkripsi pesan, panggilan, dan berbagi file.

Sudah Tahu Apa itu Cybercrime dan Cara Mengatasinya?

Dari penjelasan di atas, kini Anda tahu bahwa cybercrime memiliki banyak jenis. Jadi, Anda bisa mengatasi masalah sesuai dengan pokok permasalahannya. Jika sudah memahami berbagai tindak kejahatan, dampak, dan cara penanganannya, kini Anda bisa lebih berhati-hati dalam beraktivitas digital. Semoga membantu!

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page