Daur Hidup Cacing Pita, serta Cara Hidup & Sistem Reproduksinya

Cacing merupakan hewan yang memiliki beragam jenis, salah satu jenisnya seperti cacing pita. Cacing ini sendiri dapat membahayakan dan menjadi parasit untuk manusia. Sebab dalam proses daur hidup cacing pita, mereka menopang pada inangnya untuk melakukan perkembangbiakan. 

Ternyata, cacing pita juga menjadi parasit bagi hewan ternak seperti sapi, babi, dan kerbau. Parasit tersebut dapat menyebar pada organ tubuh dan menimbulkan penyakit. Pemahaman mengenai daur hidup cacing pita dapat mencegah terjadinya penyakit dari parasit tersebut. Yuk, simak ulasan berikut ini! 

Apa itu Cacing Pita?

Cacing Pita
Cacing Pita | Image source: lovetoknowpets.com

Cacing pita merupakan hewan parasit vertebrata berbentuk pipih dan memanjang seperti pita. Daur hidup cacing pita mampu menginfeksi tubuh hewan ternak maupun manusia. Penularannya dapat terjadi ketika mengkonsumsi daging mentah atau belum matang.

Cacing pita termasuk dalam kingdom animalia, filum platyhelminthes, kelas cestoda, ordo cyclophyllidea, family taeniidae, dan genus Taenia. Cacing pita juga merupakan hewan multiseluler, sebab terdiri dari banyak sel-sel. Selain itu, cacing pita juga memiliki beberapa spesies.

Spesies dari cacing pita di antaranya Diphyllobothrium latum, Dipylidium caninum, Hymenolepis nana, Taenia saginata dan Taenia solium. Spesies yang dapat menginfeksi pada manusia di antaranya Taenia solium dan Taenia saginata. Taenia solium terdapat pada babi, sedangkan Taenia saginata terdapat pada sapi.

Daur Hidup Cacing Pita

Daur Hidup Cacing Pita
Daur Hidup Cacing Pita | Image source: medical-dictionary.thefreedictionary.com

Dalam proses daur hidup cacing pita, mereka tidak mengalami fase reproduksi generatif. Cacing pita mengalami siklus hidup yang kompleks, sebab menopang pada dua inang. Inang tersebut terdiri dari inang primer (manusia) dan inang perantara (hewan ternak). Adapun, siklus daur hidupnya adalah sebagai berikut:

1. Telur

Proses berkembang biak cacing pita membutuhkan inang yang cocok. Salah satu inang primer, yaitu berada pada usus halus manusia. Usus halus merupakan organ dalam tubuh manusia yang menjadi awal mula siklus daur hidup cacing pita. Sebab, cacing dewasa berada dalam usus akan memiliki proglotid gravid.

Proglotid gravid adalah segmen tubuh cacing yang telah matang dan mengandung telur-telur cacing pita. Proglotid ini akan memisahkan diri dari tubuh cacing dewasa dan secara aktif terlepas keluar bersama feses inang primer melalui anus. Kemudian, proglotid tersebut dapat menemukan inang perantara yang tepat.

2. Infeksi pada Hewan Ternak

Setelah menemukan inang perantara seperti sapi atau babi. Cacing pita dapat menetaskan telur yang sudah matang dan mengeluarkan embrio disebut onkosfer. Lalu, onkosfer akan menembus dinding usus inang melalui peredaran darah limfa. Kemudian berkembang menjadi larva yang disebut sistiserkus di dalam otot tertentu. 

Larva tersebut berkembang dan menyebar ke bagian tubuh lain, seperti jantung, otot pengunyah, diafragma, lidah, otot antar tulang rusuk, leher dan daerah esofagus. Sistiserkus dapat bertahan sampai bertahun-tahun dalam tubuh inang perantara. Daur hidup cacing pita melalui inang perantara beralih kembali pada inang primer.

3. Infeksi pada Manusia

Manusia juga bisa terinfeksi cacing pita kembali, jika mengonsumsi daging hewan yang belum matang. Daging hewan yang belum matang atau mentah dapat mengandung larva cacing pita tersembunyi. Kemudian, daging mentah itu tertelan dan cacing pita tersebut menempel pada usus halus manusia hingga dewasa.

Setelah dewasa, cacing pita akan berkembang biak kembali dan menghasilkan benih telur baru. Anda tahu, cacing pita sekali bertelur mencapai puluhan maupun ratusan ribu telur per segmen, lho. Padahal, cacing pita memiliki segmen sekitar 1.000 sampai 2.000 segmen. Daur hidup cacing pita pun akan terus berulang.

Cara Hidup Cacing Pita

Secara morfologi, cacing pita merupakan salah satu parasit yang tubuhnya berbentuk pipih seperti pita dan memanjang. Tubuh cacing pita dewasa dapat berkembang biak dengan memanjang 6 meter hingga 25 meter, bahkan lebih. Daur hidup cacing pita memiliki karakteristik tersendiri tergantung jenis spesiesnya.

Perkembangan hidup cacing pita bergantung pada suhu dan kelembaban. Pada suhu beriklim panas secara efektif dapat membunuh telur dan larva yang hidup bebas untuk berkembang biak. Pergantian musim sangat berpengaruh bagi siklus hidup cacing pita.

Cacing pita bertahan hidup melalui siklus daur hidup yang kompleks dan membutuhkan dua inang yang berbeda, yakni inang primer dan inang perantara. Keberadaan cacing pita hidup pada bagian atas jejunum atau saluran pencernaan manusia dan mampu bertahan hidup sekitar 25-30 tahun untuk berkembang biak. 

Sedangkan, pada inang perantara (hewan ternak) daur hidup cacing pita dalam bentuk larva mampu bertahan hidup pada otot, otak, hati, dan lainnya. Selain itu, cacing pita mempertahankan hidup dengan menyerap nutrisi atau menghisap sari makanan dalam tubuh inang primer maupun inang perantara secara osmosis.

Penyerapan sari-sari makanan terjadi pada usus halus inang primer yang diserap langsung melalui seluruh permukaan proglotid. Sebab, cacing pita hanya mempunyai skoleks untuk menopang pada usus inang primer. Sehingga, manusia dapat terinfeksi penyakit yang menyebabkan peradangan pada usus.

Oleh karena itu, tindak pencegahan agar tidak terjangkit infeksi virus pada cacing pita Anda harus menjaga kebersihan diri. Serta menjaga pola makan yang teratur, mendinginkan daging, melakukan pemeriksaan daging, dan memasak daging sampai matang dengan sempurna sebelum dapat mengonsumsinya.

Sistem Reproduksi Cacing Pita

Sistem Reproduksi Cacing Pita
Sistem Reproduksi Cacing Pita | Image source: coladaweb.com

Setelah memahami daur hidup cacing pita dan cara hidupnya, pemahaman akan sistem reproduksinya juga penting.

Struktur tubuh cacing pita memiliki 3 lapisan, yaitu lapisan dalam (endoderm), lapisan tengah (mesoderm), dan lapisan luar (ektoderm). Tubuh cacing pita tersusun segmen-segmen yang disebut proglotid. Pembentukan segmen tersebut disebut strobilasi. Tubuh cacing pita berlapis kutikula yang terdiri dari bagian anterior.

Bagian anterior terdiri dari skoleks, leher, dan strobila. Skoleks bagian dari kepala cacing pita yang memiliki alat untuk menghisap (sucker) dan memiliki kait yang terbuat dari zat kitin biasa disebut rostelum. Rostelum memiliki fungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya. Sayangnya, cacing pita tidak memiliki mulut.

Pada bagian leher belakang skoleks terbentuk proglotid. Setiap proglotid dewasa mengandung susunan alat kelamin jantan dan betina yang lengkap dalam satu individu, kondisi itu disebut hermafrodit. Setiap proglotid dapat mengalami fertilisasi sendiri. Sebab, cacing pita tidak mengalami fase aseksual.

Pada daur hidup cacing pita, proglotid dapat melepaskan diri bersama feses dari tubuh inangnya. Manusia dapat terinfeksi penyakit taeniasis (taenia saginata) dari makanan yang mentah atau tidak matang. Penyakit tersebut akibat terdapat infeksi parasit cacing pita yang akan menimbulkan masalah kesehatan yang serius.

Sudah Tahu Daur Hidup Cacing Pita?

Itulah pemahaman mengenai daur hidup cacing pita serta cara hidup dan sistem reproduksinya cukup kompleks. Infeksi cacing pita dapat membahayakan kesehatan manusia. Sebaiknya, manusia dan hewan ternak harus menjaga kebersihan agar tidak tertular maupun terinfeksi penyakit.

Jika mengalami gejala taeniasis (infeksi cacing pita), seperti perut terasa mual, sakit ulu hati, diare, pusing, dan muntah. Maka, jangan sampai menyepelekan. Sebaiknya segera melakukan pemeriksaan pada ahlinya di rumah sakit terdekat supaya tidak mengalami masalah yang serius pada organ tubuh Anda.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page