Daur Hidup Capung dan Penjelasan Proses Tahapannya

Lingkungan bersih dan perairan yang tenang identik dengan tempat bersarangnya capung. Capung sendiri memiliki indikator yang dapat menunjukan pencemaran air di sekitar perairan. Tak hanya itu, perairan bersih juga menjadi tempat daur hidup capung. 

Apakah Anda ingin tahu bagaimana siklus hidup dari serangga ini? Artikel ini akan menjelaskan mengenai pengenalan, proses perkembangbiakan, dan daur hidup capung. Yuk, simak informasi lengkapnya di sini!

Mengenal Capung

Capung adalah salah satu jenis serangga karnivora yang tergolong dalam ordo odonata. Odonata berasal dari bahasa Yunani “odontos” yang berarti rahang yang bergigi dan pada ujung bibir bawah (labium) terdapat benjolan-benjolan (spina) tajam yang mirip gigi. 

Serangga satu ini mengalami metamorfosis tidak sempurna. Karena pada proses daur hidup, capung tidak melewati fase pupa atau kepompong dan berkembang biak hanya melalui tiga tahapan. Tahapan tersebut bermula dari telur, nimfa, kemudian capung dewasa. 

Peranan capung dalam keseimbangan rantai makanan pada ekosistem cukup penting. Sebab, capung menjadi predator yang memangsa serangga-serangga kecil, bahkan juga memakan capung sejenisnya yang lebih kecil. Cukup menarik, bukan? Selain itu, capung cukup berperan aktif memberi manfaat bagi lingkungan sekitar.

Pemanfaatan capung bagi lingkungan adalah berperan sebagai predator pengendali hama yang memangsa serangga-serangga kecil, seperti nyamuk, lalat, wereng dan lainnya yang menjadi hama bagi lingkup sekitar. Tidak hanya itu, capung dapat mengidentifikasi suatu lingkungan perairan yang terbebas dari pencemaran. 

Klasifikasi dan Bagian Tubuh Capung

Sebelum memahami siklus atau daur hidup capung, Anda sebaiknya mengetahui klasifikasi dan bagian-bagian dari hewan ini terlebih dahulu.

Tubuh capung memiliki beberapa bagian. Terdiri dari kepala, toraks (dada), abdomen (perut), memiliki enam kaki, mata yang majemuk dan memiliki dua pasang sayap dengan ciri khas tersendiri dari tiap spesies. Capung dapat terbang maju mundur dan bisa terbang mencapai 50 km per jam dalam waktu sangat singkat.

Serangga jenis ini secara taksonomi diklasifikasikan dalam kingdom animalia dan kelas insekta. Serta ordo odonata yang terdiri atas dua ordo, yakni Zygoptera (capung jarum) dan Anisoptera (capung). Capung sendiri sangat beragam jenisnya dengan varian karakteristik tersendiri setiap spesiesnya.

Contoh jenis-jenis capung di antaranya adalah capung merah tua (crocothemis erythraea), capung jarum sawah (ischnura senegalensis). Lalu, ada capung tengger biru (diplacodes trivialis), capung jarum metalik (pseudagrion rubriceps), capung tengger jala lurus (neurothemis terminata), dan lain sebagainya.

Proses Perkembangbiakan Capung

Pada fase daur hidup capung dewasa, capung tersebut akan melakukan kopulasi dengan lawan jenisnya. Capung jantan memiliki kebiasaan menguasai wilayah teritorialnya sendiri. Selain itu, kerap terjadi perkelahian dengan capung lainnya dalam memperebutkan wilayahnya. 

Sembari menjaga wilayahnya, capung jantan siap kawin menunggu seekor capung betina untuk mendekatinya. Jika, capung betina terbang mendekati salah satu wilayah teritorial capung jantan, maka capung jantang akan mencoba untuk menguasai dan mengawininya.

Pada dasarnya, karakteristik morfologi capung jantan memiliki tubuh berwarna cerah. Bahkan, lebih mencolok daripada warna capung betina. Hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi capung jantan untuk menarik perhatian capung betina. Jika, satu sama lain tertarik, capung-capung tersebut akan melakukan kopulasi.

Proses yang merupakan awal mula daur hidup capung ini sering terjadi di area perairan. Capung melakukan kopulasi saat terbang dengan mengibaskan ekornya di sekitar perairan tersebut. Ketika capung melakukan kopulasi, capung jantan akan mencengkram kepala capung betina. 

Sedangkan capung betina berusaha membengkokkan ujung perutnya. Lalu, berusaha memasukkan pada alat kelamin capung jantan yang berisi sel sperma. Jika berhasil, sel-sel sperma akan memasuki tubuh capung betina dan membasahi telur-telur capung betina. 

Proses Daur Hidup Capung

Setelah mengenali capung, kini Anda akan melihat bagaimana proses daur hidup capung. Capung mengalami siklus hidup melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut terbagi menjadi tiga tahap, meliputi:

1.Telur

Telur
Telur | Image source: Unsplash.com

Daur hidup capung berawal pada pembentukan telur capung terjadi apabila capung betina dan capung jantan bereproduksi sehingga menghasilkan benih telur. Capung betina memiliki ovipositor untuk meletakan telurnya pada tepian permukaan air dengan mencelupkan abdomennya ke dalam air dan melepaskannya. 

Ketika terbang atau melakukan reproduksi, capung tidak dapat menentukan habitat yang cocok untuk meletakkan telurnya. Sehingga, capung meletakkan telurnya pada permukaan air yang menggenang, seperti sungai, kolam, danau, dan rawa-rawa. Tempat itu menjadi habitat capung agar dapat berkembang biak.

Selain itu, capung betina meletakan telurnya pada lokasi yang dapat dicapainya, seperti pada tumbuhan air atau batang tumbuhan yang digenangi air. Perkiraan telur capung menetas adalah dalam waktu satu sampai tiga minggu. Capung sendiri bereproduksi dengan menghasilkan telur hingga ratusan maupun ribuan.

2. Nimfa

Nimfa
Nimfa | Image source: Pixabay.com

Setelah telur menetas, proses daur hidup capung tumbuh selanjutnya adalah anak capung yang dikenal dengan sebutan nimfa. 

Nimfa dapat hidup di air dan bertahan dengan cara memangsa menggunakan bibir bawah yang panjang. Di mana mereka akan menjulurkan ke depan untuk menangkap mangsanya seperti ikan kecil dan berudu.

Jika sudah dapat bertahan hidup, nimfa akan berpindah tempat, seperti ke darat. Seperti halnya jika nimfa sudah tumbuh dengan sempurna, maka mereka akan keluar dari air dengan merayap lalu memanjat batang tumbuhan. Lalu, akan melepaskan kulit dalam waktu yang lama hingga berubah menjadi capung dewasa.

Nimfa ini termasuk tahapan yang paling lama dari daur hidup capung. Sebab, mereka membutuhkan waktu sekitar empat tahunan untuk dapat menjadi capung dewasa. Nimfa capung dapat melepaskan kulitnya berulang-ulang kali atau sekitar dua belas kali. 

Waktu nimfa berkembang biak dapat dipengaruhi oleh perubahan iklim. Jika mengalami iklim tropis, maka masa hidup nimfa lebih sedikit dari pada yang hidup di iklim sedang. Karena hal tersebut akan mempengaruhi proses pematangan nimfa untuk menjadi sempurna.

3. Capung Dewasa

Capung Dewasa
Capung Dewasa | Image source: Pexels.com

Tahapan daur hidup capung terakhir, yaitu nimfa yang berkembang biak dengan melepas kulitnya yang terakhir dan menjadi capung dewasa. Namun, capung masih relatif lunak dan agak lemah. Bahkan, dapat menjadi buruan pemangsa lainnya. Capung muda masih belum memiliki warna pada tubuhnya.

Ternyata, perkiraan munculnya warna pada tubuh capung sekitar satu sampai tiga mingguan. Ketika sudah sempurna, tubuhnya akan lebih kuat untuk terbang dan bertahan hidup dengan menangkap mangsa. Capung dewasa sendiri dapat bertahan hidup hanya sekitar 4 bulan lamanya.

Capung merupakan predator yang cukup rakus, sebab dapat memangsa serangga kecil seperti nyamuk, wereng, lalat, rayap dan lainnya. Tidak hanya itu, capung juga dapat menjadi pemberantas hama pertanian sehingga dapat menguntungkan dalam menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan agar tetap bersih dan nyaman.

Sudah Pahamkan Proses Daur Hidup Capung?

Itulah penjelasan mengenai proses daur hidup capung. Keberadaan capung dapat mengidentifikasi lingkungan perairan tersebut tercemar atau tidak. Sebab, capung identik dengan lingkup perairan yang bersih. Namun, ekosistem capung sudah mulai jarang, sebab mereka tak mampu bertahan pada lingkungan penuh sampah.

Agar lingkungan dapat menjadi tempat daur hidup capung capung, Anda sebaiknya membangun kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. Sehingga tetap bersih dan terawat. Sehingga populasi capung stabil dan tidak menurun, serta dapat menjaga keseimbangan rantai makanan. 

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page