Pengertian Ilmu Sosiologi: Pendapat Ahli, Ruang Lingkup, dan Fungsinya

Ilmu sosiologi menjadi salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang sekolah menengah. Khususnya bagi siswa dari rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Secara umum, materi dalam pelajaran sosiologi berkaitan dengan kehidupan masyarakat beserta objeknya, yakni manusia.

Lantas, sebenarnya apa yang dimaksud dengan pelajaran sosiologi menurut para ahli? Yuk, simak penjelasan selengkapnya tentang pengertian, ruang lingkup, hingga fungsi pelajaran sosiologi dalam artikel ini!

Pengertian Ilmu Sosiologi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, sosiologi merupakan pelajaran tentang sifat, perkembangan, dan tingkah laku masyarakat. Selain itu, kata sosiologi juga dapat diartikan sebagai ilmu tentang struktur sosial, proses sosial, dan perubahannya.

Sedangkan jika dilihat menurut harfiahnya, sosiologi berasal dari dua kata dalam bahasa Latin dan Yunani, yakni socius yang berarti kawan dan logos yang bermakna ilmu pengetahuan.

Jadi, kesimpulannya, ilmu ini mendalami tentang tingkah laku individu ketika bersosialisasi. Selain itu, bila ada himpunan baru di masyarakat, ilmu ini jugalah yang meneliti setiap respon atau gerak-gerik dari masyarakat maupun individu terhadap himpunan tersebut. Contohnya seperti keluarga, suku, negara, hingga organisasi politik.

Pelajaran sosiologi sendiri pertama kali diperkenalkan oleh seorang ilmuwan asal Perancis yang bernama Auguste Comte pada tahun 1838. Ia memperkenalkan istilah sosiologi melalui bukunya yang berjudul ‘Cours De La Philosophie Positive’. 

Hal inilah yang membuat Auguste Comte memiliki kontribusi yang sangat besar dalam perkembangan pelajaran sosiologi hingga akhirnya mendapatkan gelar ‘The Father of Sociology’.

Arti Menurut Para Ahli

Adapun beberapa pengertian ilmu sosiologi yang dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai berikut:

  • Auguste Comte: Ilmu yang mempelajari berbagai gejala sosial di dalam masyarakat, sehingga harus berlandaskan pada logika ilmiah dan rasional.
  • Karl Marx: Kepercayaan untuk dapat melawan penindasan dan melahirkan masyarakat tanpa kelas, sehingga setiap individu harus bisa dibebaskan dari sistem kapitalis.
  • Max Weber: Pengetahuan yang meneliti perihal keterkaitan antara beragam dampak sosial dan pengaruh timbal baliknya. Contohnya seperti gejala moral, gejala keluarga, gejala ekonomi, gejala agama, dan lain sebagainya.
  • Emile Durkheim: Ilmu yang mengkaji tentang institusi sosial beserta fakta yang ada di dalam berbagai tatanan masyarakat. Selain itu, Durkheim juga percaya bahwa dari kumpulan fakta yang berkaitan dengan cara bertindak dan berpikir, memiliki kekuatan yang dapat mengendalikan sebuah individu.
  • Soejono Soekanto: Ilmu yang fokus pada segi-segi umum kemasyarakatan dan juga berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum untuk kehidupan masyarakat.
  • Pitirin A. Sorokin: Ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara macam-macam gejala sosial yang terjadi di masyarakat.
  • Soelaeman Soemardi dan Selo Soemardjan: Ilmu yang mempelajari tentang struktur sosial dan juga proses sosial, termasuk di dalamnya juga terdapat perubahan sosial yang terjadi di dalam sebuah masyarakat. Adapun struktur sosial yang dimaksud adalah seluruh jalinan antar struktur sosial pokok pembentuk, seperti kaidah sosial, lembaga sosial, kelompok sosial, dan juga lapisan sosial.
  • Astrid S. Susanto: Pengetahuan yang mendalami mengenai seluruh hal baru yang tercipta dari dampak-dampak hubungan sosial masyarakat yang terjadi secara berulang-ulang.
  • Anthony Giddens: Studi yang secara spesifik membahas tentang masalah kehidupan, baik sosial manusia, kelompok, maupun masyarakat.
  • Mayor Polak: Bidang ilmu yang secara spesifik mendalami perihal masyarakat sebagai keseluruhan, yaitu relasi antar individu, antar kelompok, atau individu terhadap kelompok. 
  • Roucek dan Warren: Pengetahuan yang meneliti perihal relasi antar manusia pada rumpun sosial.

Sejarah Ilmu Sosiologi

Walaupun sering kali disebut sebagai cabang ilmu yang mempelajari tentang masyarakat, namun kemunculan pelajaran sosiologi masih terbilang baru. Bahkan, jika kamu membandingkannya dengan ilmu pengetahuan tentang masyarakat itu sendiri.

Makanya, tak heran jika sosiologi juga kerap disebut kemunculannya merupakan hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan manusia. Buktinya, yakni terbitnya buku yang membahas perihal pembangunan peradaban masyarakat yang damai dan adil oleh Plato dan Aristoteles pada zaman Yunani Kuno.

Sementara itu, terbit juga tulisan mengenai peradaban manusia dan integrasi sosial di abad 14 oleh Ibnu Khaldun, cendikiawan dari Timur.

Dalam perkembangannya, ilmu ini menghabiskan waktu puluhan tahun lamanya hanya untuk mencari orientasi yang sesuai pada bidang sosiologi. Namun, satu hal yang menarik dari awal kemunculan sosiologi adalah ada banyak peristiwa bersejarah yang terjadi dalam peradaban manusia.

Bahkan, dua di antaranya juga memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan ilmu sosiologi. Pertama, revolusi politik yang terjadi pada abad ke-18 hingga abad ke-19 di Perancis. Terjadinya peristiwa ini membuat fokus sosiologi jadi bergeser pada pembuatan ketertiban dan juga perubahan sosial.

Kemudian, yang kedua ada revolusi industri yang setelahnya menjadi titik kemunculan kapitalisme dan juga sosialisme. Hal ini tentu saja ikut serta mempengaruhi perkembangan pelajaran sosiologi.

Selama abad ke-18, telah tercatat bahwa setidaknya ada tiga tokoh yang secara spesifik membahas mengenai sosiologi. Pertama ada Herbert Spencer di tahun 1876, kemudian Lester F Ward di tahun 1883, serta Emile Durkheim.

Setelah itu, muncul lagi dua nama terkenal yang cukup berpengaruh pada sosiologi di abad ke-19, yakni Max Weber dan Karl Marx. 

Pada awal abad 20, ilmu ini semakin tumbuh dengan cepat dan masyarakat AS sangat meminatinya sebagai ilmu sosial. Pada masa tersebut, sebagian besar ilmuwan yang mendalami ilmu ini, penyebabnya yakni kehadiran industrialisasi serta urbanisasi secara masif pada kawasan perkotaan AS.

Kemudian, melewati abad ke-21, menjadi awal kemunculan cabang baru dari bidang ilmu ini dengan dampak masing-masing orang saling mengkritik. Contohnya seperti post-strukturalisme, post-modernisme, post-kolonialisme, dan juga post-positivisme.

Pelopornya adalah George Ritzer yang mendukung pergerakan tersebut dengan rumusannya tentang sosiologi sebagai studi yang memuat paradigma plural. 

Tak hanya itu, sosiologi juga terus melahirkan subdisiplin baru di bawah naungannya, seperti sosiologi kesehatan, sosiologi hukum, sosiologi gender, sosiologi pemuda, dan lain sebagainya.

Ruang Lingkup Ilmu Sosiologi

Dalam penerapannya, ruang lingkup pelajaran sosiologi sangatlah luas. Hal ini karena sosiologi mencakup hampir seluruh bidang kehidupan masyarakat. Termasuk ekonomi, politik, pendidikan, agama, dan juga kebudayaan. Dengan kata lain, setiap bidang kehidupan bisa dilihat dari perspektif sosiologi.

Sebab, pelajaran sosiologi mencakup interaksi sosial yang terjadi baik antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, maupun individu dengan kelompok. Namun, pada hakikatnya, ilmu ini juga meneliti struktur sosial pada ruang lingkup utama sebagai berikut:

1. Ilmu Sosial atau Social Science

Pada dasarnya, sosiologi bukanlah bagian dari ilmu alam atau ilmu pasti yang berkaitan dengan perbedaan isi. Namun, bidang ilmu ini hanya berpatokan pada kejadian realtime, bukan kejadian masa depan atau masa lalu.

Oleh karena itulah, sosiologi tidak bisa menentukan kemana arah perkembangan suatu proses kehidupan manusia.

2. Ilmu Murni atau Pure Science

Sosiologi termasuk ke dalam ilmu pengetahuan yang murni. Hal ini karena sosiologi bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan yang di dalamnya menyangkut tentang masyarakat. Jadi, ilmu ini bukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut kepada masyarakat.

Namun, sosiologi bisa digunakan dalam berbagai hal krusial lainnya, seperti diplomasi, administrasi, psikologi, hingga pembuatan undang-undang. Sebab, sosiologi digunakan untuk mendapatkan fakta yang digunakan sebagai jalan keluar dari masalah yang sedang terjadi di masyarakat.

3. Ilmu Abstrak atau Abstract Science

Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, sosiologi juga termasuk ke dalam ilmu abstrak atau ilmu yang tidak konkret. Maksudnya adalah ilmu ini memperhatikan bentuk serta pola peristiwa yang terjadi di masyarakat.

Adapun tujuan lain dari sosiologi adalah dapat digunakan untuk mendapatkan pengertian dan juga pola umum. Kemudian bisa juga kamu gunakan untuk mencari dan meneliti hukum maupun prinsip dari komunikasi antar individu, hakikat, struktur masyarakat, isi, sampai bentuknya.

Selain ketiga poin di atas, ruang lingkup sosiologi juga mencakup pengetahuan dasar dalam pengkajian masyarakat yang meliputi beberapa hal sebagai berikut:

  • Kedudukan dan juga peran sosial individu dalam keluarga, kelompok sosial, serta masyarakat.
  • Nilai-nilai serta norma-norma sosial yang mendasari atau bahkan mempengaruhi sikap dan juga perilaku anggota masyarakat dalam melakukan hubungan sosial.
  • Masyarakat dan juga kebudayaan daerah sebagai sebuah sub masyarakat serta kebudayaan nasional Indonesia.
  • Perubahan sosial budaya yang berlangsung secara terus-menerus, karena disebabkan oleh berbagai faktor internal maupun eksternal.
  • Masalah-masalah sosial budaya yang ditemui oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari.

Jenis-Jenis Sosiologi

Dari penjelasan mengenai ruang lingkup ilmu sosiologi di atas, berikut ini adalah empat jenis-jenis sosiologi yang perlu diketahui:

1. Sosiologi Umum

Sosiologi umum merupakan jenis sosiologi yang nantinya akan meneliti serta mendalami tingkah laku individu saat menjalin relasi terhadap masyarakat luas. Misalnya, seorang wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata. Tentunya ia akan memberikan berbagai respon selama hidup di tengah masyarakat desa tersebut. 

2. Sosiologi Khusus

Jadi, sosiologi khusus merupakan bidang yang bertugas untuk mempelajari berbagai sektor dalam kehidupan masyarakat secara khusus. Misalnya, sektor ekonomi, agama, pendidikan, dan lainnya.

3. Sosiologi sebagai Ilmu Terapan

Sosiologi sebagai ilmu terapan bertujuan khusus dalam memecahkan masalah praktis masyarakat dengan pengetahuan ilmiah secara tepat. Misalnya, masyarakat di suatu komplek perumahan hendak membangun tempat ibadah, maka sikap bergotong royong akan menonjol di sini.

4. Sosiologi sebagai Ilmu Murni

Peran sosiologi sebagai ilmu murni, yakni bertujuan dalam menggambarkan serta membentuk ilmu dengan abstrak. Dengan begitu, maka akan tercipta mutu yang dapat dipertimbangkan.

Ciri-Ciri Ilmu Sosiologi

Adapun berbagai ciri-ciri utama pelajaran sosiologi adalah sebagai berikut:

1. Teoretis

Ciri pertama dari pelajaran sosiologi adalah teoretis. Maksudnya, ilmu ini selalu berusaha untuk menyusun sebuah abstraksi yang berupa kesimpulan mengenai hubungan sebab-akibat dari berbagai gejala sosial yang diteliti sesuai dengan hasil pengamatan empiris.

2. Empiris

Ilmu sosial yang satu ini berasal dari kejadian nyata hubungan antar manusia dalam bersosialisasi. Jadi, ilmu ini muncul bukan hanya sekedar spekulasi yang bersifat subjektif saja.

3. Non-Etis

Sebenarnya, tugas utama dari sosiologi bukan untuk menentukan mana yang baik dan buruk dalam permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat. Hal ini karena ilmu tersebut fokus untuk memberikan penjelasan yang logis mengenai latar belakang fenomena tertentu.

4. Kumulatif

Ilmu ini berasal dari perpaduan sejumlah teori sosiologi yang sebelumnya telah ada, kemudian ditulis kembali menjadi teori yang lebih lengkap saat membahas peristiwa tertentu. Jadi, ketika penulis menyampaikan opininya, hal tersebut ada sumbernya, tidak hanya omong kosong belaka.

Teori dalam Ilmu Sosiologi

Setiap ilmu pengetahuan tentu saja mempunyai teorinya masing-masing. Begitu pula pada ilmu sosiologi yang mempunyai beberapa teori. Adapun teori ini berfungsi untuk menjelaskan berbagai hal yang terjadi di masyarakat.

Selain itu, setiap teori yang ada juga memiliki tingkat kepastiannya masing-masing. Dalam ilmu sosial, teori yang digunakan cenderung lebih bersifat subjektif, karena tergantung pada cara pandang seseorang dalam melihat suatu fenomena.

Meskipun begitu, teori pengetahuan sosial cenderung jarang berubah, khususnya bila tidak ada teori baru yang dapat membantah teori sebelumnya.

Adapun beberapa teori dalam pelajaran sosiologi yang menarik untuk dipelajari lebih dalam adalah sebagai berikut:

1. Interaksionisme Simbolik

Interaksionisme simbolik adalah gabungan antara pemikiran George Herbert mead, Max Weber, dan Herbert Blumer yang dilakukan untuk menganalisa masyarakat berdasarkan pada makna subjektif seorang individu dalam interaksi sosial.

Menariknya lagi, teori ini juga mengasumsikan bahwa tindakan individu cenderung berlandaskan pada hal-hal yang mereka yakini. Jadi, bukan benar yang dimaksudkan secara objektif.

Keyakinan inilah yang kemudian disebut sebagai produk konstruksi sosial yang direpresentasi. Adapun hasil interpretasi tersebut dikenal dengan istilah situasi.

Interaksionisme simbolik ini juga menjadi bagian dari teori mikro sosiologi, karena analisisnya dilakukan berdasarkan pada aspek individu. Apalagi konsep teori ini juga cenderung memiliki tendensi dengan urusan identitas seseorang.

2. Konflik

Teori konflik berasumsi pada perbedaan yang terjadi dalam kepentingan yang dimiliki oleh kelas-kelas sosial hingga nantinya menghasilkan relasi sosial yang bersifat konfliktual. Adapun teori konflik sendiri dikemukakan oleh Karl Marx.

Kesenjangan sosial terjadi karena adanya pendistribusian kekayaan yang tidak merata. Kondisi inilah yang kemudian menciptakan kesenjangan yang semakin parah hingga berpotensi menimbulkan konflik yang semakin besar.

Adapun kelas sosial yang dimaksud oleh karl Marx adalah kelompok proletar dan juga borjuis. Kelompok pertama adalah kelas pekerja atau orang yang tidak mempunyai kontrol atas sumber daya. Sedangkan kelompok kedua menjadi kelompok yang memegang kontrol terhadap sumber daya, karena mempunyai modal yang besar.

Kehadiran dua kelas inilah yang kemudian bisa terlihat dengan jelas bahwa kepentingan dan juga tujuan dari kedua kelas tersebut sangat berbeda. Kaum proletar ingin agar kekayaan didistribusikan secara merata.

Sedangkan kaum borjuis justru sebaliknya, yakni ingin adanya penambahan kekuasaan dan juga mempertahankan kekuasaan yang dimilikinya. Pergesekan yang terjadi antara dua kelompok tersebut dapat memicu terjadi revolusi, apabila dibiarkan begitu saja.

Ditambah lagi, jika terdapat kesadaran kelas yang justru membuat kelompok proletar menyadari bahwa mereka sebenarnya menjadi pihak yang selama ini dieksploitasi.

3. Fungsionalisme Struktural

Teori dalam ilmu sosiologi yang terakhir adalah fungsionalisme struktural yang dikemukakan oleh Emile Durkheim. Jadi, Emile Durkheim mempunyai imajinasi bahwa masyarakat adalah organisme yang terdiri dari berbagai macam komponen. 

Kemudian, komponen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain hingga berfungsi secara terus-menerus.

Singkatnya, teori fungsionalisme struktural lebih menekankan bahwa masyarakat tersusun dari sistem struktural yang mempunyai perannya sendiri. Oleh karena itu, hasil dari keseluruhan sistem yang berjalan tersebut dapat menciptakan stabilitas sosial di masyarakat.

Selain itu, teori ini juga menyebutkan bahwa lembaga sosial akan tetap bertahan selagi fungsinya bisa berjalan dengan baik. Apabila terjadi malfungsi, maka nantinya secara perlahan lembaga-lembaga tersebut akan menghilang dari masyarakat.

Tak hanya itu saja, teori ini juga menekankan adanya kerjasama yang baik antara berbagai institusi sosial, termasuk di dalamnya institusi pemerintah, ekonomi, agama, pendidikan, keluarga, media, dan lain sebagainya. Tujuannya sudah pasti agar sistem tersebut bisa tetap terjaga.

Sifat dan Hakikat Ilmu Sosiologi

Sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang digunakan oleh manusia, sosiologi tentu saja memiliki sifat dan hakikatnya sebagai ilmu. Berikut ini adalah informasi singkat tentang berbagai sifat dan hakikat pelajaran sosiologi yang perlu diketahui:

  • Sosiologi termasuk ke dalam rumpun ilmu-ilmu sosial yang berkaitan erat dengan gejala-gejala kemasyarakatan.
  • Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang kategoris. Hal inilah yang membuat sosiologi membatasi diri dengan apa yang terjadi dan bukan pada apa yang seharusnya terjadi.
  • Sosiologi merupakan ilmu murni, sebab tujuannya demi mengembangkan serta membangun ilmu pengetahuan dengan abstrak. Jadi, sosiologi bukanlah ilmu pengetahuan terapan atau terpakai.
  • Sosiologi merupakan pelajaran yang lebih berfokus pada peristiwa dan pola kejadian dalam lingkungan warga dengan sifatnya yang abstrak.
  • Sosiologi termasuk ke dalam ilmu pengetahuan yang umum dan bukan ilmu pengetahuan yang khusus. Sehingga, cenderung untuk meneliti dampak umum dari masing-masing komunikasi antar individu maupun kelompok secara empiris.
  • Sosiologi bertujuan menciptakan beragam pola dan definisi umum.
  • Sosiologi dimanfaatkan dalam mencari dan penelitian hukum-hukum maupun prinsip-prinsip umum dari komunikasi antar individu dan mengenai isi, struktur, sifat, serta hakikat warga.
  • Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang bersifat rasional, karena berkaitan dengan metode yang dipergunakannya.

Fungsi Ilmu Sosiologi

Pelajaran sosiologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan tentu memiliki fungsinya tersendiri yang bermanfaat bagi banyak orang. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai berbagai fungsi sosiologi yang perlu dipahami:

1. Penelitian

Sosiologi juga berfungsi untuk penelitian. Sebab, dengan adanya penelitian tersebut, diharapkan seseorang bisa mendapatkan rencana penyelesaian masalah sosial dengan baik.

Agar bisa mewujudkan hal tersebut, tentu saja dibutuhkan data-data pendukung mengenai masalah yang sedang terjadi. Oleh sebab itu, diperlukan penelitian dengan metode pengumpulan data atau wawancara yang bertujuan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang kredibel.

2. Pembangunan

Selanjutnya, sosiologi juga berfungsi sebagai pembangunan. Maksudnya, ilmu sosiologi akan menyajikan data sesuai kebutuhan saat proses pembangunan, mulai dari perencanaan, tahap proses kegiatan pembangunan, sampai penilaian akhir.

Tak hanya sampai disitu saja, tentu saja ada berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam setiap tahapan tersebut. Misalnya pada tahap perencanaan, di mana seseorang harus memperhatikan kebutuhan sosial. 

Kemudian, dalam tahap proses kegiatan pembangunan, berubahnya interaksi sosial dan eratnya sosialisasi antar masyarakat juga wajib kamu perhatikan.

Jadi, fungsi sosiologi yang satu ini bertujuan untuk membantu agar perubahan yang terjadi di masyarakat bisa berjalan dengan baik. Hal ini perlu dilakukan agar perubahan  yang terjadi tersebut dapat memberikan dampak positif yang jauh lebih besar kepada masyarakat luas.

3. Perencanaan Sosial

Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, pelajaran sosiologi juga berfungsi sebagai perencanaan sosial. Adapun maksud dari perencanaan sosial sendiri adalah upaya untuk menyiapkan masa depan sosial di masyarakat secara umum.

Tujuan lainnya, yakni menyelesaikan beragam permasalahan yang ada di masyarakat pada saat itu. Apalagi perubahan sosial yang muncul di masyarakat tidak semuanya selalu membawa dampak positif.

Sudah pasti ada beberapa bentuk perubahan sosial yang pada akhirnya justru memberikan dampak negatif bagi masyarakat. Oleh karena itulah, pelajaran sosiologi mencoba berusaha untuk melakukan perencanaan sosial sebagai langkah antisipasi.

4. Pemecahan Masalah Sosial

Terakhir, fungsi ilmu ini adalah memecahkan masalah sosial. Manusia sebagai makhluk sosial sudah pasti tidak akan terlepas dari yang namanya permasalahan sosial.

Adapun pemecahan sosial ini meliputi metode preventif dan juga metode represif. Metode preventif dilakukan dengan cara menyiapkan metode ataupun cara pencegahan sebelum terjadinya suatu masalah.

Sedangkan metode represif maksudnya adalah tindakan yang dilakukan pasca terjadinya penyimpangan atau masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

Cara Berpikir Sosiologi

Agar lebih mudah dalam memahami ilmu sosiologi, maka kamu perlu mengetahui seperti apa imajinasi sosiologi. Berikut ini adalah beberapa prinsip cara berpikir sosiologi atau yang disebut juga dengan imajinasi sosiologi:

1. Prinsip 1: Seeing the Strange in Familiar

Konsep seeing in the strange in familiar ini maksudnya adalah ketika kamu melihat hal-hal aneh yang terasa sudah familiar atau umum terjadi masyarakat. Contohnya seperti mayoritas orang yang ingin bekerja sebagai PNS agar kehidupannya dapat terjamin.

Fenomena tersebut tentu saja tidak hanya terjadi di suatu daerah tertentu, melainkan bisa terjadi dalam skala nasional.

2. Prinsip 2: Seeing The General in Particular

Jika kamu telah melihat hal-hal aneh yang ternyata umum terjadi, maka kamu bisa melihat adanya pola dari fenomena yang muncul di tengah-tengah masyarakat tersebut. Sebagai contoh, kamu telah mengetahui sebuah pola yang menyatakan bahwa ada banyak generasi muda yang ingin menjadi PNS.

Fenomena tersebut semakin diperkuat dengan banyaknya lowongan kerja yang disediakan oleh pemerintah bagi para CPNS.

3. Prinsip 3: Seeing Personal Choices in Social Contexts

Prinsip yang ketiga sekaligus terakhir adalah seeing personal choices in social contexts. Maksudnya adalah setelah kamu membahas pola yang ditemukan secara individu, maka kamu perlu memahami bahwa pola tersebut belum mengacu pada konteks sosial lainnya.

Dengan kata lain, fenomena tersebut tidak memiliki alasan atau penjelasan dari lingkup sosial atau masyarakatnya. Jika kamu sudah berada pada prinsip ketiga ini, artinya kamu tahu bahwa orang-orang yang memilih menjadi PNS salah satunya adalah karena faktor dorongan keluarga.

Selain itu, tak menampik juga bahwa alasan lainnya adalah banyaknya lowongan kerja yang dibutuhkan untuk posisi CPNS tersebut. 

Meskipun untuk bisa mendapatkan data pasti mengapa suatu fenomena terjadi membutuhkan penelitian mendalam. Namun, jika kamu sudah memiliki imajinasi sosial berdasarkan tiga prinsip tersebut, setidaknya cara berpikirmu sudah sesuai dengan penerapan pelajaran sosiologi.

Objek Ilmu Sosiologi

Secara umum, objek dalam pelajaran sosiologi terbagi ke dalam dua kategori, yakni objek material dan objek formal. Berikut ini adalah penjelasan tentang kedua objek pelajaran sosiologi tersebut:

1. Objek Material

Objek material dalam pelajaran sosiologi merupakan kehidupan sosial, gejala-gejala, dan juga proses hubungan antar manusia yang kemudian mempengaruhi kesatuan hidup manusia itu sendiri.

2. Objek Formal

Objek formal dalam ilmu sosiologi merupakan suatu objek yang ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial maupun masyarakat secara umum. Jadi, objek formal pada ilmu ini, yaitu relasi antar individu serta proses yang muncul dari relasi individu terhadap masyarakat sekitar sebagai makhluk sosial.

Objek Kajian Sosiologi

Berikut adalah empat objek kajian sosiologi yang perlu diketahui.

  • Hubungan timbal balik yang dilakukan antara manusia dengan manusia yang lainnya.
  • Hubungan yang terjadi antara individu dengan kelompok.
  • Sifat-sifat dari kelompok-kelompok sosial yang beraneka macam coraknya.
  • Hubungan yang terjadi antara kelompok satu dengan kelompok yang lainnya.

Sudah Paham Tentang Sosiologi sebagai Ilmu Pengetahuan?

Itu dia penjelasan lengkap tentang ilmu sosiologi, mulai dari pengertian, sejarah, ruang lingkup, jenis, ciri, teori, hingga fungsinya yang menarik untuk kamu ketahui. Semoga ulasan tentang pelajaran sosiologi di atas bermanfaat untukmu, ya!

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page