Apa Itu Majas Pleonasme? Pengertian, Ciri, dan Contohnya

Anda mungkin sering mendengar atau membaca kalimat yang terlalu berlebihan. Bisa jadi, kalimat tersebut memang mengandung majas pleonasme. Majas ini merupakan gaya bahasa yang berfungsi untuk penegasan. Gaya bahasa ini seringkali mengandung makna yang terkesan berlebihan.

Beberapa orang seringkali tidak sengaja menggunakan dua kata yang berbeda dengan makna yang sama dalam satu kalimat. Nah, itu sudah termasuk ke dalam gaya bahasa pleonasme. Lalu, apa saja ciri-ciri dan contoh kalimat dalam majas satu ini? Simak ulasan selengkapnya di bawah ini agar Anda bisa lebih paham!

Apa itu Majas Pleonasme?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pleonasme merupakan penggunaan kata-kata yang mengandung makna lebih dari arti yang dibutuhkan atau terkesan berlebihan. Sementara majas pleonasme merupakan gaya bahasa yang digunakan dengan menambahkan keterangan dalam kalimat yang sebenarnya tidak diperlukan. 

Gaya bahasa pleonasme biasanya digunakan dengan tujuan untuk menegaskan sesuatu hal agar lebih meyakinkan dan ekspresif. Penegasan ini juga bertujuan untuk mempengaruhi pendengar atau pembaca agar menyetujui kondisi atau peristiwa yang disebutkan. Oleh sebab itu, beberapa orang terbiasa menggunakan majas ini.

Majas ini juga dapat bermakna sebagai penggunaan kata yang mubazir dan terlalu melebih-lebihkan. Karena kalimat sebelumnya sudah cukup dalam menjelaskan suatu kondisi. Apabila salah satu keterangan di dalam kalimat dihilangkan, maka hal tersebut tidak akan mempengaruhi makna yang sesungguhnya.

Ciri-Ciri Majas Pleonasme

Anda mungkin masih belum bisa membedakan mana kalimat yang menggunakan gaya bahasa pleonasme dan mana yang bukan. Mengingat setiap ungkapan kata dalam kehidupan sehari-hari biasanya lebih spontan dan tidak baku. Maka, berikut ini adalah ciri-ciri dari pleonasme yang bisa membantu Anda untuk lebih mengenalnya:

1. Terdapat Pemborosan Kata

Gaya bahasa pleonasme selalu identik dengan pemborosan kata. Pasalnya, ada beberapa kata yang sebenarnya sudah cukup, namun masih ditambahkan dengan kata lainnya dengan makna yang sama. 

Contohnya, kalimat “saya melihat peristiwa itu dengan mata kepala saya sendiri.” Kata “melihat” dalam kalimat tersebut seharusnya sudah cukup menjelaskan tanpa tambahan kata “mata”. Apalagi mengingat setiap orang yang melihat sudah pasti dengan menggunakan matanya.

2. Mengandung Sinonim Kata

Majas pleonasme juga identik dengan sinonim kata. Biasanya, terdapat dua atau lebih kata yang mempunyai makna serupa dalam satu kalimat.

Contohnya, kalimat “adik menari dengan riang gembira.” Dua kata yang bersinonim dalam kalimat tersebut adalah kata “riang” dan “gembira”. Keduanya mengandung makna yang sama atau serupa. Jadi, sebenarnya cukup digunakan salah satu saja.

3. Terdapat Pengulangan Bentuk Jamak

Pengulangan bentuk jamak seringkali terjadi pada kalimat yang menggunakan majas pleonasme. Pengulangan bentuk jamak yang dimaksud adalah terdapat pemborosan kata untuk menggambar sesuatu yang banyak atau jamak.

Contohnya, kalimat “para bapak-bapak telah hadir di dalam ruang sidang.” Keberadaan kata “para” dan “bapak-bapak” di sini cukup rancu. Apabila Anda ingin menjelaskan bahwa ada banyak bapak di dalam ruangan, maka cukup menggunakan kata “para bapak” atau “bapak-bapak” agar lebih efektif.

4. Menyebabkan Kalimat Menjadi Tidak Efektif

Umumnya, kalimat efektif mempunyai lima ciri-ciri, yaitu kebenaran, keterpaduan, kejelasan, koherensi, dan penekanan. Pengulangan kata pada kondisi tertentu memang dibutuhkan sebagai penegasan. Namun, cara tersebut juga bisa mengganggu keterpaduan dalam sebuah kalimat.

Kalimat yang terpadu merupakan satu kalimat lengkap yang tidak menggunakan pengulangan kata dengan maksud yang sama. Penegasan dengan pengulangan kata yang tidak diperlukan ini bisa menyebabkan kalimat menjadi tidak efektif.

Fungsi Majas Pleonasme

Secara keseluruhan, gaya bahasa pleonasme berfungsi untuk memberikan penegasan terhadap suatu kondisi atau informasi. Kalimat dengan majas ini bisa Anda gunakan untuk mempertegas suatu ide agar bisa memberikan gambaran yang lebih jelas. 

Adanya pengulangan atau redundansi bisa meningkatkan pemahaman terhadap informasi yang akan Anda sampaikan. Selain itu, majas ini juga mempunyai fungsi puitis untuk menegaskan suatu ekspresi tertentu. Fungsi inilah yang menjadi kelebihan dari pleonasme.

Sementara kekurangan yang paling menonjol dari penggunaan majas ini adalah menyebabkan suatu kalimat menjadi tidak efektif. Jadi, Anda perlu mempertimbangkan terlebih dahulu dalam memilih kata untuk menyampaikan suatu informasi.

Contoh Majas Pleonasme

Setelah mengetahui pengertian hingga ciri-ciri dari salah satu majas penegasan ini. Ada tiga cara yang cukup mudah untuk menyusun kalimat bermajas pleonasme, yaitu mengandung sinonim kata, pengulangan bentuk jamak, dan pengulangan makna kata. Anda bisa melihat berbagai contoh kalimat di bawah ini agar semakin memahaminya:

  • Semua orang di gedung berlarian turun ke bawah untuk menyelamatkan diri.

Penegasan dalam kalimat di atas terletak pada kata “turun ke bawah”. Kata “turun” sebenarnya sudah menunjukkan makna bahwa semua orang akan ke arah bawah. Oleh sebab itu, keberadaan kata “ke bawah” tidak benar-benar dibutuhkan dalam kalimat tersebut.

  • Dari sejak kecil Sarah sudah gemar membaca buku.

Penegasan dalam kalimat ini ada di awal, yaitu kata “dari” dan “sejak”. Dua kata tersebut termasuk jenis kata yang mempunyai makna sama. Anda bisa menggunakan salah satunya saja. Misalnya, “sejak kecil Sarah sudah gemar membaca buku”. Kalimat ini tidak kehilangan makna meski tidak ada kata “dari”.

  • Saya sudah pernah membaca semua buku-buku seputar sejarah Indonesia.

Ciri-ciri majas pleonasme yang ada di dalam kalimat ini adalah adanya pengulangan bentuk jamak. Kata “semua buku-buku” terkesan berlebihan dalam menggambarkan bentuk jamak. Kata “semua” sebenarnya sudah bermakna banyak. Sedangkan kata “buku-buku” juga menunjukkan bukunya lebih dari satu.

  • Malam ini terasa sangat sunyi senyap.

Kata “sunyi” dan “senyap” mempunyai makna yang sama atau bersinonim. Penggunaan dua kata ini bisa menjadi wujud penegasan mengenai suasana malam hari yang lebih sepi.

  • Siska naik ke atas kursi kayu.

Kata “naik ke atas” termasuk dalam pemborosan kata. Pasalnya, keduanya mengandung makna yang sama karena kata “naik” sudah pasti menuju ke arah atas.

  • Semua siswa-siswi wajib menggunakan kostum tradisional.

Terjadi pengulangan bentuk jamak di dalam kalimat “semua siswa-siswi”. Anda bisa menggantinya dengan kata “semua siswa” atau “siswa-siswi” untuk menggambarkan bentuk jamak dengan cara yang lebih efektif.

  • Darah merah itu mengucur deras dari luka di tangan Ayu.

Terdapat pemborosan kata dalam kalimat ini. Kata “darah merah” bisa Anda ganti dengan menghilangkan kata “merah”. Karena warna darah memanglah merah. Tanpa Anda menuliskan kata “merah”, makna kata “darah” dalam kalimat tersebut sudah cukup jelas.

  • Mama mendengar teriakan seseorang dengan telinganya sendiri.

Kata “mendengar” sudah cukup mewakili makna yang ingin disampaikan dalam kalimat ini. Sementara keberadaan kata ”dengan telinganya sendiri” memberikan penegasan lebih lanjut karena orang mendengarkan sudah pasti menggunakan telinganya. 

  • Papa masuk ke dalam toko besi tua.

Kata “masuk ke dalam” di sini membuat kalimat menjadi tidak efektif. Anda bisa menghilangkan kata “dalam” tanpa kehilangan makna kalimat tersebut. Majas pleonasme di sini hanya untuk menegaskan bahwa subjek benar-benar masuk ke toko yang disebutkan.

  • Jenny selalu terlihat cantik jelita setiap masuk sekolah.

Kata “cantik jelita” dalam kalimat ini bertujuan sebagai penegasan untuk menerangkan seseorang yang sangat cantik. Itu bukan sebuah masalah, namun apabila Anda tidak ingin menambahkan kata “jelita” pun maknanya tetap sama.

  • Adik membeli bola bundar di toko olahraga.

Kalimat tersebut mengandung ciri-ciri gaya bahasa pleonasme, yaitu adanya pemborosan kata. Kata yang dimaksud adalah “bola bundar”. Sebenarnya, Anda bisa hanya menggunakan kata “bola” tanpa diikuti kata “bundar”.

  • Bayu hanya menunduk ke bawah karena menyesali perbuatannya.

Penegasan dalam kalimat ini terletak pada kata “menunduk ke bawah”. Anda mungkin sudah tau jika menunduk memang selalu ke arah bawah. Jadi, kata “ke bawah” bisa Anda hilangkan apabila tidak ingin menggunakan gaya bahasa pleonasme.

  • Ayah melihat pencurian motor di sana dengan mata kepalanya sendiri.

Terdapat pemborosan kata di dalam kalimat ini, yaitu “melihat” dan “dengan mata”. Pasalnya, setiap orang tentu melihat menggunakan mata. Jadi, tanpa ada kata “dengan mata kepalanya sendiri” pun sudah cukup. Namun apabila Anda ingin menegaskan situasi tersebut maka kalimat ini boleh digunakan.

  • Aku berdoa dengan menengadahkan tangan ke atas untuk meminta petunjuk dari Tuhan.

Terdapat pemborosan kata yaitu “menengadahkan ke atas”. Tangan yang menengadah tentu akan mengarah ke atas. Anda bisa menghilangkan kata “ke atas” agar kalimat menjadi lebih efektif. Namun, kalimat ini tidak salah apabila Anda ingin menerapkan gaya bahasa pleonasme.

  • Arya rela melakukan apa saja demi untuk menyenangkan hati kekasihnya.

Terdapat kata bersinonim di dalam kalimat ini. Kata tersebut adalah “demi” dan “untuk”. Sebaiknya, Anda menggunakan salah satu kata bersinonim itu agar kalimat menjadi lebih efektif tanpa kehilangan makna utamanya.

  • Adikku selalu rajin belajar agar supaya bisa masuk ke sekolah impiannya.

Majas pleonasme juga mempunyai ciri-ciri menggunakan kata bersinonim seperti kalimat berikut. Kata “agar” dan “supaya” di sini mempunyai makna yang sama sehingga Anda bisa menghilangkan salah satunya. Penggunaan dua kata bersinonim juga bisa menyebabkan kalimat menjadi kurang efektif.

  • Aku sungguh benar-benar menyayangi kekasihku saat ini.

Kata “sungguh” dan “benar-benar” mempunyai makna yang sama. Anda bisa menggunakan keduanya sebagai bentuk penegasan atas perasaan dari subjeknya. Namun, Anda juga bisa menghilangkan salah satu kata tersebut tanpa kehilangan maksud dan tujuan dari kalimat tersebut.

  • Mobil itu mundur ke belakang sebelum masuk rumah.

Terjadi pemborosan kata dalam kalimat ini. Kata “mundur” sudah pasti akan menuju ke arah belakang. Jadi, kata “ke belakang” di sini tidak benar-benar dibutuhkan. Anda bisa menghilangkan kata tersebut jika tidak ingin menerapkan gaya bahasa pleonasme.

  • Kakiku amat sangat sakit setelah terjatuh tadi sore.

Terdapat kata bersinonim di dalam kalimat ini, yaitu kata “amat” dan “sangat”. Pasalnya, keduanya mempunyai makna yang sama. Kedua kata ini bisa Anda gunakan sebagai penegasan atas rasa sakit dalam kalimat ini. Namun, Anda juga bisa menghilangkannya bila tidak ingin berlebihan.

Sudah Paham dengan Apa itu Majas Pleonasme?

Majas pleonasme memang bertujuan untuk memberikan penegasan terhadap suatu informasi atau ide dalam kondisi tertentu. Namun, beberapa kalimat bisa menjadi tidak efektif karena menggunakan majas ini. Bagaimana apakah Anda suka menggunakan majas satu ini untuk percakapan sehari-hari?

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page