Pengertian Monolog: Tujuan, Ciri, Jenis & Contohnya

Bagi pribadi yang gemar dan terjun pada dunia seni peran, istilah monolog mungkin sebuah hal yang lumrah serta tidak asing lagi. Monolog adalah sebuah pementasan seni peran dimana hanya terdapat satu pelaku utama yang menjadi lakon untuk memainkan karakter dari tokoh tertentu. 

Kendati demikian, ternyata melakukan salah satu jenis seni ini tidak semudah seperti yang kebanyakan orang bayangkan. Seorang narator harus membangun konsep cerita yang baik, mempunyai penjiwaan karakter yang mendalam, serta membawakan peran secara totalitas diatas panggung. Lantas, seperti apa monolog sebenarnya? 

Pengertian Monolog

Secara etimologi, monolog berakar dari serapan bahasa Yunani yang terdiri dari kata mono (satu) dan legein (berbicara). Maka dari itu, apabila dua kata tersebut digabungkan artinya hanya satu orang saja yang berbicara. 

Monolog adalah bagian dari teater yang juga memiliki arti sebagai sebuah ilmu terapan yang mengajarkan tentang seni peran. Lalu, dalam setiap pertunjukannya hanya membutuhkan satu individu (dialog bisu) untuk melaksanakan susunan adegan yang telah terkonsep dengan sistematis sebelumnya. 

Adapun komunikasi adalah unsur yang paling penting pada monolog. Proses komunikasi yang berlangsung pun harus secara bertahap dengan mengikuti rangkaian peristiwa yang sesuai dengan pernyataan orang lain. Dengan demikian, penonton yang menyaksikan dapat secara mudah memahami penyampaian alur dan makna cerita dengan baik. 

Dalam memerankan monolog juga perlu untuk memperhatikan beberapa aspek antara lain, kesesuaian tema, pendalaman karakter, penguasaan panggung, properti, kostum, dan dekorasi. Pemenuhan keseluruhan aspek tersebut berguna untuk mengantarkan makna yang terkandung dalam cerita dan membuat penonton merasa lebih kagum.

Seiring berkembangnya zaman, salah satu jenis teater modern seperti monolog ini akan berusaha kembali pada pokok tradisi yakni penyuguhan seni untuk semua kalangan. 

Lokasi pementasan pun kian variatif dan tidak selalu monoton di ruangan tertutup yang hanya bisa dijangkau oleh segelintir orang saja. Salah satunya yaitu dengan menyelenggarakan pertunjukan tersebut di ruangan terbuka untuk membawa suasana yang berbeda. 

Tujuan Monolog 

Tak hanya menampilkan sebuah seni pertunjukan, secara umum monolog juga mempunyai tujuan tertentu. Adapun tujuan tersebut yakni untuk mempertegas keinginan atau harapan seorang tokoh terhadap segala hal termasuk dalam bentuk emosional, penyesalan, atau perandaian sekalipun.

Lalu, jenis seni pertunjukan ini berperan untuk melahirkan dan mengungkapkan ekspresi, pikiran, serta perasaan tokoh dan sekaligus membawa penonton untuk dapat mengetahui sudut pandang dari karakter tokoh tersebut. Gerakan dan ucapan narator juga mampu untuk memberikan serta menyampaikan pesan dan makna cerita pada audiens. 

Ciri-ciri Monolog

Ciri Monolog
Ciri Monolog | Image Source: Pixabay

Monolog yang baik mempunyai ciri khas tersendiri dan mudah untuk membedakannya dengan seni berdialog yang lain. Berikut ini adalah sepuluh ciri-ciri tersebut. 

  • Pemain hanya berjumlah satu orang dan tidak memiliki rekan ataupun lawan.
  • Bentuk dari pendapat seseorang berupa kalimat atau dialog bisu. Dalam penyesuaiannya, perlu untuk memiliki rencana yang matang. Namun, terdapat pengecualian bagi orang yang telah mahir dalam membuat seni tersebut secara spontan.
  • Penggunaan pesan narasi deskriptif dengan tema tertentu. Selain itu juga membutuhkan dokumen pendukung seperti gambar, video, presentasi, dan bentuk visual lainnya. 
  • Mampu mengajak audiens untuk berinteraksi, meski hanya sebatas memberi kesan mengenai aksi mereka di pentas pertunjukan.
  • Penampilan monolog lebih sering untuk seni teater dan peran, jadi jarang ada pada drama, sinetron, atau ftv.
  • Lebih cocok untuk digunakan pada dialog bisu atau dengan kata lain pementasan pantomime.  
  • Menjabarkan urutan cerita secara konsisten dan penyampaian tiap pesan selalu mengandung makna. 

Jenis Monolog

Jenis Monolog
Jenis Monolog | Image Source: Pixabay

Sejatinya, monolog memiliki berbagai jenis yang dapat seorang narator perankan, di antaranya yaitu:

1. Naratif Biografis

Jenis yang pertama adalah naratif biografis. Disini, seorang narator wajib untuk mengisahkan kembali segala macam runtutan peristiwa atau kejadian aktual yang pernah terjadi di masa lampau. 

Pada bagian ini juga terdapat pemfokusan yang utama, dimana narator tidak boleh untuk menonjolkan watak tokoh lain di dalam alur cerita. Dengan kata lain, intinya ia harus menceritakan karakter dirinya sendiri.     

2. Fictional Character-Driven 

Menjadi salah satu monolog yang memperbolehkan tentang berbagai kebebasan dalam bercerita, fictional character-driven ini memang penuh akan ekspresi. Seorang narator dapat menceritakan kisah dengan bebas berdasarkan daya imajinasinya sendiri. Selain itu, ia bisa menekankan lebih dari satu karakter tokoh dan mengekspresikannya secara leluasa. 

Adapun makna dari daya imajinasi ini bukan terbatas pada khayalan narator belaka. Melainkan juga dapat mengisahkan cerita imajinatif semasa ia masih di usia belia. Pada intinya, narator tidak hanya berangan-angan di waktu sekarang saja, namun konsep imajinatif tersebut dapat melalui proses penjabaran secara lebih luas lagi.        

3. Topical

Berbeda dengan yang sebelumnya, monolog topical lebih berfokus pada menceritakan peristiwa atau kejadian sehari-hari. 

Meski demikian, jenis ini tidak hanya sebatas membahas cerita keseharian saja, namun ternyata seorang narator juga boleh untuk mengisahkan hasil penelitian berdasarkan dari observasi yang telah ia lakukan sebelumnya.    

Jika membandingkannya secara sepintas, jenis seni peran ini hampir memiliki kesamaan dengan stand-up comedy. Kesamaan antara keduanya yaitu adanya selera humor yang baik, karena menggunakan anekdot dalam penyuguhan rangkaian cerita pada penonton.

4. Storytelling

Sesuai dengan namanya, storytelling menitikberatkan segala hal pada cerita naratif. Seorang narrator akan berperan sebagai pendongeng yang mengisahkan dan membangun cerita dengan sebaik mungkin. 

Tak hanya semata-mata bercerita, narator juga berupaya untuk memvisualkan setiap karakter dengan mimik wajah yang sesuai dengan ekspresi tokoh dalam cerita tersebut.   

5. Realitas

Penampilan monolog berbasis realitas ini berdasarkan kisah nyata. Jenis seni peran ini menyuguhkan inti dari setiap cerita faktual. Seorang narator dapat merujuk terhadap pengalaman dan kisah yang kejadiannya benar adanya. 

Selain itu, narator tidak hanya menyajikan teks deskripsi saja, namun saat bercerita ia juga dapat menyuguhkan bentuk foto, video, atau presentasi kepada penonton. Dalam waktu yang bersamaan, seorang narator nantinya dapat membuat penonton untuk merasakan apa yang ia alami dan turut ikut membawanya ke dalam alur cerita 

6. Karakter Biografi

Sebuah ciri yang paling menonjol pada monolog karakter biografi adalah penyajian unsur dialog yang lebih banyak daripada ceritanya sendiri. Jenis seni peran ini memungkinkan narator untuk memainkan lebih dari satu watak tokoh. Uniknya, bahkan ada pula seorang narator yang dapat memerankan karakter tokoh yang jumlahnya lebih dari 10 sekaligus.

Contoh Buku tentang Monolog 

Kehadiran naskah dan karya monolog kerap digunakan dalam seni peran. Berikut ini adalah contoh buku yang berisikan tentang jenis karya seni tersebut. 

1. Monolog Politik-Putu Fajar Arcana

Buku berisikan lima monolog karya Putu Fajar Arcana ini membuktikan bahwasanya tutur kata dan pemeranan seorang tokoh dapat menjadi jembatan untuk memasuki dunia politik secara perlahan. 

Selain itu, buku tersebut mendeskripsikan dunia politik seperti keras dan banal, namun  juga bisa melalui pendekatan yang halus. Meski demikian, inti persoalan dari buku ini lebih kepada moralitas terhadap manusia.

2. Monolog Aldy-Agus Dermawan T. 

Secara khusus, buku ini menceritakan kisah perjuangan Raynaldy Halim (Aldy) yang telah menderita autisma sejak ia berumur 16 bulan. Segala macam upaya penyembuhan dari medis maupun tradisional telah ia lakukan. Hingga akhirnya, kondisinya berangsur membaik melalui terapi seni lukis. 

Kini, ia menjadi pelukis dan keindahan karyanya muncul secara fenomenal sampai menarik perhatian dari panitia pameran internasional. Tak hanya perjuangan, buku tersebut juga turut menggambarkan prestasi dan kebahagian Aldy.   

3. Monolog Angin-Bagus Burham 

Bagus Burham mengumpulkan sajak indahnya melalui buku monolog angin. Menurutnya, tujuan menulis puisi tidak untuk menjadi apapun. Puisi-puisi karyanya beraneka ragam. Kumpulan puisi yang telah ia tulis selanjutnya ia jadikan sebuah buku.  

Menjadikannya sebuah buku bukanlah tanpa alasan, sebab ia mengibaratkannya seperti ziarah untuk menghargai para pendahulu di dunia sastra. Bagus juga berusaha untuk mengikuti keteladanan, kebaikan, serta proses untuk memuseumkan diri.  

Sudah Paham Mengenai Monolog?

Meski hanya melakukannya dengan seorang diri dan penyajian komunikasi melalui gerakan saja, monolog menjadi karya seni peran yang kehadirannya cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia.  

Pembawaan jenis seni peran ini sekilas terlihat biasa saja, namun ternyata setiap gerakan dan langkah dari seorang narator mengandung makna serta pesan tersirat yang mendalam. Maka tak heran, pertunjukan seni peran tersebut kerap mengundang decak kagum dan sambutan riuh tepuk tangan dari penonton yang menyaksikannya.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page