Ada banyak bentuk karya puisi yang dikenal oleh masyarakat Indonesia, dan pantun merupakan salah satu bentuk sajak tradisionalnya. Karya puisi atau sajak lama ini sering diajarkan di sekolah-sekolah, sehingga Anda sebaiknya tahu definisinya, jenis-jenisnya, dan contoh dari sajak ini.
Daftar ISI
Apa Itu Pantun?
Orang-orang, terutama kalangan anak sekolahan tentu sudah sering mendengar atau membaca karya ini di berbagai media. Sayangnya, belum banyak orang yang sudah paham tentang definisi karya tradisional ini.
Secara sederhana, pantun adalah suatu jenis karya puisi lama yang memiliki bentuk sajak atau irama yang bunyinya a-a-b-b atau a-b-a-b. Sajak ini diketahui hanya ada di wilayah Melayu; lebih tepatnya di negara Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Indonesia.
Sebuah pantun mengandung beberapa aturan yang sifatnya mutlak atau wajib ada. Contohnya seperti jumlah bait yang harus empat baris (tidak boleh lebih) dan iramanya harus mengikuti penjelasan di atasnya. Dua kalimat pertama ialah sampiran, sedangkan dua kalimat lagi berisi pesan kepada pembacanya.
Di Indonesia, karya sajak tradisional ini memiliki nama paparikan bagi masyarakat Sunda. Sementara itu, orang-orang Batak menyebut karya ini dengan nama umpasa. Orang-orang di Jawa Tengah dan Jawa Timur menyebut tradisi membaca karya ini dengan istilah kentrung.
Ciri-Ciri Pantun
Sebagaimana puisi biasa mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dari karya sastra lain, pantun pun memiliki ciri-cirinya sendiri. Apa saja karakteristik yang pasti ada dalam jenis karya sastra ini? Di bawah ini, Anda dapat melihat aneka ciri tersebut dan penjelasannya.
1. Menggambarkan Kehidupan di Sekitar Masyarakat
Ciri pertama yang pasti ada dalam sebuah pantun yaitu sampiran atau gambaran tentang kehidupan yang terjadi di sekitar masyarakat. Penggambaran kehidupan itu wujudnya tidak rumit, hanya dua kalimat saja yang terletak di bagian awal sajak, yang nadanya cenderung lucu dan puitis.
Hal yang sajak tersebut gambarkan bisa berupa manusia dan perilakunya terhadap sesama manusia atau kepada alam. Sampiran tersebut bisa juga tentang tumbuhan, hewan, maupun cuaca; yang penting itu mengenai hal-hal yang ada di dunia nyata.
Contohnya saja seperti ini: “Bunga mekar di kebun belakang. Tumbuh tinggi dikelilingi ilalang”. Dari dua kalimat tersebut, Anda dapat melihat bahwa yang tergambar dalam sampiran itu adalah sebuah bunga melati yang mekar, namun terganggu oleh ilalang.
2. Berisi Petuah atau Wejangan
Berikutnya, ciri kedua dalam sebuah pantun adalah nasehat atau wejangan yang terletak di baris ketiga dan keempat setelah sampiran. Isi nasehat tersebut memiliki tujuan mengajarkan nilai dan norma masyarakat kepada pembaca atau pendengarnya tanpa bernada menceramahi.
Nasehat tersebut sebaiknya mengikuti irama sesuai dengan sampiran di atasnya. Apabila sampiran berpola a-a, maka nasehatnya harus berpola b-b. Sebaliknya, jika sampiran memiliki pola a-b, maka pola nasehat dalam sajak itu adalah a-b pula.
Jika meneruskan sampiran di bagian sebelumnya; “Kalau mau cerdas harus belajar. Maka layangan jangan dikejar-kejar”, dua kalimat tersebut berisi pesan bahwa seorang peserta didik lebih baik banyak belajar daripada banyak main jika mereka ingin menjadi pandai.
3. Jumlah Suku Kata antara 8-12
Karya sastra ini cukup mirip dengan puisi biasa, sehingga polanya berbentuk bait, dengan sedikit perbedaan. Sekarang coba gabungkan pantun yang telah Anda baca tadi menjadi sajak utuh:
Bunga melati di kebun belakang
Tumbuh tinggi dikelilingi ilalang
Kalau mau cerdas harus belajar
Maka layangan jangan dikejar-kejar
Anda bisa menghitung bahwa jumlah suku kata per baitnya ada kurang lebih 8 suku hingga 12 suku. Hal ini berguna untuk menyampaikan pesan dalam karya sajak tersebut dengan cepat tanpa bertele-tele.
4. Jumlah Barisnya Harus Genap
Karena pantun yang bertujuan mengajarkan ilmu tanpa panjang lebar, jumlah baris yang terdapat dalam karya sastra ini wajib genap. Lebih tepatnya empat baris, dengan susunan dua baris atau kalimat sampiran dan dua baris atau kalimat isi yang mengandung pesan utama dalam sajak tersebut.
Inilah ciri yang membedakannya dengan puisi biasa, yang aturannya tidak terlalu mengikat karena sifatnya yang lebih artistik. Sedangkan pantun yang sifatnya edukatif memiliki aturan yang agak mengikat supaya nilai-nilainya tidak mudah dilupakan oleh para pembaca.
Macam-Macam Pantun
Sekarang, Anda akan mempelajari tentang aneka jenis pantun, baik yang sifatnya lucu maupun yang mendidik. Supaya Anda lebih memahami jenis-jenis karya sajak tradisional ini, simak penjelasan di bawah ini:
1. Spiritual
Dalam jenis sajak ini, Anda akan mendapati pesan-pesan yang nadanya cenderung terkait dengan agama serta hal-hal rohani lainnya. Sampiran yang terdapat di awal pantun ini pun mungkin saja sedikit berhubungan dengan topik spiritual, kendati tidak tampak secara langsung.
Sajak ini tidak mewajibkan Anda untuk menulis tentang satu agama atau kepercayaan saja. Yang penting adalah pesan-pesan rohani atau spiritualnya tersampaikan pada siapapun yang membacanya.
2. Nasehat
Inilah dia jenis sajak yang paling banyak dan paling sering masyarakat ajarkan di sekolah-sekolah. Jenis karya sastra ini terbilang bagus untuk mengajarkan nilai-nilai sosial kepada anak-anak. Isi pesannya yang sederhana tetapi penuh makna dapat anak-anak pahami lebih cepat ketimbang ceramah.
Anda bisa mencari contoh sajak ini pada buku-buku pendidikan Bahasa Indonesia untuk anak SD. Apabila perlu, carilah buku kumpulan sajak yang isinya rata-rata berupa nasehat untuk peserta didik.
3. Romantis
Apakah Anda tahu bahwa karya sastra singkat ini juga boleh bernada romantis? Betul, sajak romantis ini biasanya berhubungan dengan dua orang yang baru jatuh cinta. Isi pesan yang terkandung di dalamnya kurang lebih bersifat mengomentari perasaan cinta di antara dua orang tersebut.
Perasaan romantis dalam sajak tersebut dapat Anda ketahui dari dua kalimat pesan di bagian akhirnya. Kedua kalimat tersebut pasti mengandung kata-kata yang penuh dengan kasih sayang.
4. Jenaka
Kadang-kadang, ada pula sajak yang isinya hanya sekadar menghibur saja tanpa benar-benar mengajarkan apapun. Oleh karena itu, jenis karya sajak tradisional ini suka masyarakat sebut dengan istilah pantun jenaka, sebab tujuannya tak lebih dari mengundang tawa pendengarnya.
Tidak ada aturan yang mengikat mengenai sajak yang jenaka ini, sebab humor dapat berbentuk apa saja. Salah satu tandanya yaitu dua kalimat pesan pada sajak itu yang tampak tidak nyambung tetapi terasa lucu.
5. Belajar
Jenis sajak ini sedikit berbeda dengan jenis pemberi nasehat, yang isi utamanya kurang lebih nilai dan norma kemanusiaan. Dalam jenis yang satu ini, pesan yang terkandung di baris ketiga dan keempatnya cenderung mendidik dalam bidang sekolahan, bukan kemasyarakatan.
Anda tinggal melihat langsung dua kalimat pesan di akhir sajak ini untuk cepat tahu apa jenisnya. Apabila kedua kalimat itu mengandung pesan yang berkaitan dengan belajar, maka jenis sajak tersebut adalah ini.
Contoh Pantun untuk Siswa-Siswi
Bagi Anda para siswa-siswi yang sedang belajar tentang pantun, berikut ini adalah beberapa contoh sederhana untuk Anda baca. Anda tidak harus mengikuti bentuk sajak di bawah ini, karena yang ini sifatnya hanya sekadar memberi ide tentang sajak yang dapat Anda tulis.
1. Contoh Sajak tentang Nasehat
Contoh pantun yang satu ini menggunakan narasi binatang sebagai gambaran yang membuka sajaknya. Isi pesannya tidak benar-benar berhubungan dengan hewan, melainkan menjelaskan pesan yang konteksnya mirip dengan sampirannya.
Ayam kampung bertelur sembilan
Hilang dua dimakan musang
Jangan tinggalkan barang simpanan
Kalau tak mau barangnya hilang
2. Contoh Sajak tentang Kebersihan
Dari temanya yang mengenai kebersihan, Anda pasti sudah mengetahui jika contoh pantun ini membahas tentang nasehat. Tergantung penulisnya, gambaran dan pesan yang tertuang dalam karya ini bisa menyerupai satu sama lain.
Orang tua, orang muda berselisih
Tetangga pada numpang lewat
Ayo rajin bersih-bersih
Lingkungan bersih semua orang sehat
3. Contoh Sajak tentang Puasa
Bagi Anda yang sedang mencari pantun dengan tema religi, contoh ini dapat Anda jadikan acuan dalam menulis. Sampiran pada sajak ini sebaiknya Anda hubungkan dengan pesan yang akan Anda sampaikan.
Anak kecil sholat di belakang
Orang tua sholat di awal
Puasa kuat sampai hari petang
Banyaklah ibadah serta tawakal
4. Contoh Sajak tentang Anjuran
Contoh yang keempat ini mengusung tema cuaca, yang merupakan unsur alam ciptaan Tuhan. Meskipun begitu, pesannya boleh Anda tulis dengan berisi nilai agama, anjuran, atau malah Anda buat lucu.
Hujan turun sepanjang hari
Terbit mentari airnya kering
Tiduran tak boleh sampai sehari
Nanti kamu pusing tujuh keliling
Sudah Paham Seperti Apa itu Pantun, Jenis, dan Contohnya?
Demikianlah artikel ini membahas tentang karya sastra tradisional berupa pantun yang sangat orang Indonesia kenali hingga sekarang. Mengajarkan nilai dan norma kepada peserta didik tidak harus pakai ceramah yang panjang lebar, tetapi ada cara yang menghibur dan menarik perhatian, misalnya menggunakan sajak singkat.