12 Perbedaan Hikayat dengan Cerpen yang Belum Banyak Diketahui

Apa saja perbedaan hikayat dengan cerpen? Keduanya merupakan prosa atau karya bebas yang cukup terkenal dalam sastra Indonesia. Sekilas keduanya terlihat sama, akan tetapi jika kamu memperhatikan lebih dalam banyak perbedaan yang bisa kamu temukan.

Untuk itu, artikel ini akan menjelaskan segala hal yang berkaitan dengan hikayat maupun cerpen, termasuk apa saja perbedaan di antara keduanya.

Seputar Hikayat

Sebelum pembahasan tentang perbedaan hikayat dengan cerpen, sangat penting mengetahui definisi dari keduanya. Pembahasan pertama yaitu hal-hal seputar hikayat.

1. Pengertian Hikayat

Hikayat merupakan prosa atau karangan bebas yang mengisahkan tokoh-tokoh yang hidup serta tinggal di kerajaan. Tokoh yang diceritakan tersebut bisa berupa raja, permaisuri, pangeran, dan lain-lain.

Pada hikayat kamu akan menemukan cerita, biografi, undang-undang, dan sebagainya. Tokoh tersebut sering digambarkan mempunyai kekuatan gaib, kesaktian, serta karakter penokohannya yang sifatnya mutlak. 

Selain berperan sebagai hiburan, pada hikayat juga terdapat pesan moral maupun amanat yang sangat bermanfaat untuk pendidikan karakter.

Selain itu, hikayat juga merupakan karya sastra lama. Awalnya, hikayat diceritakan hanya sebatas lisan. Cerita tersebut kemudian menyebar dan terus menyebar hingga terkenal di kalangan masyarakat. Akan tetapi, di zaman modern seperti sekarang, hikayat mulai ditulis serta dibukukan.

Berdasarkan ceritanya, terdapat beberapa pembagian hikayat yaitu:

  • Hikayat Jawa, misalnya Hikayat Panji Sumirang
  • Hikayat Melayu asli, misalnya Hikayat Negeri Johor
  • Hikayat Arab, misalnya Amir Hamzah
  • Hikayat India, misalnya Mahabarata dan Ramayana

2. Karakteristik Hikayat

Terdapat beberapa ciri khas yang kamu temukan pada hikayat, yaitu:

  • Anonim: kamu tidak mengetahui siapa pengarang atau penciptanya. Ini karena cerita tersebut disampaikan secara lisan lalu dipercaya sebagai sebuah cerita atau kisah yang nyata.
  • Istana sentris: umumnya hikayat akan menggunakan latar belakang berupa kerajaan maupun negeri yang pemimpinnya adalah seorang raja.
  • Menonjolkan kesaktian atau kemustahilan: hikayat juga mempunyai cerita yang terkesan tidak logis. Tokoh pada hikayat tersebut dikisahkan mempunyai kekuatan atau kesaktian tertentu.
  • Tradisional: hikayat juga mempunyai susunan maupun cara pengungkapan yang terkesan klise. Ini karena isinya yang cenderung mempertahankan tradisi atau kebiasaan orang-orang dulu.

3. Fungsi Hikayat

Hikayat merupakan cerita rakyat yang harus dilestarikan. Ini karena di dalam hikayat tersebut terdapat warisan budaya yang berasal dari nenek moyang pada generasi muda. 

Setidaknya ada beberapa fungsi hikayat yang perlu kamu pahami. Ketiga fungsi hikayat tersebut yaitu:

  • Hikayat merupakan sarana hiburan. Ini karena di dalam cerita tersebut terdapat kisah yang bisa menghibur para pembaca atau pendengarnya.
  • Hikayat juga merupakan sarana pendidikan. Di dalamnya terkandung nilai-nilai yang dapat diteladani oleh para pembaca serta pendengarnya.
  • Fungsi lain hikayat yaitu untuk melestarikan warisan budaya. Dalam cerita tersebut terkandung nilai budaya dan sosial suatu bangsa.

4. Struktur Hikayat

Kamu telah memahami pengertian hikayat beserta ciri-cirinya. Pembahasan berikutnya seputar struktur yang terdapat pada karya sastra lama tersebut. Berikut pembahasannya.

a. Abstraksi

Pada penulisan hikayat, kamu akan menemukan abstraksi yang menjadi inti cerita hikayat itu sendiri. Bentuk abstraksinya pun berupa serangkaian peristiwa dalam cerita.

Pada penulisan hikayat, sebenarnya abstraksi ini sifatnya opsional. Artinya, penulis dapat mencantumkan abstraksi tersebut dan boleh tidak. Jadi memang tergantung dari keinginan penulis hikayat.

b. Orientasi

Struktur yang kedua adalah orientasi. Ini merupakan bagian teks yang berkenaan dengan beberapa aspek. Pada orientasi ini, kamu akan mendapatkan paparan seputar tempat, waktu, serta suasana. Ketiga aspek inilah yang dapat mempengaruhi penulisan hikayat.

c. Kompilasi

Berikutnya ada struktur hikayat yang bernama kompilasi. Ini merupakan urutan kejadian dalam cerita seputar sebab dan akibat. 

Kompilasi juga bisa mempunyai arti puncak masalah. Selain itu, kompilasi ini juga berhubungan dengan kemunculan konflik dalam jalan cerita. Konflik tersebut yang memberikan gambaran tentang karakter atau watak asli tokoh yang terdapat dalam cerita.

d. Evaluasi

Jika di bagian konflik telah tertuang secara menyeluruh, kemudian cerita hikayat akan berlanjut pada evaluasi. Evaluasi merupakan struktur yang isinya tentang penyelesaian atau jalan keluar dalam cerita hikayat.

e. Resolusi

Sementara itu, resolusi merupakan bagian yang isinya tentang solusi atas permasalahan yang terjadi di cerita. Hadirnya resolusi inilah yang kemudian mengarahkan alur hikayat menuju pada koda.

f. Koda

Koda merupakan struktur cerita hikayat yang bertujuan mengartikan amanat atau pesan yang disampaikan penulis. Pada bagian ini, para pembaca dapat mengambil pelajaran maupun pesan moral dalam cerita.

5. Nilai-nilai dalam Hikayat

Beberapa nilai yang bisa kamu temukan pada hikayat yaitu:

a. Nilai Budaya

Salah satu nilai dalam hikayat yaitu nilai budaya. Nilai ini berasal dari adat istiadat atau budaya yang berkembang serta diwariskan secara turun-temurun ke masyarakat. Nilai ini membuat masyarakat takut untuk meninggalkannya karena khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk.

b. Nilai Moral

Nilai moral pada hikayat berkaitan tentang ajaran baik dan buruk yang dapat diterima khalayak umum. Nilai tersebut bisa dalam bentuk sikap, perbuatan, kewajiban, dan lain-lain. Moral juga berkaitan dengan budi pekerti, akhlak, serta susila.

Nilai moral di dalam sebuah karya sastra umumnya mencerminkan pandangan hidup dari penulis yang ingin disampaikan ke pembaca. Nilai moral bisa kamu lihat berdasarkan peristiwa yang dialami oleh karakter yang diceritakan dalam hikayat.

c. Nilai Religi

Nilai religi yaitu nilai yang berhubungan dengan keagamaan. Di dalam hikayat, kamu akan menemukan hal-hal seputar konsep ketuhanan, surga-negara, maupun dosa-pahala.

d. Nilai Sosial

Nilai ini berkaitan dengan kehidupan yang berlangsung di masyarakat. Secara umum, nilai sosial ini dapat berupa nasehat maupun pesan yang berkenaan dengan kemasyarakatan. 

Indikasi adanya nilai sosial ini dikaitkan dengan kelayakan saat diterapkan pada kehidupan sehari-hari, termasuk ketika berinteraksi dengan masyarakat.

e. Nilai Edukasi

Nilai berikutnya yang terkandung di dalam hikayat yaitu nilai edukasi. Sesuai namanya, nilai ini erat kaitannya dengan proses pembelajaran. 

Pada mulanya, kamu akan melihat bagaimana proses perubahan sikap serta perilaku seseorang atau kelompok di dalam cerita tersebut. Dari cerita yang dihadirkan, kamu akan menemukan sesuatu yang bisa kamu jadikan sebagai pembelajaran.

f. Nilai Estetis

Selanjutnya ada nilai estetis yang merupakan pikiran dan emosi yang berkaitan dengan keindahan karya sastra. Keindahan tersebut terlepas dari berbagai pertimbangan sosial, oral, ekonomis, maupun politik praktis. Umumnya, nilai keindahan ini terdapat di dalam hikayat yang berhubungan dengan bahasa pada seni sastra.

Seputar Cerpen

Sebelum masuk ke perbedaan hikayat dengan cerpen, ketahui dulu bab-bab seputar cerpen. Tentunya kamu sudah paham bahwa cerpen adalah akronim dari cerita pendek. Berikut pembahasan selengkapnya seputar cerpen.

1. Pengertian Cerpen

Cerpen atau cerita pendek merupakan karya yang penulisannya tak terlalu panjang. Kisah pada cerpen tersebut ditulis dengan jumlah kata tak lebih dari 5.000.

Cerita yang terdapat di dalam cerpen biasanya padat. Kemudian cerpen juga mempunyai satu alur cerita yang akan dijadikan fokus utama mulai awal sampai akhir. Tidak mengherankan ketika cerpen juga dianggap sebagai karya sastra yang cukup dibaca atau diselesaikan hanya sekali duduk.

Selain itu, cerpen juga umumnya memiliki pesan tertentu yang disampaikan oleh pengarang. Pesan tersebut hadir dalam berbagai macam. Ada pesan yang disampaikan dalam bentuk saran, kritikan, maupun nasehat.

Kemudian cara pengarang cerpen menyampaikan pesan tersebut juga bisa secara eksplisit atau implisit. Pesan tersebut bisa kamu temukan baik di pertengahan atau akhir cerita.

Untuk pesan eksplisit, kamu bisa dengan mudah menemukannya karena sudah tertera jelas dalam cerita. Akan tetapi, saat mencari pesan implisit, kamu perlu tahu jalannya cerita maupun bagaimana tokoh dalam cerita menyelesaikan masalahnya. 

Lalu kamu bisa mulai memahami seperti apa pesan yang coba disampaikan pengarang melalui ceritanya.

2. Karakteristik Cerpen

Sama halnya dengan hikayat, cerpen juga memiliki ciri khas tersendiri. Berikut beberapa karakteristik cerita pendek:

  • Jumlah katanya terbatas: sesuai namanya, ini merupakan cerita yang alur ceritanya cenderung singkat dan terbatas. Pembuatan cerpen biasanya tak lebih dari 5.000 kata. Itulah mengapa pembacanya cukup menyelesaikan seluruh alur ceritanya hanya sekali duduk.
  • Fokus pada masalah: isi cerita pendek selalu berkaitan dengan tokoh yang mengalami masalah tertentu dan bagaimana dia menyelesaikannya.
  • Cerita beragam: berbeda dengan hikayat yang sifatnya istana sentris, pada cerpen cenderung mempunyai cerita beragam. Biasanya cerita atau temanya berkaitan dengan kehidupan atau kejadian sehari-hari.
  • Ruang dan waktu terbatas: cerita pendek umumnya hanya fokus terhadap satu kejadian tunggal. Dengan begitu, ruang maupun waktu yang diceritakannya terbatas.
  • Penokohan sederhana: karakter atau watak pada cerita pendek tidak digali secara detail. Biasanya karakter atau penokohannya cukup diceritakan secara sederhana dan singkat.

3. Fungsi Cerpen

Seperti yang dijelaskan, cerpen mempunyai cerita sangat singkat serta jelas. Cerpen juga mempunyai beberapa fungsi layaknya karya sastra yang lain. Berikut beberapa fungsinya:

  • Fungsi rekreatif: cerpen berfungsi untuk memberikan hiburan kepada para pembacanya.
  • Fungsi estetis: cerpen juga menghadirkan nilai keindahan atau estetika. Dengan begitu, para pembaca akan merasa terpuaskan setelah membaca cerita tersebut.
  • Fungsi didaktif: cerpen juga merupakan sarana untuk memberikan pendidikan atau pelajaran. Di dalam cerita tersebut akan ada pelajaran atau hikmah yang bermanfaat untuk para pembaca.
  • Fungsi moralitas: cerpen juga menghadirkan nilai moral. Saat membaca, kamu akan tahu siapa saja tokoh yang memiliki karakter baik maupun buruk.
  • Fungsi religiusitas: cerita pendek juga menghadirkan hal-hal yang bersifat religi. Sama halnya dengan didaktif, apa yang disampaikan di dalam cerpen akan menjadi contoh yang baik untuk para pembaca.

4. Struktur Cerpen

Sama halnya dengan cerita hikayat, cerpen juga memiliki struktur ceritanya sendiri. Meskipun begitu, antara hikayat dan cerpen mempunyai struktur yang hampir sama.

a. Abstrak

Abstrak adalah bagian cerita pendek memberikan gambaran tentang isi cerita secara keseluruhan. Bagian ini merupakan highlight dari cerita yang ingin disajikan oleh penulis mulai awal sampai akhir.

b. Orientasi

Orientasi isinya tentang gambaran visual yang terdapat pada cerita pendek. Bagian ini menceritakan tentang waktu, atmosfer, dan latar cerita tersebut. Kamu juga dapat menemukan bagian yang menunjukkan pengenalan tokoh serta hubungan di antara tokoh-tokoh dalam cerita.

c. Rangkaian Peristiwa

Di bagian ini, kisah berlanjut lewat serangkai kejadian atau peristiwa satu dengan peristiwa lainnya. Biasanya antara kejadian-kejadian tersebut saling berhubungan satu dengan lainnya.

d. Kompilasi

Selanjutnya cerita bergerak menuju puncak masalah atau konflik, pertentangan, maupun kesulitan yang dihadapi para tokohnya. Kesulitan yang tokoh-tokoh tersebut hadapi akan memengaruhi latar waktu serta karakternya.

e. Resolusi

Struktur cerpen yang kelima adalah resolusi. Bagian ini memberikan gambaran tentang solusi dari tantangan atau permasalahan yang dihadapi. Kamu juga bisa mengetahui bagaimana pengarang cerpen tersebut mengakhiri ceritanya, apakah happy ending atau sad ending.

f. Koda

Koda adalah komentar terakhir tentang keseluruhan isi cerita. Di bagian ini juga dinamakan simpulan cerpen.

Inilah Perbedaan Hikayat dengan Cerpen

Ada beberapa perbedaan hikayat dengan cerpen yang bisa kamu temukan, di antaranya:

1. Tema

Tema merupakan ide utama atau gagasan yang menjadi latar belakang sebuah cerita. Tema pada hikayat biasanya tentang perjuangan dari seorang pahlawan sampai ia menjadi raja. Kemudian bagaimana dia memperoleh permaisuri maupun membawa kerajaannya ke masa kejayaan.

Sementara pada cerpen, tema yang digunakan lebih variatif. Tema cerpen cenderung tidak terbatas di latar belakang tertentu. Kamu dapat menemukan cerpen dengan beragam tema maupun pilihan yang beragam.

Misalnya cerpen dengan tema keluarga, persahabatan, percintaan, agama, dan sebagainya. Sementara pada hikayat hanya memakai satu jenis ide utama yaitu seputar perjalanan atau riwayat dari seorang pahlawan.

2. Tokoh

Perbedaan hikayat dengan cerpen kedua bisa kamu perhatikan dari tokoh. Tokoh merupakan seseorang yang ada dalam cerita dan digambarkan memiliki perangai tertentu. Tokoh tersebut yang akan mengalami peristiwa maupun melakukan sesuatu dalam cerita.

Tokoh pada hikayat cenderung terbatas pada ratu, raja, permaisuri, dan rakyat jelata. Mereka semua orang-orang yang dikisahkan berada di dalam lingkungan kerajaan. 

Tokoh cerpen cenderung tidak terbatas. Dengan begitu, penulis cerpen memiliki lebih banyak opsi untuk membuat tokoh dalam cerita pendek yang dia karang. Tidak terbatas pada orang-orang yang ada di kerajaan.

3. Latar

Perbedaan hikayat dengan cerpen yang ketiga yaitu tentang tempat, waktu, serta suasana yang menjadi background cerita. Latar pada hikayat sangat menonjol dibandingkan pada cerpen yaitu berupa istana maupun lingkungan sekitarnya.

Kemudian pada cerpen, latarnya sangat beragam. Tempat, suasana, maupun waktu yang menjadi latar cerpen lebih fleksibel. Hal ini juga membantu pengarang atau penulis cerpen saat membuat ceritanya sendiri.

4. Penokohan

Perbedaan hikayat dengan cerpen berikutnya adalah penokohan. Penokohan merupakan penggambaran sifat atau karakter tokoh di dalam cerita. Untuk hikayat, penokohannya sering bersifat mutlak. Maksudnya, karakter yang baik akan selalu baik mulai awal sampai akhir cerita dan begitu sebaliknya.

Kemudian penokohan pada cerpen lebih realistis. Dengan kata lain, tokoh yang awalnya memiliki watak baik bisa jadi berubah menjadi jahat. Mereka yang digambarkan memiliki watak jahat pun bisa jadi baik sehingga penokohan pada cerpen memang menyesuaikan jalan cerita yang ingin disajikan.

5. Alur

Perbedaan hikayat dengan cerpen juga bisa kamu temukan pada alur cerita yang dihadirkan. Alur merupakan rangkaian penyajian cerita. Jika melihat waktunya, alur dibagi menjadi tiga yaitu alur progresif (alur maju), alu flashback (alur mundur), serta alur campuran.

Untuk hikayat, alurnya cenderung memakai alur maju. Isi cerita tersebut adalah bagaimana perjuangan seseorang dalam melewati berbagai rintangan atau lika-liku hidup. Pada akhirnya dia berhasil melewati semua rintangan hidupnya lalu menjadi seorang raja.

Kemudian untuk cerpen, alurnya lebih fleksibel. Bisa memakai perpaduan dari ketiga alur tersebut sehingga ceritanya pun menjadi lebih variatif sehingga tidak terkesan monoton.

6. Gaya Bahasa

Perbedaan hikayat dengan cerpen adalah gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan gaya penulis di dalam menggunakan bahasa ketika mengungkapkan gagasan, ide, maupun perasaan dalam cerita. 

Adapun gaya bahasa pada hikayat sifatnya cenderung statis serta memiliki ungkapan klise. Ungkapan tersebut seperti syahdan, alkisah, suatu hari, hatta, dan sebagainya.

Akan tetapi, gaya bahasa pada cerpen cenderung dinamis. Gaya bahasa yang digunakan menyesuaikan perkembangan zaman. Tidak menutup kemungkinan cerpen yang dibuat pada zaman sekarang juga memakai gaya bahasa atau istilah yang memang ada saat ini.

7. Sudut Pandang

Perbedaan hikayat dengan cerpen juga dapat kamu amati berdasarkan sudut pandangnya atau point of view. Sudut pandang merupakan cara pandang seorang pengarang dalam menempatkan posisinya di dalam cerita. Setidaknya ada tiga jenis sudut pandang, yaitu:

  • Sudut pandang orang pertama alias akun. Ini merupakan point of view pengarang sebagai subjek maupun tokoh di dalam cerita tersebut.
  • Sudut pandang orang kedua (terbatas) atau diaan-terbatas. Pada jenis sudut pandang ini, pengarang tersebut perannya hanya sebagai pengamat dalam cerita yang dia karang.
  • Sudut pandang orang ketiga (mahatahu) atau diaan-mahatahu. Sudut pandang dari pengarang yang perannya sebagai pencerita. Di sini dia menjadi seseorang yang tahu seluruh cerita yang sedang berlangsung maupun yang akan terjadi.

Untuk hikayat umumnya memakai sudut pandang yang ketiga yaitu diaan-mahatahu, apalagi saat pengarangnya berperan sebagai anonim. Sementara itu, ketiga sudut pandang di atas dapat kamu temukan di dalam cerita pendek.

8. Amanat

. Alur

Perbedaan hikayat dengan cerpen juga dapat kamu amati berdasarkan amanat. Amanat merupakan pesan moral yang terdapat di dalam cerita. Pesan moral tersebut ada yang sifatnya tersurat (memang tertulis di dalam cerita) maupun tersirat (tak dijelaskan dalam cerita).

Hikayat mempunyai amanat yang sifatnya mutlak. Kamu dapat menemukan amanatnya secara eksplisit atau tersurat. Lalu untuk cerpen, amanatnya cenderung tidak bersifat mutlak serta tidak selalu muncul secara eksplisit.

Banyak amanat pada cerpen yang sifatnya implisit atau tersirat. Jadi pembaca perlu berpikir terlebih dahulu saat ingin mencari amanat yang terkandung di dalam cerita.

9. Penggunaan Konjungsi

Perbedaan hikayat dengan cerpen juga dapat kamu lihat berdasarkan konjungsi yang digunakan. Biasanya hikayat memakai konjungsi atau kata hubung dengan kata yang tak lazim atau kata arkais. Penggunaan kata hubung tersebut misalnya bak, syahdan, dan sebagainya.

Akan tetapi, pada cerpen cenderung memakai kata hubung yang lebih populer. Konjungsinya juga lebih mudah untuk dipahami pembaca di era sekarang. Misalnya lalu, ketika, kemudian, dan sebagainya.

10. Penggunaan Majas

Perbedaan hikayat dengan cerpen adalah majas. Majas digunakan untuk menjadikan cerita lebih menarik sehingga tak terkesan monoton. Majas yang kerap dipakai pada hikayat maupun cerpen yaitu majas metafora, antonomasia, simile atau perbandingan, serta hiperbola. 

Akan tetapi terdapat perbedaan dalam penerapan majas di antara cerpen dan hikayat. Pada hikayat, penggunaan majasnya lebih berfokus untuk memberikan gambaran terhadap karakter tokoh. Sementara itu, majas yang dipakai pada cerpen cenderung menggambarkan sesuatu yang lebih luas, tidak terbatas hanya pada tokoh saja.

11. Nama Pengarang

Perbedaan hikayat dengan cerpen selanjutnya adalah nama pengarang. Untuk hikayat, nama pengarang cenderung tidak diketahui alias bersifat anonim. Itulah yang menjadikan hikayat tersebut merupakan sebuah karya sastra bersama maupun karya warga sekitar.

Sementara pada cerpen, nama pengarang dapat kamu ketahui secara mudah. Biasanya nama pengarang tersebut akan dicantumkan di bawah judul. 

12. Jumlah Kata

Perbedaan hikayat dengan cerpen juga dapat kamu lihat berdasarkan jumlah kata. Untuk hikayat, jumlah katanya cenderung bervariasi. Ada cerita yang disajikan dengan jumlah kata 5.000, 7.000, dan lain-lain. Pada dasarnya tidak ada batasan terkait jumlah kata pada cerita hikayat.

Sementara itu, pada cerita pendek memiliki jumlah kata yang cenderung terbatas. Jika kamu perhatikan, cerita yang kamu baca memiliki jumlah kata sekitar 5.000. Beberapa cerita pendek juga ada yang sampai 10.000 kata.

Sudah Paham Perbedaan Hikayat dengan Cerpen?

Seperti itulah beberapa perbedaan cerpen dengan hikayat. Keduanya memang sama-sama karya sastra, tetapi kamu bisa melihat banyaknya perbedaan di antara keduanya.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page