Isu-isu politik memang selalu menarik untuk dikulik, salah satunya adalah politik aliran. Jenis politik yang satu ini kerap kali terbentuk karena adanya persamaan aliran; mulai dari agama, kelompok masyarakat, suku, atau kepercayaan. Maka dari itu, jenis politik ini sering disebut sebagai sektarian dalam kajian ilmu sosiologi.
Ingin tahu lebih lanjut tentang politik sektarian? Mari simak informasi selengkapnya dari ulasan berikut ini!
Daftar ISI
Mengenal Apa Itu Politik Aliran dan Contoh Konkritnya
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, sektarian adalah salah satu jenis gagasan politik yang menganut paham aliran yang sama. Sampai saat ini, politik sektarian masih terus berkembang di Indonesia.
Beberapa partai politik terkenal menganut paham politik ini. Bahkan, terang-terangan menargetkan kelompok tertentu untuk mengembangkan tujuan politisnya.
Partai politik (parpol) yang menganut sektarian juga dikenal memiliki massa pendukung fanatik. Kondisi ini tentu akan memberi keuntungan bagi partai politik tersebut dalam kontestasi demokrasi seperti pemilu (pemilihan umum).
Beberapa contoh parpol yang terkenal menganut politik sektarian di antaranya adalah PKB, aliran Sunni dan Syiah, hingga PKI yang telah dibubarkan oleh pemerintah Indonesia.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, politik aliran telah memberi warna lain bagi kancah perpolitikan di tanah air.
Ciri-ciri Politik Aliran, Ada Apa Saja?
Partai politik yang menganut paham sektarian biasanya identik dengan ciri-ciri tertentu. Kamu bisa memahami lebih dalam tentang empat karakteristiknya lewat uraian di bawah ini.
1. Menentukan Pilihan sesuai Ormas yang Diikuti
Setiap kali menjelang pemilu, cukup banyak politisi yang mempraktikkan politik sektarian untuk menjangkau suara publik. Akibatnya, sebagian masyarakat sering terjebak pada pilihan politik yang tidak sesuai dengan nuraninya karena pengaruh pihak tertentu.
Umumnya, anggota-anggota kelompok ormas sering menjadi target dari praktik politik seperti ini, agar anggota-anggota ormas memilih parpol yang beraliran sama dengan ormas tersebut.
2. Menjalin Afiliasi dengan Sebuah Organisasi
Pada umumnya, partai politik (parpol) berhubungan erat dengan organisasi dari sebuah negara. Oleh sebab itu, organisasi negara kerap kali memiliki tujuan politis yang sama dengan partai politik.
Walaupun Anda tidak bisa menggeneralisasi pernyataan ini untuk semua parpol, tetapi tidak jarang pendirian organisasi tersebut semata-mata bertujuan untuk memberi ruang bagi para anggotanya berkarir di dunia politik.
Parpol yang menganut politik aliran pasti identik dengan identitas tokoh-tokoh dominannya. Terlebih lagi, tokoh ini akan dikenal sebagai identitas dari sebuah parpol yang dibentuk.
3. Dukungan Berasal dari Suku Tertentu
Politik sektarian sering memanfaatkan persamaan latar belakang suku untuk mendapatkan simpati. Dengan begitu, parpol semacam ini mudah mendapatkan dukungan publik, terutama dari kelompok-kelompok suku yang sama.
Pasalnya, ikatan solidaritas yang dimiliki oleh kelompok suku tertentu bisa menjadi daya tarik bagi seseorang untuk terjun ke ranah politik. Contoh kelompok suku di Indonesia yang terkenal memiliki kekuatan politik sektarian adalah Papua dan Aceh.
4. Menentukan Pilihan Berdasarkan Pengaruh Tokoh Ormas
Penganut paham sektarian juga identik dengan pilihannya yang mudah dikontrol oleh oknum-oknum tertentu. Kerap kali pendukung parpol tersebut menentukan pilihannya berdasarkan pengaruh dari seorang tokoh ormas, bukan berdasarkan hati nuraninya.
Maka, paham politik semacam ini telah menyuburkan bentuk-bentuk praktik primordialisme yang dapat menghambat demokrasi suatu negara.
Faktor-faktor Apa Saja yang Menyebabkan Munculnya Politik Aliran?
Menurut sejarah, istilah politik sektarian pertama kali diperkenalkan oleh seorang peneliti bernama Clifford Geertz. Selama puluhan tahun, paham politik ini telah berkembang luas di Indonesia. Lantas, apa faktor penyebabnya? Yuk, simak!
1. Adanya Target Tujuan yang Harus Dicapai
Setiap organisasi politik pasti memiliki tujuan politiknya masing-masing, baik secara internal maupun eksternal. Tujuan politik akan ditentukan oleh para anggota dan pejabat partai yang sedang bertugas.
Biasanya, tujuan tersebut masih berkaitan dengan visi dan misi partai politik, sehingga lebih condong pada suatu aliran tertentu. Itulah yang menyebabkan politik sektarian tumbuh subur di Indonesia.
2. Adanya Kepentingan Politik dari Organisasi
Belakangan, organisasi sosial mulai merambah ke dunia politik dengan mendirikan partai politiknya sendiri. Umumnya, organisasi semacam ini akan condong pada pemahaman politik aliran.
Tujuannya apa lagi, kalau bukan untuk meraup suara mayoritas demi mencapai kepentingan organisasi. Praktik politik semacam ini yang membuat sektarian populer dipakai oleh berbagai parpol di Indonesia.
3. Peluang untuk Memetakan Basis Dukungan
Kondisi geografis yang luas menjadi salah satu faktor mengapa praktik sektarian berkembang luas di Indonesia. Oleh sebab itu, politik sektarian juga disinyalir muncul akibat adanya peluang untuk memetakan basis dukungan publik.
Wilayah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke kerap kali dimanfaatkan oleh partai politik untuk mengotak-ngotakkan pemilih, sehingga rawan memicu perpecahan.
Apa Dampak Perkembangan Politik Aliran di Indonesia?
Hadirnya paham politik sektarian telah memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap perkembangan politik di Indonesia. Seberapa besar dampaknya bagi dunia politik saat ini? Berikut ulasannya!
1. Memberi Edukasi Politik Melalui Kelompok Tertentu
Selama ini, politik sektarian sering dipandang secara negatif oleh sebagian masyarakat. Padahal, paham politik ini tidak melulu memberikan dampak buruk bagi perkembangan politik di Indonesia.
Faktanya, parpol penganut sektarian mampu memberikan edukasi politik kepada masyarakat melalui komunitas dan kelompok tertentu. Dengan demikian, masyarakat justru dapat lebih mengenal dan memahami politik praktis di sekitar mereka.
2. Meningkatkan Ikatan Solidaritas antar Sesama Pendukung Parpol
Munculnya politik aliran ternyata juga mampu meningkatkan rasa solidaritas di antara pendukung parpol. Parpol yang berafiliasi dengan organisasi besar akan lebih mudah bertahan daripada parpol yang tidak berafiliasi dengan organisasi manapun.
Mengapa begitu? Salah satu alasannya adalah adanya persamaan. Parpol yang menjalin hubungan erat dengan organisasi besar akan mendapatkan lebih banyak dukungan dari kedua belah pihak. Sebaliknya, parpol yang tidak menjalin kerja sama dengan organisasi besar, tentu akan kehilangan banyak dukungan.
Oleh sebab itu, adanya afiliasi dalam budaya politik sektarian telah menciptakan sistem dukungan yang solid.
3. Menarik Minat Masyarakat Terhadap Politik Aliran
Parpol membutuhkan tenaga-tenaga relawan untuk keperluan kaderisasi atau menghimpun dukungan politik menjelang pemilu agar dapat mencapai tujuan politik mereka. Lalu, partai politik melakukan pembinaan pada calon kader untuk memperkenalkan seluk-beluk dunia politik.
Umumnya, pengkaderan lebih banyak terjadi pada anggota-anggota kelompok yang sudah berafiliasi dengan parpol tersebut. Namun, tidak menutup kemungkinan bila pengkaderan dilakukan pada masyarakat umum, seperti Anda.
Dengan demikian, pengkaderan semacam ini telah menumbuhkan minat masyarakat untuk ikut berkontribusi di ranah politik.
4. Rentan Memicu Konflik Antar Suku
Seperti yang Anda tahu, politik aliran mengusung paham persamaan, sehingga lazim untuk mendukung parpol dengan latar belakang suku, agama, atau kepercayaan yang sama.
Namun, adanya perbedaan aliran parpol justru menjadi pemicu timbulnya konflik antara suku minoritas dengan suku mayoritas. Tidak jarang konflik semacam ini bisa menimbulkan perpecahan dan peperangan.
5. Menciptakan Fanatisme
Sayangnya, politik aliran juga telah menimbulkan dampak negatif di masyarakat, salah satunya adalah dengan menciptakan fanatisme pada satu parpol tertentu. Fanatisme semacam ini tentu tidak baik bagi perkembangan politik di Indonesia.
Mengapa? Pasalnya, mendukung secara berlebihan salah satu tokoh atau parpol justru akan menimbulkan budaya politik yang tidak sehat. Akhirnya, praktik politik akan mudah dipengaruhi oleh kekuasaan yang lebih dominan.
6. Membentuk Perilaku Rasis dan Diskriminatif
Dampak negatif lain dari perkembangan politik sektarian lainnya adalah terbentuknya perilaku rasis dan diskriminatif di antara para anggota parpol. Perilaku semacam ini jelas tidak terpuji, dan cenderung menimbulkan perpecahan maupun konflik.
Apabila parpol penganut paham sektarian masih melazimkan budaya rasisme dan diskriminatif semacam ini, perkembangan politik dan demokrasi di tanah air tentu saja akan terganggu.
Mengapa Anda Harus Mempelajari Politik Aliran?
Walaupun Anda bukan mahasiswa dari jurusan ilmu politik, tetapi tidak ada salahnya untuk mempelajari paham-paham politik seperti politik aliran. Dengan demikian, wawasan Anda tentang praktik politik di tanah air akan lebih terbuka luas.
Mempelajari politik sektarian juga dapat mencegah Anda dari rasa fanatisme yang berlebihan, perilaku rasis dan diskriminatif, atau berkonflik dengan orang lain.
Di samping itu, paham politik sektarian juga dapat menciptakan rasa solidaritas yang tinggi, menumbuhkan minat belajar politik, serta mengedukasi masyarakat tentang politik praktis.