Siapa yang tak tahu dengan puisi “Aku Ingin” karya Eyang Sapardi Djoko Damono? Puisi dengan tema percintaan ini menjadi puisi legendaris karena ditulis oleh salah satu penyair ternama Indonesia yang juga seorang guru besar di Universitas Indonesia. Seperti apa teks lengkap dan makna puisi ini? Yuk, simak!
Daftar ISI
Sosok Sapardi Djoko Damono
Indonesia mempunyai banyak sastrawan legendaris, salah satunya Eyang Sapardi Djoko Damono (Eyang SDD). Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono ini adalah seorang pujangga terkemuka Indonesia yang terkenal lewat karya puisi-puisinya yang menakjubkan, karena menggunakan bahasa sederhana dan mendalam.
Lahir di Surakarta, 20 Maret 1940, Sapardi adalah anak pertama dari pasangan Sadyoko dan Sapariah yang merupakan seorang abdi ndalem Keraton Kasunanan. Nama Sapardi diambil dari nama bulan dalam kalender Jawa yakni Safar dimana saat itu Sapardi lahir pada bulan Safar.
Dalam kepercayaan orang Jawa, siapa yang lahir pada bulan Safar kelak akan tumbuh menjadi sosok yang teguh pendirian dan pemberani. Karena itulah kedua orang tuanya memberikan nama Sapardi.
Sapardi menghabiskan masa mudanya dengan bersekolah di Surakarta hingga lulus SMA tahun 1958 dan kuliah di Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM. Saat masih duduk di bangku sekolah, Sapardi memulai karirnya sebagai penulis dimana karya-karyanya dimuat di beberapa majalah.
Berkat kecintaan dan kebiasaan menulisnya inilah Sapardi pernah diangkat sebagai direktur pelaksana Yayasan Indonesia yang menerbitkan majalah sastra Horison, dan pernah menjadi dosen serta guru besar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (sekarang fakultas budaya).
Tidak hanya mahir membuat puisi, pria yang diberi julukan Eyang SDD ini juga memiliki kemampuan di bidang seni seperti bermain gitar, menari, dan bermain drama. Bahkan dalam dunia kepenulisan Eyang SDD juga mahir membuat cerita pendek, membuat essay, dan menerjemahkan karya asing.
Nah karena sepak terjangnya yang luar biasa di bidang sastra inilah, Eyang Sapardi menjadi cendikiawan yang berjasa, karena juga sudah merintis organisasi Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (Hiski).
Karya-Karya Fenomenal Sapardi Djoko Damono
Pengarang puisi Aku Ingin, Sapardi, semasa hidupnya dikenal sebagai penyair yang kreatif, orisinil, serta mampu menghadirkan pembaharuan yang mengejutkan. Sapardi sudah menghasilkan karya-karya puisi terkenal, antara lain:
- Hujan Bulan Juni
- Pada Suatu Hari Nanti
- Hanya
- Yang Fana adalah Waktu
- Sajak-Sajak Kecil tentang Cinta
- Menjenguk Wajah di Kolam
- Aku Ingin
Atas karya-karya dan jasanya inilah Sapardi dianugerahi beberapa penghargaan nasional maupun internasional, antara lain:
- Anugerah Puisi Putra dari Malaysia (1983)
- Anugerah Seni dari Pemerintah Indonesia (1990)
- Cultural Award dari Australia (1978)
- SEA Write Award Thailand (1986)
- Penghargaan Achmad Bakrie (2003)
- Kalyana Kretya Menristek RI (1996)
- Mataram Award (1985)
Puisi Aku Ingin Karya Sapardi Djoko Damono
Puisi Aku Ingin adalah salah satu karya fenomenal dari Eyang Sapardi Djoko Damono. Puisi cinta ini ditulis sekitar tahun 1989 oleh Sapardi ketika sang istri tercintanya sedang sakit. Berikut teks lengkap puisi ini.
Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Analisis Makna Puisi Aku Ingin
Sapardi dikenal sebagai penyair yang mampu membuat puisi cinta mendalam dan indah. Puisi-puisi Sapardi tidak pernah gagal membuat para pembaca terkesima dan hanyut dalam setiap diksi-diksinya. Karena saking terkenalnya, banyak orang mencoba mendeklamasikan dan menganalisis makna puisinya.
Nah, karena dalam memahami makna puisi bisa berbeda-beda pada setiap orang, namun intinya akan tetap sama. Puisi Sapardi ini menunjukkan kesetiaan dan ketulusan dalam mencintai seseorang. Berikut beberapa makna puisi Aku Ingin yang bisa kamu simak.
1. Analisis Pertama
Pada puisi Aku Ingin, Sapardi seperti ingin mengungkapkan perasaan cinta pada sang kekasih yang sederhana, namun mendalam.
Ini bisa dibuktikan pada bait pertama puisi yang berbunyi, “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.” Kata sederhana disini mengandung arti sederhana, apa adanya, dan tulus yang mendalam.
Dalam puisi ini, penulis benar-benar mencintai sang kekasih tanpa mengharap imbalan apa-apa, termasuk balasan perasaan. Ini bisa dilihat juga dari bait setelahnya, yakni “Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.”
Bait tersebut sebagai ungkapan perasaan penulis yang memilih untuk tidak menunjukkan perasaan yang ia rasakan kepada kekasih. Ia memilih bungkam, namun cintanya begitu dalam.
Kamu juga bisa melihat pada bait selanjutnya yang berbunyi “Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.” Bait ini jelas sekali menunjukkan perasaan cinta penulis yang begitu tulus dan menjaga perasaannya untuk kekasih sampai akhir hayat.
2. Analisis Kedua
Berbeda dengan analisis pertama, apabila kata sederhana dalam puisi ini diartikan menggunakan kacamata semiotik bisa saja mengandung arti tidak sesederhana itu. Artinya, perasaan cinta yang sederhana kepada kekasihnya tersebut sudah sangat luar biasa tidak sederhana.
Pasalnya, jika dihubungkan dengan bait selanjutnya, yakni “Dengan kata yang tak sempat diucapkan” maka bisa jadi artinya adalah doa yang selalu dipanjatkan untuk sang kekasih meskipun tidak terucap dan tak sempat diungkapkan secara lisan.
Terlebih jika melihat lagi bait kelima, yakni “Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan.” Maksudnya meski tidak ada isyarat yang tersampaikan, namun tetap saja perasaan cinta itu ada pembuktian yang selalu ditunjukkan.
Dari sini kalimat-kalimat tersebut menunjukkan makna bahwa ketika seseorang benar-benar mencintai kekasihnya, maka untuk membuktikannya bukan dengan kalimat gombalan berlebihan, namun dengan sikap nyata dan doa tulus.
Jika kamu lihat lagi pada bait ketiga dan enam yang berbunyi, “Kayu kepada api yang menjadikannya abu” dan “awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.”, disitu Sapardi menggunakan majas personifikasi.
Majas personifikasi ini merupakan majas yang menjadikan benda-benda mati seolah-olah hidup layaknya manusia. Ini terlihat dari penggunaan kata kayu dan api pada bait ketiga yang berarti jika kayu sudah dibakar api, maka yang ada hanya sisa-sisa abu, artinya, tidak kesempatan lagi yang bisa terulang.
Bait ketiga Puisi Aku Ingin ini bisa juga dimaknai sehebat apapun kayu yang bisa menopang dengan begitu kuatnya, tetapi selalu sabar dan mengalah meskipun harus jadi abu.
Sementara bait keenam memiliki arti awan selalu mendatangkan keberkahan berupa hujan untuk seseorang. Kemudian setelah keberkahan itu berhenti, akan ada kebahagiaan yang terpancar.
3. Analisis Ketiga
Kata sederhana dalam puisi ini masih diartikan sebagai tindakan yang tidak berlebihan serta apa adanya. Jika melihat lagi pada bait kedua dan ketiga, puisi ini menceritakan rasa cinta begitu besar dan tulus yang dimiliki penulis kepada kekasihnya.
Cinta yang dirasakan penulis tidak mengharapkan imbalan apa-apa, termasuk balasan, tetapi cinta itu membutuhkan pengorbanan besar dan tulus kepada kekasih.
Sementara pada bait kelima dan keenam, penulis menjelaskan bahwa hujan berasal dari awan. Awan berasal dari titik-titik air yang berkelompok kemudian hujan akan turun berpencaran. Nah, cinta diibaratkan layaknya hujan, selalu ikhlas jatuh ke bumi tanpa mengharapkan imbalan apa-apa.
Hujan memberikan sebuah makna bahwa cinta sejati itu berbicara tentang keikhlasan dan rela, mau berjuang satu sama lain, dan tetap bertahan pada satu cinta.
Sebab nyatanya dalam membangun cinta tulus, tidak selamanya bertemu dengan keindahan layaknya pelangi dan kupu-kupu. Namun juga ada badai dan cobaan yang harus dihadapi keduanya.
Jadi dalam ketiga analisis tersebut sama-sama menjelaskan bahwa Eyang Sapardi Djoko Damono berhasil menunjukkan perasaan cintanya kepada sang kekasih dengan tulus dan ikhlas.
Sapardi berhasil memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa untuk mendapatkan cinta sejati haruslah melakukan pengorbanan dan menjaga hati, supaya rasa cinta itu tetap kokoh dan merasuk dalam relung hati terdalam.
Luar Biasa, bukan Makna Puisi Aku Ingin dari Sapardi?
Sapardi Djoko Damono memang sastrawan yang selalu berhasil membius pembaca lewat karya-karyanya, salah satunya pada puisi Aku Ingin. Puisi tersebut tidak hanya sebagai ungkapan perasaannya pada sang kekasih, namun juga mengajak pembaca untuk memaknai arti cinta sejati dengan ketulusan dan keikhlasan.