Ketika kamu memutuskan untuk menggeluti bisnis tertentu, kamu harus siap dan mampu untuk menilai keberhasilan kinerja keuangan perusahaan secara rutin. Nah, salah satu cara efektif yang bisa kamu lakukan adalah menghitung rasio profitabilitas.
Perhitungan rasio ini sangatlah penting, karena dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang berkelanjutan. Lantas, sebenarnya apa yang dimaksud dengan rasio keuntungan? Apa saja yang harus kamu hitung dalam mengetahui rasio-rasio keuntungan perusahaan?
Daftar ISI
- Apa Itu Rasio Profitabilitas?
- Manfaat Rasio Profitabilitas
- Jenis Rasio Profitabilitas dan Cara Hitungnya
- 1. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
- 2. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
- 3. Margin Laba Operasional (Operating Profit Margin)
- 4. Pengembalian Aset (Return On Assets)
- 5. Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)
- 6. Pengembalian Penjualan (Return On Sales)
- 7. Return On Capital Employed (ROCE)
- 8. Return On Investment (ROI)
- 9. Earning Per Share (EPS)
- Sudah Siap Mengevaluasi Kinerja Keuangan dengan Rasio Profitabilitas?
Apa Itu Rasio Profitabilitas?
Rasio profitabilitas adalah serangkaian metrik keuangan yang memungkinkan para pemangku kepentingan (investor, kreditur, dan manajemen perusahaan) untuk mengevaluasi efisiensi dan mengukur performa perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (laba) dari pendapatan bisnis.
Salah satu instrumen dalam ilmu manajemen keuangan ini dapat memperlihatkan kondisi keuangan perusahaan selama periode akuntansi tertentu, apakah mendapat untung atau tidak.
Rasio keuntungan juga menjadi alat yang dapat memberi pemahaman tentang tingkat efisiensi pengelolaan perusahaan. Umumnya, kamu dapat memanfaatkannya sebagai indikator pengukur efisiensi penggunaan modal perusahaan melalui perbandingan antara perolehan laba dengan modal operasional perusahaan.
Manfaat Rasio Profitabilitas
Melalui penjelasan teori di atas, terlihat bahwa instrumen rasio ini memiliki beberapa manfaat penting dalam analisis keuangan perusahaan. Berikut ini adalah beberapa manfaat utamanya:
- Memahami seberapa besar pertumbuhan nilai laba dan pendapatan perusahaan selama beberapa periode.
- Membantu mengidentifikasi tingkat produktivitas atau operasional perusahaan dalam mengelola biaya modal produksi, distribusi, dan biaya operasional lainnya untuk mencapai laba dan keuntungan.
- Mengetahui posisi laba perusahaan saat ini untuk mengembangkan penggunaan modal pribadi atau modal pinjaman, ketimbang dengan periode akuntansi sebelumnya.
- Mengetahui jumlah laba bersih yang berhasil perusahaan dapatkan dari dana aset dan ekuitas serta setelah potongan pajak modal pribadi.
- Mengukur jumlah laba perusahaan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam membayar utang kepada kreditur berdasarkan penggunaan aset dan sumber daya lainnya.
- Membantu para investor dalam mempertimbangkan keputusan investasi dan mengetahui besaran nilai pengembalian (return) dari investasinya.
Jenis Rasio Profitabilitas dan Cara Hitungnya
Secara teori, rasio keuntungan terdiri dari beberapa jenis metode perhitungan yang juga berguna dalam analisis keuangan perusahaan. Di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Rasio pertama adalah margin laba bersih atau net profit margin (NPM). Net profit margin berguna untuk mengukur keuntungan atau laba bersih perusahaan dalam penjualan produk atau jasanya setelah dikurangi dengan biaya operasional, bunga, pajak, dan beban lainnya.
Rasio keuangan ini menggambarkan seberapa efektif perusahaan dalam menghasilkan laba bersih setelah mempertimbangkan semua biaya dan pendapatan yang terkait dengan operasi bisnisnya. Semakin tinggi NPM, semakin baik kinerja perusahaan dalam mengelola biaya dan menghasilkan laba bersih yang signifikan.
Rumus net profit margin adalah sebagai berikut:
NPM (%) = (Laba Bersih : Total Pendapatan Penjualan) x 100
2. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Margin laba kotor atau gross profit margin (GPM) mengacu pada metrik rasio keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari pendapatan penjualan bisnis. Selain itu, GPM juga mengevaluasi keefektifan perusahaan dalam menentukan harga produk dan biaya keperluan produksi.
Apabila harga produk meningkat atau harga pokok penjualan (HPP) yang lebih tinggi ketimbang penjualan, maka GPM produk akan menurun. Sebaliknya, jika harga produk menurun atau HPP yang lebih rendah ketimbang penjualan, maka GPM akan meningkat.
Adapun cara menghitung gross profit margin adalah:
GPM (%) = (Laba Kotor : Total Pendapatan Kotor) x 100
Sebagai catatan, pendapatan kotor adalah jumlah total pendapatan dari penjualan produk atau jasa sebelum dikurangi dengan potongan atau pengembalian.
3. Margin Laba Operasional (Operating Profit Margin)
Seperti namanya, margin laba operasional atau operating profit margin (OPM) adalah rasio profitabilitas yang berguna untuk mengukur efisiensi keuntungan perusahaan selama menjalankan operasional bisnis, misalnya aktivitas penjualan.
OPM menggambarkan persentase laba dari segala kegiatan inti bisnis yang dikurangi dengan biaya operasional. Termasuk biaya produksi, biaya distribusi, beban penjualan, dan beban administrasi dengan menghiraukan kewajiban keuangan perusahaan, seperti bunga, pajak, dan dividen.
Semakin tinggi OPM, maka semakin baik efisiensi dan profitabilitas perusahaan dalam mengelola biaya operasional dan menghasilkan laba bersih.
Rumus operating profit margin adalah sebagai berikut:
OPM (%) = (Laba Operasional : Total Pendapatan Kotor) x 100
4. Pengembalian Aset (Return On Assets)
Metrik rasio berikutnya yang juga harus kamu pahami adalah rasio pengembalian aset atau return on assets (ROA). Return on assets berperan penting dalam menilai efisiensi penggunaan aset atau sumber daya perusahaan dalam menghasilkan laba.
Rasio ini menunjukkan seberapa baik kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset. Semakin besar nilai ROA, semakin besar efisien perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari setiap aset.
Adapun cara menghitung return on assets adalah:
ROA = Laba Bersih Setelah Pajak : Total Aset Perusahaan (Aset Lancar atau Aset Tetap)
5. Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)
Pengembalian ekuitas atau return on equity (ROE) merupakan rasio keuangan selanjutnya yang bermanfaat untuk mengukur tingkat pengelolaan dan pengembalian dana (net worth) yang pemilik saham terima atas investasi modalnya.
ROE memberikan gambaran tentang seberapa efisien perusahaan dalam menghasilkan laba dari modal yang pemilik saham investasikan kepada perusahaan. Semakin tinggi ROE, semakin tinggi kesempatan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk para pemilik sahamnya.
Rumus return on equity adalah sebagai berikut:
ROE = Laba Bersih Setelah Pajak : Ekuitas atau Modal dari Pemegang Saham
6. Pengembalian Penjualan (Return On Sales)
Rasio profitabilitas lainnya adalah pengembalian penjualan atau return on sales (ROS). Return on sales mengacu pada metrik pengukuran keuntungan perusahaan melalui perbandingan laba bersih dengan pendapatan penjualan setelah membayar biaya terkait produksi.
Mulai dari gaji karyawan, biaya bahan baku, dan biaya lain yang belum dikurangi dengan pajak atau bunga.
ROS menunjukkan seberapa baik kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari setiap pendapatan yang merupakan hasil dari penjualan produk atau jasa dan margin operasional. Semakin baik ROS, semakin baik profitabilitas perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari setiap pendapatan penjualan.
Adapun cara menghitung return on sales adalah:
ROS (%) = (Laba Bersih Sebelum Pajak : Total Pendapatan Penjualan) x 100
7. Return On Capital Employed (ROCE)
Return on capital employed (ROCE) adalah metrik rasio yang berguna untuk mengukur efektivitas perusahaan terhadap penggunaan modal untuk operasi bisnis.
Rasio pengembalian ini menjelaskan nilai atau tingkat pengembalian dan keuntungan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi modal. Semakin besar nilai ROCE, semakin besar pula kesempatan perusahaan dalam memanfaatkan modal untuk operasional bisnisnya.
Rumus return on capital employed adalah sebagai berikut:
ROCE = Laba Sebelum Pajak : Ekuitas atau Modal yang Digunakan
8. Return On Investment (ROI)
Kemudian, return on investment (ROI) menjadi rasio keuangan yang juga sangat penting untuk kamu pahami. Sebab, ROI bermanfaat untuk menghitung tingkat pengembalian atau profitabilitas perusahaan dalam suatu investasi yang terukur berdasarkan laba bersih dikurangi dengan pajak terhadap aktiva total.
ROI membantu mengevaluasi seberapa efektif suatu investasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan berdasarkan jumlah investasi modal. Dalam arti lain, ROI menjelaskan persentase pengembalian investasi dari investasi tersebut.
Semakin baik hasil ROI, semakin baik efektivitas investasi dalam menghasilkan keuntungan yang signifikan. Adapun cara menghitung return on investment adalah:
ROI (%) = ((Laba Investasi – Modal Investasi Awal) : Modal Investasi) x 100
Earning per share (EPS) adalah rasio profitabilitas terakhir yang penting, karena dapat mengukur keuntungan pendapatan perusahaan per lembar saham yang beredar di pasar saham.
EPS menggambarkan seberapa banyak laba yang perusahaan hasilkan untuk setiap saham yang pemegang saham miliki. Semakin besar tingkat EPS, semakin besar potensi keuntungan yang bisa pemegang saham dapatkan saat itu juga.
Rumus earning per share adalah sebagai berikut:
EPS = (Laba Bersih Setelah Pajak – Dividen Preferen) : Jumlah Saham di Pasar
Sudah Siap Mengevaluasi Kinerja Keuangan dengan Rasio Profitabilitas?
Itulah penjelasan singkat namun padat yang perlu kamu pahami dari rasio profitabilitas. Melalui artikel ini, harapannya kamu bisa menganalisis kinerja keuangan perusahaan dengan lebih mudah. Serta dapat mengambil keputusan bisnis yang lebih baik untuk pertumbuhan dan kesuksesan perusahaan jangka panjang.