Revolusi merupakan peristiwa di luar angkasa yang melibatkan objek tata surya seperti bintang dan planet yang mengelilinginya. Namun, waktu revolusi yang dihabiskan setiap planet terhadap bintangnya ini berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh panjang dan pendeknya lintasan orbit suatu planet. Namun, apa itu revolusi Bumi?
Daftar ISI
Pengertian Revolusi Bumi
Singkatnya, revolusi bumi merupakan peredaran planet Bumi yang berputar mengelilingi Matahari pada suatu orbit. Peristiwa ini diakibatkan oleh adanya tarik-menarik antara gaya gravitasi Matahari dengan gaya gravitasi yang dihasilkan Bumi. Orbit bumi tidaklah melingkar sempurna, melainkan berbentuk elips.
Istilah ini juga digunakan pada setiap planet yang ada di tata surya manapun untuk menggambarkan pergerakan semua objek luar angkasa tersebut yang mengelilingi bintang di pusat tata surya. Pada objek yang lebih kecil, seperti satelit alami, mereka akan berputar mengelilingi planet.
Dilansir dari halaman NASA, Waktu yang diperlukan bumi dalam menyelesaikan satu kali revolusi adalah 365 hari 6 jam, 9 menit. Perputaran Bumi ini mengacu pada bintang-bintang, dengan kecepatan edar berkisar antara 29,29 hingga 30,29 km/detik. Selain itu, revolusinya terjadi kearah anti-clockwise atau berlawanan arah jarum jam.
Lebih lanjut, Bumi yang kita tempati ini berevolusi tidak tegak lurus pada bidang ekliptika, tetapi miring dengan arah yang sama membentuk sudut 23,5o terhadap Matahari. Sudut tersebut diukur dari garis imajiner yang yang menghubungkan Kutub Utara dan Selatan yang dikenal sebagai sumbu rotasi.
Karena itu, jarak antara Bumi dan Matahari tidak selalu tetap, melainkan terus berubah-ubah. Bumi mencapai titik terdekatnya dengan Matahari atau disebut dengan titik perihelium (perihelion) pada tanggal 21 Desember. Sedangkan titik terjauh Bumi dengan Matahari atau titik aphelium (aphelion) terjadi pada tanggal 21 Juni.
Perbedaan Rotasi Bumi dan Revolusi Bumi
Perbedaan rotasi dan revolusi Bumi yang paling terlihat adalah bentuk dari perputarannya. Pada rotasi, Bumi akan berputar pada porosnya. Sementara itu, untuk revolusi, planet Bumi kita mengalami perputaran yang mengelilingi Matahari. Selain itu, rotasi Bumi memiliki arah perputaran yang sama atau searah dengan jarum jam.
Namun, ketika Bumi berevolusi, ia berputar berlawanan arah dari jarum jam. Perbedaan lainnya adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan rotasi Bumi adalah 24 jam. Sedangkan Bumi membutuhkan 1 tahun penuh atau 365 hari untuk menyelesaikan revolusinya mengelilingi Matahari.
Dampak Revolusi Bumi
Berikut adalah beberapa dampak Bumi yang berputar mengelilingi Matahari, antara lain:
1. Perbedaan Durasi Siang dan Malam
Perbedaan durasi siang dan malam setiap wilayah diakibatkan oleh revolusi Bumi. Seperti yang disebutkan sebelumnya, Bumi berevolusi dengan kemiringan 23,5o terhadap bidang ekliptika. Hal tersebut bisa menyebabkan perbedaan lama siang dan malam di bagian Bumi Utara dan Selatan.
Pada setiap tanggal tertentu, Bumi merasakan beberapa gejala alam yang dapat diamati setiap tahunnya, antara lain:
a. Tanggal 21 Maret sampai 23 September
Kutub Utara mendekat ke arah Matahari, sehingga waktu siangnya lebih lama. Sementara itu, di saat yang sama, Kutub Selatan mengalami siang yang lebih pendek dibanding malam hari, karena berada jauh dari Matahari. Selain itu, belahan Bumi Utara menerima sinar Matahari paling banyak dibandingkan bagian Selatan.
Kemudian, terdapat beberapa daerah di sekitar Kutub Utara yang mengalami siang 24 jam. Disaat yang sama, ada daerah di sekitar Kutub Selatan yang mengalami malam 24 jam. Jika diamati dari khatulistiwa, Matahari akan tampak bergeser 23,5o ke arah Utara.
b. Antara 23 September sampai 21 Maret
Pada periode ini, Kutub Selatan akan lebih dekat dengan Matahari. Sementara itu, Kutub Utara akan menjauh dari Matahari. Selain itu, belahan Bumi Selatan akan menerima lebih banyak sinar Matahari dibandingkan dengan Bumi bagian Utara.
Lebih lanjut lagi, durasi siang di bagian Bumi Selatan akan lebih panjang, jika dibandingkan dengan belahan Bumi Utara. Berkebalikan dengan periode sebelumnya, terdapat daerah di sekitar Kutub Utara yang mengalami malam 24 jam. Sedangkan ada juga daerah di sekitar Kutub Selatan yang mengalami siang 24 jam.
Bila diamati dari khatulistiwa, Matahari akan tampak bergeser sekitar 23,5o ke arah selatan.
c. Antara 21 Maret dan 23 Desember
Dari waktu tersebut, Kutub Utara dan Kutub Selatan akan bergerak sama ke Matahari. Selain itu, belahan Bumi bagian Utara dan Selatan menerima sinar Matahari yang sama banyak. Lebih lanjut lagi, panjang siang dan malam akan sama di seluruh belahan Bumi. Di wilayah garis khatulistiwa, Matahari akan melintas tepat di atas kepala.
2. Perubahan Musim
Dengan terjadinya revolusi Bumi, belahan Bumi Utara dan Selatan mengalami empat musim. Hal tersebut karena perbedaan intensitas cahaya matahari yang diterima diakibatkan oleh gerak semu Matahari. Akhirnya, membuat perbedaan musim di beberapa wilayah yang ada di planet Bumi.
Empat musim tersebut antara lain musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Namun, wilayah yang berada di garis khatulistiwa, seperti Indonesia, hanya akan mengalami dua musim saja. Kedua musim tersebut antara lain musim hujan dan musim kemarau.
Agar lebih jelas, berikut adalah musim-musim yang terjadi di belahan Bumi Utara dan Selatan beserta waktunya:
a. Musim-musim pada bagian Bumi Utara:
- Semi (spring): 21 Maret–21 Juni. .
- Panas (summer): 21 Juni–23 September.
- Gugur (fall): 23 September–22 Desember.
- Dingin (winter): 22 Desember–21 Maret
b. Musim-musim pada bagian Bumi Selatan:
- Semi (spring): 23 September–22 Desember.
- Panas (summer): 22 Desember–21 Maret.
- Gugur (fall): 21 Maret–22 Juni.
- Dingin (winter): 21 Juni–23 September.
3. Gerak Semu Tahunan Matahari
Gerak semu tahunan Matahari merupakan gerak berubahnya posisi Matahari yang terjadi sepanjang tahun. Jadi, Matahari dalam penglihatan kita akan terlihat seperti bergerak naik ke arah utara dan turun ke arah selatan. Padahal, Matahari tidaklah bergerak. Sebab, Mataharilah yang menjadi pusat dari tata surya.
Hal tersebut dikarenakan adanya peristiwa revolusi Bumi dengan poros yang miring sebesar 23,5o. Oleh sebab itu, posisi Matahari terkadang akan bergantian condong ke arah Kutub Utara atau Kutub Selatan.
Biasanya, pergerakan posisi Matahari ke belahan Bumi Utara terjadi pada tanggal 22 Desember–21 Juni. Sedangkan pergeseran Matahari dari Bumi bagian Utara ke Selatan, yakni pada 21 Juni–21 Desember. Lebih lanjut lagi, Matahari jarang sekali berada pada posisi tepat di garis khatulistiwa.
Biasanya, Matahari akan berada pada garis tersebut sekitar bulan September-Oktober dan membuat daerah di sekitar garis khatulistiwa akan terasa lebih panas dari biasanya. Selain itu, pada bulan-bulan tersebut, matahari akan berada di atas kepala kita dan muncul fenomena Hari Tanpa Bayangan Matahari.
4. Perubahan Posisi dan Rasi Bintang
Bintang-bintang yang bisa diamati dimalam hari tidaklah selalu sama. Sebab, mereka bergerak dan akan memunculkan bintang di posisi yang berbeda setiap saat. Bintang-bintang ini bergerak di langit karena adanya rotasi dari barat ke timur, sehingga akan tampak terbit di timur dan terbenam di barat.
Posisi terbit dan terbenamnya bintang-bintang ini tidak berubah sepanjang setahun. Namun, waktu kapan bintang terbit dan terbenamnya dapat berubah. Ini disebabkan oleh revolusi Bumi. Jadi, jika diamati lebih dalam, kamu akan melihat bahwa setiap bintang akan terbit dan terbenam 4 menit lebih awal setiap harinya.
Hal tersebut karena Bumi perlu 23 jam 56 menit 4,0905 detik untuk menyelesaikan rotasinya atau dikenal dengan hari sideris. Sedangkan periode yang diperlukan Bumi untuk satu kali rotasi terhadap Matahari, yakni 24 jam atau disebut hari sinodis.
Dari situ, terdapat perbedaan hari sideris dan sinodis. Ini membuat bintang yang terbit pada pukul 20.00 malam akan terbit 4 menit lebih awal ketika esok harinya, atau pada pukul 19.56. Ini terus terjadi sepanjang tahun, sehingga membuat bintang-bintang yang tampak di langit akan berbeda-beda.
5. Ditetapkan Kalender Masehi
Perhitungan kalender Masehi yang kita pakai saat ini didasari oleh peristiwa Bumi yang mengelili Matahari atau revolusi Bumi. Oleh sebab itu, tahun Masehi dikenal juga sebagai tahun Syamsiah atau tahun Matahari.
Jumlah waktu yang dibutuhkan Bumi untuk melakukan rotasi adalah 24 jam. Sedangkan jumlah waktu yang diperlukan Bumi untuk berevolusi adalah sekitar 1 tahun atau 365,25¼ hari. Namun, pada zaman Kerajaan Romawi, ketika Julius Caesar memerintah, 1 tahun ditetapkan 365 hari.
Dari hal tersebut, terdapat ketidaksesuaian jumlah hari dalam 1 tahun dengan waktu revolusi Bumi. Sebab, masih ada ¼ hari yang tersisa. Agar sesuai dengan lamanya Bumi mengitari Matahari, setiap 4 tahun sekali, ditambahkan 1 hari dalam bulan Februari yang asalnya 28 menjadi 29 hari. Atau dikenal juga dengan tahun Kabisat.
6. Gerhana
Revolusi Bumi menjadi salah satu faktor terjadinya gerhana. Gerhana terjadi saat satu objek luar angkasa, terutama Bulan dan Matahari, menghalangi cahaya dari objek lainnya. Di kita, ada dua gerhana yang sering terjadi karena Bumi yang berevolusi, yakni gerhana Bulan dan gerhana Matahari.
Gerhana Bulan terjadi ketika Bumi tepat berada di antara Matahari dan Bulan. Ketika Bumi berputar pada orbitnya, akan ada saat Bumi, Bulan, dan Matahari berada dalam satu garis lurus. Ini disebut dengan istilah oposisi. Ketika itu, Bumi menciptakan sebuah bayangan yang jatuh pada Bulan.
Jadi, hal tersebut akan menghalangi cahaya Matahari yang hanya mencapai Bulan. Akibatnya, terjadi gerhana Bulan. Sementara itu, gerhana Matahari terjadi ketika Bulan ada di antara Bumi dan Matahari. Saat Bumi berevolusi, akan ada saat ketika Bumi, Bulan, dan Matahari berada pada satu garis lurus. Ini disebut dengan konjungsi.
Saat itu, Bulan menghalangi cahaya Matahari untuk sampai ke Bumi secara menyeluruh maupun sebagian hingga terjadi gerhana Matahari.
7. Menyebabkan Perihelion dan Aphelion
Revolusi Bumi menyebabkan aphelion dan perihelion. Keduanya memiliki dampak tersendiri bagi Bumi dan makhluk hidup di dalamnya. Aphelion merupakan keadaan dimana bumi jauh dari Matahari. Sedangkan perihelion diartikan sebagai saat Bumi berada lebih dekat ke Matahari.
Hal tersebut bisa terjadi karena seperti yang kita ketahui bahwa orbit Bumi bukan lingkaran sempurna, melainkan lonjong atau elips. Jadi, setiap satu tahun, Bumi pasti akan melintasi titik atau bagian terdekat dan terjauhnya dari Matahari.
Karena aphelion berada pada jarak terjauh dari Matahari, tingkat radiasi panas yang diterima oleh Bumi akan lebih rendah ketika perihelion. Ini bisa menurunkan suhu global. Selain itu, bumi akan sedikit bergerak lambat di orbitnya. Ini akan berdampak pada peningkatan durasi hari, meski perubahannya tidak akan terasa oleh manusia.
Sementara itu, perihelion memungkinkan Bumi berada pada jarak terdekat ke Matahari. Hal tersebut meningkatkan panas yang diterima oleh Bumi. Akibatnya, perihelion menyebabkan peningkatan suhu di seluruh dunia, meski tidak signifikan.
8. Menentukan Distribusi Energi Matahari di Bumi
Pergerakan Bumi yang mengelilingi Matahari sebagai pusatnya mengakibatkan perubahan dalam pola dan distribusi energi Matahari. Sebab, ketika Bumi berevolusi dalam orbit yang berbentuk elips, perubahan posisi relatifnya dengan Matahari akan terjadi sepanjang tahun.
Revolusi Bumi akan menghasilkan perubahan kemiringan sumbu Bumi dari bidang orbitnya. Ini akan menyebabkan perbedaan musim yang dirasakan di berbagai belahan Bumi. Selain itu, saat Bumi berevolusi, ia akan berubah-ubah posisi di sepanjang orbitnya dan menyebabkan apa yang kita kenal sebagai perihelion dan aphelion.
Akibatnya, perubahan posisi yang diakibatkan revolusi tersebut menentukan distribusi energi matahari yang mencapai Bumi. Ini membuat intensitas radiasi panas dari Matahari dapat berubah. Sehingga, hal tersebut mempengaruhi suhu dan musim di berbagai wilayah di Bumi.
Sudah Lebih Mengerti Tentang Revolusi Bumi?
Demikian penjelasan mengenai revolusi dalam sains, mulai dari pengertian hingga dampak yang dirasakan oleh manusia di planet biru ini. Revolusi Bumi merupakan peredaran planet Bumi yang mengelilingi bintang Matahari. Selain itu, peristiwa ini sangat berpengaruh pada kehidupan makhluk hidup yang ada di Bumi.