Kehidupan manusia modern saat ini tidak dapat lepas dari keberadaan sampah anorganik. Munculnya jenis sampah ini adalah dampak dari pemenuhan kebutuhan rumah tangga manusia sehari harinya. Sampah ini sendiri sering disebut sebagai limbah, karena tidak memiliki nilai ekonomis.
Demi membuat Anda lebih aware terhadap jenis sampah yang saat ini menjadi salah satu isu lingkungan ini. Pada ulasan singkat kali ini, kami akan mengajak Anda untuk mengenal lebih dekat tentang sampah anorganik. Simak ulasan selengkapnya di bawah ini!
Daftar ISI
Pengertian Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah jenis sampah yang berasal dari bahan-bahan non organik alias buatan manusia. Jenis sampah ini tidak memiliki nilai ekonomis, sehingga tidak dapat langsung manusia manfaatkan kembali.
Selain itu, sebagian besar jenis limbah non organik ini sangat sulit atau bahkan tidak dapat terurai dengan bantuan mikroorganisme, sehingga menjadi salah satu isu lingkungan hingga hari ini. Adapun beberapa contoh sampah yang termasuk dalam jenis sampah ini adalah seperti sampah plastik, kaca, keramik, dan sampah logam.
Jenis Sampah Anorganik dan Contohnya
Secara umum, limbah non organik ini terbagi atas 2 jenis berbeda, yaitu jenis lunak dan keras. Untuk lebih lengkap, berikut ini penjelasannya:
1. Sampah Anorganik Lunak
Sampah anorganik lunak adalah jenis limbah non organik yang terbuat dari bahan yang mudah dibentuk atau diolah. Jenis sampah ini biasanya tersusun dari bahan yang lentur. Adapun beberapa contoh jenis sampah non organik ini adalah sampah plastik, bahan tekstil, dan bungkus kemasan plastik.
2. Sampah Anorganik Keras
Sedangkan sampah anorganik keras adalah jenis limbah non organik yang terbuat dari bahan yang sifatnya keras atau kuat sehingga sulit untuk hancur dan diolah. Adapun contoh dari sampah ini adalah seperti kaca, kaleng, bahan metal, dan material pecah belah.
Dampak Negatif Sampah Anorganik
Seperti yang kami sebutkan sebelumnya, keberadaaan sampah non organik ini menjadi salah satu isu lingkungan hari ini dan belum terselesaikan. Pasalnya, limbah ini sulit untuk terurai dan menumpuk setiap tahunnya. Penumpukan sampah ini akan menyebabkan berbagai masalah atau dampak negatif, antara lain:
1. Penyebab Masalah Kesehatan
Bukan sekedar mengotori lingkungan, keberadaan limbah non organik dapat meningkatkan resiko munculnya penyakit atau gangguan kesehatan. Baik itu berasal dari fisik sampah maupun proses pembuatannya.
Sebagai contoh, sampah kaleng yang terisi air hujan dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. Contoh lainnya, proses pembuatan kaleng dan plastik menghasilkan limbah sintetis yang berbahaya untuk manusia.
2. Penyebab Masalah Lingkungan
Dalam isu lingkungan, keberadaan sampah, khususnya sampah anorganik menjadi salah satu isu yang kerap pengamat bahas. Sebab, keberadaan limbah ini memang dapat menyebabkan masalah lingkungan serius.
Sebut saja masalah banjir. Sebagian besar kasus banjir hari ini terjadi karena adanya penyumbatan aliran sungai oleh sampah non organik. Contoh lainnya adalah sumber air yang melakukan kontak dengan sampah non organik dalam waktu lama dapat menjadi tercemar, sehingga berbahaya untuk kesehatan manusia.
Manfaat Sampah Anorganik
Meskipun sampah anorganik tidak memiliki nilai ekonomis dan menyebabkan berbagai dampak negatif. Namun, keberadaannya dapat memiliki manfaat jika ditangani dengan tepat. Adapun sejumlah manfaat yang kami maksud tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bahan Baku Kerajinan Tangan
Salah satu manfaat dari limbah non organik ini adalah menjadi bahan baku kerajinan tangan. Saat ini, terdapat banyak industri lokal yang membuat kerajinan tangan berbahan baku limbah non organik.
Adapun beberapa contohnya adalah seperti Bank Sampah di Yogyakarta yang mengubah limbah non organik rumah tangga menjadi karya seni bernilai. Bahkan, banyak sekolah di Indonesia yang mulai mengedukasi para siswanya untuk berkreasi membuat prakarya dari sampah rumah tangga.
2. Bahan Daur Ulang
Manfaat lainnya dari sampah anorganik adalah dapat bermanfaat untuk proses daur ulang. Dalam proses yang juga dikenal dengan istilah recycle ini, sampah akan mendapatkan proses pengelolaan untuk menjadi barang dengan nilai ekonomis tinggi.
3. Dapat Berguna Kembali
Beberapa limbah non organik dapat berguna kembali dalam kehidupan sehari hari. Sebagai contoh sederhana, ember cat tembok yang dapat berfungsi sebagai pot bunga atau ember penampung air. Contoh lainnya, bekas botol sirup berbahan kaca yang bermanfaat kembali sebagai tempat air minum.
4. Dapat Diolah Menjadi Mainan
Sampah non organik juga dapat menjadi bahan baku mainan anak. Saat ini, terdapat banyak industri atau pedagang lokal yang membuat karya mainan anak dari limbah sampah.
Salah satu yang sempat sempat menjadi sorotan media nasional adalah industri kreatif asal Jogja bernama Pa-Q-One Art Production yang mengubah limbah sandal menjadi mainan dan action figure bernilai tinggi.
Cara Pengelolaan Sampah Anorganik
Mengingat bahwa sampah anorganik ini dapat menyebabkan berbagai masalah lingkungan, maka cara pengolahan tentunya menjadi hal penting untuk menangani keberadaan sampah ini. Umumnya, terdapat 4 cara pengelolaan untuk sampah yang sulit terurai ini. Adapun empat cara pengelolaan tersebut meliputi:
1. Reduce
Reduce adalah cara pengelolaan sampah non organik yang termasuk paling sederhana. Prinsip pengelolaan sampah ini adalah dengan mengurangi potensi sampah yang sulit terurai dalam kehidupan sehari-hari. Adapun beberapa contoh penerapannya adalah sebagai berikut:
- Membawa dan menggunakan kotak makanan sendiri saat membeli makanan.
- Membawa kantong belanja sendiri saat berbelanja, guna mengurangi sampah kantong belanja yang terbuat dari plastik.
- Tidak menggunakan sedotan minum berbahan plastik.
- Membawa botol air minum sendiri untuk mengurangi pembelian produk minuman berkemasan plastik.
Meskipun cukup sederhana, namun penerapan prinsip reduce dalam kehidupan sehari hari masih terkendala kesadaran masyarakat. Hingga hari ini, masih banyak masyarakat yang belum aware akan isu lingkungan terkait dengan keberadaan sampah non organik ini.
2. Reuse
Reuse adalah cara pengelolaan sampah anorganik lainnya yang menerapkan prinsip untuk menggunakan kembali barang non organik yang masih dapat dimanfaatkan. Adapun beberapa contoh dari kegiatan reuse ini adalah sebagai berikut:
- Menggunakan kaleng atau ember cat tembok sebagai bak penampung air.
- Penggunaan kaleng kemasan makanan sebagai pot tanaman.
- Menggunakan botol plastik sebagai botol sabun pencuci piring cair.
- Menggunakan kemasan makanan plastik sebagai tempat menyimpan mainan anak.
3. Recycle
Recycle adalah proses pengelolaan sampah non organik yang belakangan ini semakin banyak disuarakan. Prinsip dari pengelolaan sampah ini adalah mengolah sampah non organik tertentu menjadi produk baru dengan nilai ekonomis lebih. Adapun beberapa contoh aplikasinya adalah sebagai berikut:
- Mengelola dan membuat kerajinan dari limbah kain perca.
- Pembuatan mainan kreatif menggunakan limbah plastik.
- Memodifikasi sampah ember cat tembok kaleng menjadi kursi unik.
4. Replace
Cara pengelolaan sampah anorganik yang terakhir adalah replace. Cara ini terbilang baru, namun cukup efektif menangani keberadaan sampah non organik.
Mekanisme atau prinsip dari replace ini adalah mendistribusikan kembali sampah non organik sintetis ke pabrik untuk diolah menjadi produk baru. Adapun contohnya adalah sampah botol plastik yang kemudian didistribusikan kembali ke pabrik untuk diolah menjadi produk botol plastik baru.
Sudah Siap Membedakan Sampak Anorganik di Sekitar Anda?
Itulah ulasan mengenai sampah anorganik yang dapat kami rangkum untuk Anda. Kesimpulannya, jenis sampah ini adalah sampah yang berasal dari bahan bahan non alami (tidak alami) dan tidak memiliki nilai ekonomis.
Kalaupun Anda hanya ingin membuangnya, Anda harus membuang sampah tersebut ke tempat sampah. Jika tidak, maka dapat menyebabkan penyumbatan drainase, pencemaran air sehingga banyak spesies ikan mati, dan bahkan bisa menjadi sumber kebakaran.
Namun, jika sampah tersebut mendapatkan proses daur ulang yang tepat, maka mereka dapat bermanfaat kembali dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Jadi, tertarik untuk mengelola kembali limbah ini?