11 Suku-Suku di Kepulauan Maluku Beserta Keunikannya

Suku-suku di kepulauan Maluku tersebar dari Provinsi Maluku Utara hingga Provinsi Maluku dengan keragaman yang kaya. Artikel kali ini akan mengantarkan kamu lebih dekat dengan beberapa suku asli yang menghuni provinsi indah di timur Indonesia.

Suku-suku di Kepulauan Maluku

Meskipun terdiri dari beberapa pulau, ternyata jumlah suku yang berada di Kepulauan Maluku cukup banyak, lo. Lewat pembahasan berikut ini, kamu akan mengenal setidaknya 11 suku asli  di sana dengan ciri khas masing-masing.

1. Suku Ambon

Suku Ambon dapat dikatakan sebagai salah satu suku terbesar dari Maluku. Letak Pulau Ambon berada di sebelah barat Pulau Seram.

Warga suku Ambon mendiami Pulau Ambon dan sekitarnya, meliputi Kabupaten Seram Barat, Pulau Haruku, Saparua, hingga Nusa Laut. Menurut peta bahasa KEMENDIKBUD, warga yang mendiami wilayah-wilayah tersebut juga menggunakan bahasa Ambon sebagai alat komunikasi sehari-hari. 

Cakalele adalah tarian adat yang berasal dari Ambon. Awalnya, tarian cakalele digunakan sebagai tarian perang, namun sekarang lebih sering digunakan sebagai tarian penyambutan atau perayaan adat.

Di samping itu, ada tarian Poco-poco yang terkenal, dan ternyata berasal dari suku ini. Tarian ini menunjukkan eratnya hubungan suku-suku di kepulauan Maluku. Kata Poco-poco sendiri berasal dari Bahasa Ternate yang berarti bayi lucu, pipi tembam, menggemaskan, atau imut. 

Meski lirik lagu dalam tarian tersebut menggunakan Bahasa Ternate, pencipta lagu Poco-poco berasal dari Ambon. Mayoritas warga Ambon beragama Kristen Protestan, dan agama Islam. Pakaian adat  suku Maluku adalah Baju Cele Kain Salele, Nona Rok, dan Baniang Putih.

2. Suku Ternate

Suku Ternate berasal dari Pulau Ternate, Maluku Utara. Pulau Ternate sendiri adalah pulau vulkanik, yang artinya pulau ini memiliki gunung api di tengahnya.

Warga suku Ternate biasanya menggunakan bahasa Ternate dan bahasa Melayu dalam berkomunikasi sehari-hari. Bahasa Ternate juga digunakan di Pulau Tidore sebagai bahasa sehari-hari. Suku Ternate mendiami wilayah Pulau Makian, Kajoa, Buli Besar, Bacan, hingga sebagian Pulau Kasiruta.

Mata pencaharian suku Ternate adalah bertani dan nelayan, salah satu hasil tani yang populer di Ternate adalah cengkih. Umumnya, warga Ternate beragama Islam.

3. Suku Tidore

Suku Tidore merupakan suku yang berada di pulau Tidore. Letak pulau tersebut bersebelahan dengan pulau Ternate di provinsi Maluku Utara.

Suku-suku di kepulauan Maluku umumnya saling memahami bahasa sekitar agar mempermudah komunikasi antar suku. Walaupun begitu, suku ini menggunakan bahasa Tidore. Selain itu, warga suku Tidore juga menggunakan bahasa Ternate dan Bahasa Makian Luar.

Suku Tidore memiliki rumah adat yakni fola sowohi. Rumah ini berbentuk segi empat dan berlantai tanah. Sebagai rumah adat, dia berfungsi untuk bermusyawarah, dan upacara adat yang mengandung unsur magis. 

Pakaian adat suku Tidore biasanya digunakan oleh keluarga kerajaan atau saat upacara adat. Di antara pakaian tersebut ada yang dikenal dengan manteren lamo dan kimun gia

Manteren lamo biasa digunakan oleh sultan, untuk perempuan keturunan kerajaan, pakaian adatnya adalah kimun gia. Sementara untuk remaja menggunakan pakaian bernama baju koja. Pada saat upacara adat, pemimpin upacara menggunakan takoa (jubah), lengkap dengan lengso duhu atau tutup kepala berwarna kuning muda.

Baca Juga: Ragam Senjata Tradisional Maluku

4. Suku Kei

Suku Kei berada di Kepulauan Kei, provinsi Maluku. Dalam percakapan sehari-hari, suku Kei menggunakan bahasa Kei. Persebaran bahasa Kei berada di Kabupaten Maluku Tenggara meliputi Kota Tual di Pulau Kei Kecil hingga sebagian Pulau Kei Besar. Warga suku Kei beragama Kristen (mayoritas Katolik) dan Islam.

Suku Kei memiliki 3 struktur sosial yang unik. Mel-mel adalah sebutan untuk orang terpandang yang biasanya adalah pemimpin adat atau orang kaya. Sedangkan Ren-ren adalah sebutan untuk struktur penduduk biasa. Terakhir adalah Hiri-hiri, yang pada masa lalu merupakan sebutan untuk para budak. 

Tingkatan sosial ini sedikit-banyak masih terasa dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya saja pada saat menentukan jodoh, pemimpinan rakyat, atau keterlibatan seseorang dalam upacara adat. 

Suku Kei adalah salah satu contoh dari banyaknya suku-suku di kepulauan Maluku yang masih mengindahkan ketentuan dan struktur adat.

5. Suku Noaulu

Suku ini mendiami bagian selatan-tengah Pulau Seram di Provinsi Maluku. Mereka memiliki sebutan lain, seperti suku Noahatan, Naulu, atau Noaulu. 

Noa adalah nama sungai, sedangkan “hatan” adalah hulu. Noahatan atau Noaulu berarti orang yang mendiami hulu sungai Noa. Suku ini berasal dari Pulau Halmahera di Maluku Utara. Tetapi,  setelah perang Hatebanggoi, mereka pindah ke Pulau Seram.

Suku Noaulu memiliki kaitan etnis dengan orang Manusela. Keduanya juga memiliki kepercayaan yang sama, yakni Naurus. Meskipun demikian, beberapa dari mereka juga beragama Hindu, sehingga terdapat pengaruh agama Hindu dalam ritual keagamaan mereka. 

Suku Noaulu memiliki kepercayaan yang kuat dalam beragama, namun negara Indonesia tidak mengakui kepercayaan mereka. 

Oleh karena itu, dalam urusan administratif, seperti KTP, sekolah dan kerja , orang-orang suku  Noaulu memilih salah satu agama yang negara akui hanya untuk formalitas saja. Biasanya mereka memilih agama Hindu dalam KTP, atau urusan administratif lainnya.

Sistem sosial suku Noaulu sangat menarik. Alasannya, sistem tersebut membagi mereka menjadi 12 klan, yakni Pia, Matoke, Kamama, Sounawe Aepura, Sounawe aenakahata, Sopalani, Perissa, Hury, Nahatue, Suomory, Leipary, dan Rumalait. 

Fakta unik lainnya adalah lelaki suku Noalulu memiliki ciri khas bernama nahatari atau kaing berang.  Artinya, secara umum mereka menggunakan ikat kepala kain berwarna merah.

6. Suku Manusela

Suku Manusela atau Suku Wahai mendiami pegunungan Manusela di Utara Pulau Seram, Maluku.

Sama seperti orang Noaulu, Suku Manusela memeluk kepercayaan Naurus yang berakar dari Hindu dan animisme. Beberapa generasi terakhir telah mengadopsi dan sebagian telah berpindah agama ke Protestan. Orang Manusela juga kerap kali dikira orang Noaulu karena memiliki ciri khas yang mirip yaitu ikat kepala kain berwarna merah. 

Dalam sistem pemerintahannya, pemimpin orang Manusela adalah raja (setara lurah). Lalu, wilayah pemerintahan di bawah Kabupaten disebut negara adat, atau yang umum dikenal dengan Kecamatan. 

Wilayah suku Manusela mencakup daerah pegunungan hingga pesisir pantai. Maka dari itu, mata pencaharian orang Manusela meliputi petani dan nelayan. Sebagian lain yang berada di hutan menjadi pemburu dan peramu.

7. Suku Alune

Suku Alune adalah salah satu suku paling tua di Pulau Seram. Berasal dari keturunan suku Patasiwa yang menyebar menjadi bagian suku Alune dan suku Wemale. 

Suku Alune berbicara menggunakan bahasa Melayu-Polinesia atau yang biasa disebut Patasiwa Alfoeren atau Sapalewa. Bahasa tersebut memiliki beberapa dialek. Tetapi, yang paling banyak penuturnya adalah dialek Rambatu. 

Sebagai salah satu bagian dari suku-suku di kepulauan Maluku tertua di Pulau Seram, secara natural suku Alune hidup dari hasil hutan. Mereka mendapatkan makanan dari pohon sagu dan menerapkan sistem cocok tanam berpindah.

Orang suku Alune mengenakan pakaian dari serat kulit, biasanya dari pinggang hingga atas lutut. Pada saat perayaan tertentu, lelaki Alune mengenakan pakaian perang sambil membawa pedang panjang. 

Baca Juga: Biografi Kapitan Pattimura Maluku Lengkap

8. Suku Bacan

Suku Bacan berada di Pulau Bacan, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Uniknya, penyebaran suku ini meluas sampai Pulau Mandioli, dan beberapa bagian Pulau Kasiruta, hingga Pulau Obi.

Saat ini, suku Bacan telah menjadi Kesultanan Bacan. Mereka memiliki 4 kesultanan dan kolano, yakni Kesultanan Baca, Ternate, Tidore, dan Jailolo. Keempatnya dikenal dengan istilah Moloku Rie Raha. 

Dari empat kelompok ini, kesultanan Bacan memiliki ciri perbedaan yang signifikan. Bahasa Bacan berasal termasuk kelompok bahasa Austronesia, sementara tiga kesultanan lainnya memiliki tidak termasuk kelompok bahasa tersebut. 

9. Suku Tobelo

Suku Tobelo berada di semenanjung utara Pulau Halmahera hingga ke Pulau Morotai. 

Suku Tobelo menggunakan bahasa Tobelo yang terbagi menjadi tiga dialek, yakni gamsung, dodinga, dan boeng. Bahasa Tobelo termasuk bahasa Austronesia, dan termasuk dalam rumpun bahasa Halmahera Utara.

Dari sisi kepercayaan, masyarakat Tobelo sangat dekat dengan alam. Nama anak mereka sering kali dari nama pohon yang berada di dekat tempat mereka lahir. Saat seorang meninggal, jasadnya biasanya ditinggalkan di dekat pohon. Kepercayaan ini merujuk pada pemujaan roh “Goma”, nenek moyang, dan tokoh dewa-dewa.

10. Suku Gane

Suku Gane atau suku Gani mendiami wilayah sekitar Halmahera Selatan hingga Pulau Obi. Keadaan ini terlihat dari penyebaran bahasa Gane yang mencakup sebagian Pulau Bacan sampai ke Pulau Obi. Fakta yang menarik adalah mayoritas orang Gane beragama Islam. 

Sebagai mata pencaharian, penduduk Gane biasanya berladang. Hasil bumi mereka berupa padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, cengkih, kopi, pala, cokelat, hingga kelapa.

11. Suku Kao

Suku Kao merupakan suku yang mendiami Halmahera bagian Utara. Wilayah adat mereka disebut Tanah Kao, yakni gabungan dari 5 kecamatan,  antara lain: Kao, Kao Barat, Kao Utara, Kao Teluk, dan Kao Malifut. 

Sama seperti suku kuno Patasiwa, suku Kao juga memiliki beberapa sub-suku atau suku turunan. Sub-suku ini adalah suku Pagu, Modole, Boeng, dan Towiliko. Keempat sub-suku ini berbicara dengan bahasanya masing-masing. 

Tetapi, suku Towoliko berbicara dalam dialek Bahasa Pagu dan Boeng yang menggunakan dialek Tobelo.

Ada Berapa Jumlah Suku-suku di Kepulauan Maluku?

Sebagian besar dari suku-suku di kepulauan Maluku berasal dari Maluku Utara mengingat luasnya Pulau Halmahera. Tetapi, kepulauan Maluku juga memiliki lebih dari seribu pulau yang ternyata juga memiliki beragam suku lain. 

Suku-suku tersebut meliputi suku Patani, Maba, Sawai, Weda, MakianTimur, Kayoa, Ange, Galela, Loloda, Tobaru. Di samping itu, ada suku Buru, Banda dan Saparua yang berasal dari Provinsi Maluku. Bahkan, masih ada banyak suku lain yang di Provinsi Maluku Utara. 

Berdasarkan data, ada lebih dari 30 suku dari Kepulauan Maluku.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page