Apa Itu Tarekat? Pengertian, Sejarah, Tujuan, serta Alirannya

Awalnya, istilah tarekat atau tariqa (B.inggris) memiliki berbagai makna, tergantung dilihat dari ilmu apa. Namun, istilah ini berkembang dan seringkali merujuk pada suatu organisasi persaudaraan sufi. Meski begitu, bagaimana sejarahnya? Selain itu, apa saja aliran-alirannya? Untuk mengetahuinya, kamu dapat melihat penjelasan di bawah ini!

Pengertian Tarekat

Bila ditinjau secara etimologis, istilah tarekat berasal dari kata thariqah dalam bahasa Arab, yang artinya adalah jalan. Jalan di sini memiliki makna yang selaras dengan jembatan (sirat), syariah, dan sabil. Sedangkan menurut Aboebakar Atjeh, istilah ini adalah jalan/petunjuk dalam melakukan ibadah sesuai ajaran Nabi.

Ia juga menambahkan bahwa istilah tersebut merupakan ibadah yang dikerjakan secara turun temurun dari tabi’in hingga kepada guru-guru. Dari pengertian di atas, bisa disimpulkan bahwa tariqa merupakan ajaran kerohanian yang dikerjakan oleh orang-orang, karena dipercaya dapat membawa pada pencapaian tujuan tasawuf.

Tasawuf sendiri merupakan usaha mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan menjauhi hal-hal yang sifatnya duniawi dengan cara mensucikan jiwa, menjernihkan akhlak, serta membangun dhahir dan batin.

Sejarah Tarekat

Istilah ini muncul pertama kali pada abad keenam dan ketujuh Hijriah. Pada saat itu, tasawuf merupakan sebuah hal penting dalam kehidupan kaum muslimin dan sebagai falsafah hidup. Pada saat itu, tasawuf memiliki prinsip dan metode khusus. Padahal, sebelumnya tasawuf dilakukan secara sendiri, tanpa adanya ikatan dengan yang lain.

Seiring berjalannya waktu, tasawuf mengalami perkembangan makna. Dengan jumlah pengikut tasawuf yang semakin bertambah, maka secara perlahan terjadi perubahan tasawuf dari semata menjadi suatu organisasi atau dikenal sebaga tarekat.

Bisa dibilang, pada tahapan ini, banyaknya pengikut, membuatnya menjadi komunitas. Komunitas tersebut menjadi kekuatan sosial perkumpulan khusus yang setelahnya memunculkan organisasi sufi dengan tujuan melestarikan ajaran syekh nya, seperti qodiriyah, chistiyyah, dan sebagainya.

Kegiatannya pun tidak terbatas hanya pada dzikir dan wirid atau amalan tertentu saja. Sebab, beberapa di antaranya melibatkan diri dalam aktivitas politik, seperti aliran sanusiyah, tijaniyah, dan safawiyah.

Tujuan Tarekat

Di bawah ini adalah beberapa tujuan dari Tariqa, antara lain:

1. Dari Sisi Pengamalan

Untuk mengadakan latihan dan melawan hawa nafsu, membasuh diri dari sifat-sifat atau perilaku tercela, serta membekali diri dengan sifat terpuji lewat perbaikan budi dalam segala aspek.

2. Dari Sisi Tadzakkur

Mewujudkan rasa ingat kepada Allah Yang Maha Kuasa atas semua hal, dengan cara mengamalkan dzikir dan wirid, sekaligus selalu tafakur. Memunculkan rasa takut kepada Allah SWT yang menciptakan usaha untuk menghindar dari semua hal yang menyangkut keduniawian.

Hal tersebut dilakukan agar seseorang tidak melupakan Allah, karena dibutakan segala macam pengaruh duniawi.

3. Mencapai Ma’rifat

Hal ini, jika semua amalnya didasarkan pada keikhlasan dan ketaatan kepada Sang Pencipta. Hasilnya, seseorang akan bisa tahu segala rahasia dibalik tabir cahaya Allah dan Rasulullah secara jelas. Tujuan ini bisa dicapai oleh orang yang mengamalkan tariqa.

Amalan tersebut mulai dari mengerjakan syari’at Allah dan Rasulnya dengan cara yang mengantarkan tercapainya tujuan hati yang sebenarnya sesuai dengan syariat itu sendiri.

Hukum Tarekat

Masuk ke dalam aliran atau kelompok thariqah dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari tentu ada hukumnya. Berikut hukumnya menurut para ulama thariqah pada Keputusan Muktamar Ke I Jam’iyyah Ahlith Thariqah Mu’tabarah di kawasan Tegalrejo, Magelang Tanggal 18 Rabiul Awal 1377 H/12 Oktober 1957 M:

  • Sunnah: Apabila tujuannya adalah untuk belajar wirid dan dzikir saja.
  • Fardhu ‘ain: Jika untuk menghiasi hati dengan semua sifat terpuji (tahalli) serta membersihkan hati segala sifat rendah (takhalli).
  • Wajib: Bila bertujuan untuk mengamalkan wirid sesudah baiat (talqin).

4 Aliran-Aliran Tarekat Utama

Dalam website khazanah.republika, terdapat empat aliran utama dari thariqah, antara lain:

1. Aliran Chistiyyah

Aliran ini dibentuk oleh Syaikh Khwaja Abu Ishaq Shami Chishti dan cukup dikenal masyarakat ketika dipimpin oleh Syaikh Mu’inuddin Chisti. Selain itu, aliran ini berakar pada tradisi Sunni dan menganut mazhab Hanafi.

Sama seperti yang lainnya, aliran chistiyyah memegang prinsip dasar yaitu menahan diri dari sesuatu yang bertentangan dengan ketetapan dari Al-Quran dan praktik Rasulullah SAW. Aliran ini juga mengajarkan wirid dan dzikir tertentu.

Ciri yang dimiliki aliran ini adalah menghindari berhubungan langsung dengan lembaga, perseroan, atau perusahaan dari orang-orang berkuasa/berada. Jadi, lebih sering berinteraksi dengan orang miskin untuk menghindari noda korupsi dan duniawi. Jika tidak, maka dianggap bertentangan dengan apa yang dinamakan dengan tawakal.

2. Tarekat Suhrawardiyah

Penamaan aliran Suhrawardiyah dinisbatkan kepada Syaikh Syihab al-Din Abu Hafsh Umar bin Abdillah bin Muhammad al-Taimi al-Sufi al-Syafi’i al-Suhrawardi. Namun, ia juga banyak mengambil pelajaran tasawuf dari pamannya sendiri, yakni  Syaikh Dhiyauddin Abu Najib bin Muhammad al-Taimi al-Suhrawardi (wafat tahun 1167).

Ajaran aliran ini tercatat dalam kitab ‘Awârif al-Ma’ârif (133-134), diantaranya seperti berpedoman pada ajaran tauhid dan melaksanakan dengan bersungguh-sungguh.

Selain itu, menjalankan syariat dengan baik dan benar, merasa selalu membutuhkan (faqr) Allah SWT dan zuhud, serta menjaga perilaku/adab. Terakhir adalah menyucikan waktu dari segala macam kekejian, dengan jalan mensucikan hati dari segala macam kotoran jiwa.

Dalam aliran suhrawardiyah, tugas seorang syeikh (mursyid) yakni untuk membersihkan hati para salik (seseorang yang sedang dalam proses pencarian Tuhan). 

Hal ini bertujuan agar cahaya tauhid/keesaan, keagungan ilahi, dan kesempurnaan keabadian tergambar dalam hati mereka. Salik dibuat agar memiliki kecintaan ilahi dalam hatinya.

3. Tarekat Qodiriyah

Nama Qodiriyah dari aliran ini diambil dari pembuatnya, yakni Syeikh Abdul Qodir Jaelani (wafat 561 H/1166M). Aliran qadiriyah ini dikenal luwes, karena ketika seorang murid mencapai syeikh, maka ia tidak harus mengikuti tariqa gurunya. Alhasil, cukup banyak cabang dari aliran qadiriyah di dunia islam, seperti Kamaliyah (1584 M).

Tujuan dari aliran ini sama dengan yang lain, yakni mendekat dan mendapat ridho Allah SWT. Salah satu ciri dari aliran ini adalah ketika selesai melaksanakan shalat 5 waktu, maka diwajibkan membaca istigfar sebanyak 3x, lalu membaca sholawat 3x, dan La Ilaha illa Allah 165x. Selain itu, dzikir semampunya di luar sholat.

Untuk mengamalkannya, murid akan melalui tahapan perjalanan yang membutuhkan proses panjang dan bertahun-tahun. Dalam perjalanannya, ia akan menerima hakikat pengajaran, berbakti, dan menjunjung segala perintah gurunya. Murid tersebut juga harus menjauhi larangan dan melawan hawa nafsu.

4. Tarekat Naqsyabandiyah

Aliran ini bisa dibilang memiliki banyak pengikut di Indonesia. Aliran Naqsyabandiyah pertama muncul pada abad 14 masehi di Turkistan. Pendiri aliran ini bernama Muhammad bin Muhammad Bahauddin al-Bukhari. Ia kemudian mendapatkan gelar Syah Naqsyaband dan hidup antara tahun 1317-1389 M (meninggal tahun 719 H).

Lebih lanjut lagi, aliran ini memiliki keyakinan bahwa pendiri dari naqsyabandiyah adalah Abu Bakr as-Shiddiq. Selain itu, mereka percaya bahwa seseorang yang tidak mengikuti aliran naqsyabandiyah, sedang berada dalam malapetaka agamanya. Meski begitu, ajaran ini ada di setiap firqah untuk mengikat pengikutnya.

Selain itu, para pengikut naqsyabandi menyikapi para tokohnya yang telah wafat selayaknya orang hidup. Jadi, mereka istighatsah di kuburan tokohnya hingga meminta keputusan ke tokohnya. Mereka juga memakai media seperti foto para tokoh atau membayangkan muka tokohnya saat berdzikir kepada Allah.

Hal ini dilakukan agar bisa berhubungan dengan Allah lewat mendekatkan diri kepada tokohnya.

Sudah Mengerti Apa Itu Tarekat?

Dari pembahasan di atas, istilah ini merujuk pada jalan, cara, atau metode yang dilakukan agar dekat dengan Allah SWT.  Istilah ini juga terdiri dari beberapa aliran dengan ajaran dan praktik berbeda yang menjadi ciri khasnya masing-masing. Semoga bermanfaat!

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page