Mengenal Sejarah Tari Jaipong, Makna, Ciri Khas, dan Propertinya

Indonesia kaya akan keberagaman budaya yang tercermin dalam berbagai bentuk seni tradisional, salah satunya adalah Tari Jaipong. Berakar dari budaya Jawa Barat, tarian ini telah mengambil tempat istimewa dalam panorama budaya Indonesia. 

Dengan kombinasi gerakan dinamis, ritme musik yang menghentak, serta kostum yang memukau, tarian ini telah menjadi bagian penting dari identitas seni tradisional Jawa Barat dan Indonesia secara keseluruhan. Ketahui fakta menarik dari tarian Jaipong di artikel ini!

Tentang Tari Jaipong

Tarian Jaipong telah populer sebagai seni tari khas Indonesia yang telah terkenal di seluruh negeri. Bahkan, tarian ini telah menjadi ikon khas tanah Sunda Jawa Barat. 

Budaya Tari Jaipong akan sering Anda temukan dalam berbagai acara seni, acara perayaan, atau acara penyambutan tamu. Namun, tarian ini juga dapat dikolaborasikan dengan beberapa kesenian khas Jawa Barat seperti pencak silat, pertunjukan wayang, dan kombinasi kaset tilu. 

Dalam pelaksanaannya, tarian Jaipong dapat dilakukan oleh individu, kelompok, atau pasangan selama pertunjukan. Tarian ini terkenal dengan gerakan yang penuh dinamika dan daya tariknya karena banyak memanfaatkan gerakan tangan, pinggul, dan bahu yang lincah.

Pencipta Tari Jaipong

Pada tahun 1960-an, tarian Jaipong lahir dari perpaduan berbagai unsur seni tradisional Sunda, seperti tari ketuk tilu, jaipongan, dan kecapi suling. Sang pencipta, Gugum Gumbira, menggabungkan elemen-elemen ini dengan kreativitasnya, menciptakan tarian yang energetik dan memukau.

Kemudian, mulai tahun 1976, tari Jaipong menjadi lebih terkenal dan tersebar karena peran  seorang seniman bernama H. Suanda melalui media kaset dengan nama “Suanda Group”. Saat itu, tarian ini masih menggunakan alat musik yang sangat sederhana. 

Pada waktu itu, mereka hanya memanfaatkan drum, gong, keran, kecrek, dan rebab. Namun, ternyata kehadirannya mendapat respon hangat dari masyarakat setempat dan mereka sering menggunakannya sebagai hiburan di berbagai acara.

Asal-Usul dan Sejarah Tari Jaipong

Tari Jaipong
Tari Jaipong | Image Source: Pinterest

Asal-usul Tari Jaipong bermula ketika pada tahun 1961, Presiden Indonesia Sukarno memutuskan untuk melarang genre musik rock dan genre musik barat lainnya. Keputusan larangan ini dipicu oleh kekhawatiran terhadap masuknya ide-ide, tema, dan nilai-nilai Barat yang mulai memengaruhi daerah tersebut. 

Tindakan ini menjadi suatu tantangan bagi para musisi Indonesia untuk menghidupkan kembali seni-seni asli daerah. Ketika Gugum Gumbira mendengarnya, ia memutuskan untuk menciptakan genre musik yang akan menghidupkan kembali minat musik di masa lalu dan menambahkan rasa elegan.

Kesenian Jaipongan sebenarnya adalah jenis tari yang gerakannya mengadaptasi berbagai jenis tarian khas Jawa Barat yang sudah muncul lebih dulu. Tarian ini tersusun berdasarkan seni gerakan Sunda yang bernama Tap Tilu, namun dengan konsep yang lebih modern.

Selain Tap Tilu, beberapa jenis kesenian Jawa Barat juga membentuk kesenian Jaipongan. Seperti kesenian ronggeng yang biasanya ada pada upacara adat sebagai hiburan dan sarana untuk bergaul. 

Ragam kesenian lainnya adalah Bajidoran Kliningan yang berasal dari Pantai Utara Jawa Barat seperti Karawang, Bekasi, dan Indramayu. Tidak hanya itu, ada juga kesenian lain seperti Tayuban, Topeng Banjet, bahkan Pencak Silat juga memperkaya gerakan-gerakan dalam Tari Jaipong.

Istilah “jaipong” berasal dari upaya orang-orang untuk menirukan suara yang dihasilkan oleh beberapa drum dalam ansambel musik. Ketika bagian tertentu dari irama dimainkan, sering kali penonton terdengar berteriak “jaipong” sebagai ungkapan antusiasme mereka.

Terdapat versi lain yang menyatakan bahwa asal-usul kata “jaipong” berasal dari bunyi gendang yang terucap dengan kata-kata “plakat,” “ping,” dan “pong”. Sehingga, kemudian membentuk kata “jaipong” seperti yang kita kenal saat ini.

Makna Tari Jaipong

Jaipongan memulai debutnya pada tahun 1974 ketika Gugum Gumbira dan gamelan serta penarinya pertama kali tampil di depan umum. “Daun Pulus Keser Bojong” dan “Rendeng Bojong” adalah sebutan bagaimana masyarakat pertama kali mengenal Tari Jaipong.  

Kedua tarian ini dirancang untuk dilakukan oleh pasangan penari pria dan wanita, sehingga dikenal sebagai tarian berpasangan. Awalnya, tarian-tarian ini sering dianggap kontroversial dan eksotis. 

Tidak hanya karena dilakukan berpasangan, tetapi juga gerakannya yang banyak melibatkan goyangan pinggul, sehingga dianggap memiliki unsur vulgar. Walau demikian, tarian ini memiliki makna yang mendalam pada setiap gerakannya. 

Meskipun awalnya tercipta sebagai tarian hiburan, namun seiring waktu tarian ini mengandung makna sosial, spiritual, dan budaya yang mendalam. Gerakan-gerakan yang lincah dan dinamis mencerminkan semangat kehidupan, kegembiraan, dan kebersamaan masyarakat Sunda. 

Tari Jaipong juga dapat memiliki arti sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dan apresiasi terhadap keindahan alam serta anugerah yang telah ada. Menarik, bukan?

Ciri Khas Tari Jaipong

Tarian Jaipong memiliki sejumlah ciri khas yang membuatnya unik dan menarik. Berikut adalah beberapa ciri khas utamanya:

1. Gerakan

Gerakan Tari Jaipong
Gerakan Tari Jaipong | Image Source: Wikimedia

Tari Jaipong memiliki ciri gerakan yang sangat dinamis, dengan menggabungkan elemen-elemen tari tradisional Sunda yang dipercepat dengan variasi gerakan modern. Karena itu, tarian ini menghasilkan atmosfer yang penuh semangat, keceriaan, dan energi. 

Selain karena karakter keceriaannya, tarian ini juga terkenal karena spontanitas, sentuhan humor, antusiasme, dan gerakannya yang mengundang perhatian. Gerakan-gerakan yang dipercepat dari tari-tari Sunda tradisional memberikan dasar yang kuat, sementara variasi gerakan baru menginfuskan elemen kekinian. 

2. Kostum Penari

Kostum penari biasanya memiliki warna-warna cerah seperti warna merah, kuning, hijau, dan emas di mana menggambarkan warna-warna alam yang ceria namun tidak norak.

Selain itu, desain kostum juga mengadaptasi banyak bentuk dari alam seperti bunga dan daun. Sebab, sejatinya Tari Jaipong menggambarkan rasa syukur atas produk alami, sehingga dekorasi kostum juga melekat pada banyak bentuk alam.

3. Musik Pengiring

Musik pengiring tarian menggunakan instrumen tradisional Sunda seperti angklung, kendang, dan suling. Ritme yang kuat dan menghentak menciptakan suasana yang menggugah semangat penonton.

4. Waktu

Tarian Jaipong sering ditemukan dalam berbagai acara resmi, seperti penyambutan tamu internasional, serta dalam acara informal seperti perayaan atau pesta syukur. Karakteristik cerian membuat tarian ini banyak dimanfaatkan sebagai bentuk tarian yang memperkuat hubungan sosial dan persaudaraan.

5. Jumlah Penari

Jumlah penari dalam tarian Jaipong dapat bervariasi. Ada yang menampilkan dua orang, tiga orang, dan bahkan hingga sepuluh orang dalam satu kelompok. Kunci utama dalam Tari Jaipong adalah menciptakan harmoni dan keselarasan yang dinamis dengan irama musik. 

Tidak hanya terbatas untuk penari pria, tarian ini juga terbuka bagi para penari perempuan. Bahkan, ada juga pertunjukan jaipong yang melibatkan kolaborasi antara penari laki-laki dan perempuan.

6. Pola Penyajian

Pola penyajian tarian ini juga terbagi menjadi dua, yaitu jaipongan berpola atau Pola Ibing dan jaipongan yang tidak berpola yaitu Ibing Saka.

Ibing Pola bermakna gerakan-gerakannya telah diatur sedemikian rupa dengan koreografi tertentu, namun tetap tidak meninggalkan ciri khas tarian. Umumnya, Ibing Pola banyak berkembang di daerah sekitar Bandung.

Sedangkan Ibing Saka memiliki gerakan yang lebih spontan namun tetap mengagumkan karena penari jaipong sudah memiliki keterampilan dasar gerakan. Pola penyajiannya berkembang terutama di daerah sekitar Subang dan Karawang.

Properti dalam Tari Jaipong

Selain gerakan dan musik, properti juga memiliki peran penting dalam Tari Jaipong. Beberapa properti yang umumnya digunakan dalam tarian ini meliputi:

1. Kipas

Kipas Tari Jaipong
Kipas Tari Jaipong | Image Source: Freepik

Kipas memiliki peran penting dalam tarian Jaipong sebagai alat untuk meningkatkan dramatisasi gerakan tarian. Selain itu, kipas juga berguna sebagai sarana untuk mengekspresikan perasaan dan emosi dalam pertunjukan.

2. Selendang

Selendang Tari Jaipong
Selendang Tari Jaipong | Image Source: Wikimedia

Selain kipas, selendang juga memiliki peran penting sebagai aksesoris yang menambah estetika gerakan. Penari akan menggerakkan selendang dengan kecepatan tinggi sambil berputar dan meliuk-lentur.

3. Payung

Payung Tari Jaipong
Payung Tari Jaipong | Image Source: Wikimedia

Properti terakhir adalah payung yang mana memiliki peran penting dalam menambah variasi gerakan dan memberikan sentuhan visual yang menarik. Penggunaan payung sering terlihat dalam kelompok tari untuk menciptakan pola-pola yang estetis dan memukau.

Sudah Lebih Kenal dengan Tari Jaipong?

Kesenian Tari Jaipong adalah contoh nyata bagaimana seni tradisional dapat terus berkembang dan beradaptasi dengan zaman. Meskipun telah mengalami evolusi, tarian ini tetap menghormati akar budayanya dan tetap memancarkan keindahan serta makna yang mendalam. Adanya gerakan yang energetik, kostum yang memukau, dan musik yang menggugah semangat, tarian ini dapat terus memikat hati penonton dari seluruh dunia. Tidak heran jika Tari Jaipong menjadi salah satu daya tarik utama dalam festival seni budaya, pertunjukan teater, acara resmi, dan acara kebudayaan lokal.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page