Sama seperti banyaknya suku bangsa yang ada dari ujung barat hingga timur Indonesia, keragaman seni budaya juga menjadi kekayaan negara ini. Salah satu contohnya adalah seni Tari Remo yang merupakan tarian tradisional provinsi Jawa Timur.
Dengan gerakannya yang indah dan ritmis, tari ini telah menjadi simbol identitas dan kekayaan budaya daerah Jawa Timur. Melalui artikel ini, kita akan membahas secara mendalam asal-usul, makna, serta keunikan gerakan Tari Remo. Mari simak bersama!
Daftar ISI
Sejarah dan Asal Usul Tari Remo
Dalam segi budaya dan tradisi, Tari Remo adalah salah satu bentuk tarian untuk menyambut tamu. Tari ini berasal dari Kabupaten Jombang, Jawa Timur yang terkenal sebagai wilayah banyak pesantren dan tokoh-tokoh ulama terkemuka Indonesia.
Jika Anda kaji lebih lanjut, tarian ini sebenarnya berasal dari Desa Ceweng di Kecamatan Diwek dan penciptanya merupakan seorang penari jalanan. Hal itu karena banyak orang di Jombang yang menjalani profesi sebagai penari jalanan.
Tarian ini memiliki sejarah panjang. Tari Remo menceritakan perjuangan seorang pangeran dalam medan pertempuran. Namun, seiring berjalannya waktu, perempuan lebih sering menampilkan tarian ini sehingga menghasilkan variasi seperti Remo Putri atau tarian dengan gaya perempuan dan banci.
Dalam sejarahnya, tarian ini awalnya menjadi bagian dari pertunjukan ludruk oleh penari laki-laki. Ini berkaitan dengan cerita yang penari bawakan, yaitu tentang perjuangan seorang pangeran. Hal ini memungkinkan penari laki-laki mengekspresikan sisi maskulin dalam menyampaikan kisah tersebut.
Pencipta Tari Remo ialah Cak Mo, seorang mantan Gemblak dalam kelompok reog di Ponorogo. Ketika musim kemarau datang, Cak Mo mencari sumber pendapatan lain selain kelompok reog dengan menggunakan keahliannya dalam menari.
Cak Mo bepergian dari desa ke desa mengenakan pakaian mirip Jathilan tanpa anyaman bambu dan menari dengan iringan musik kenong. Ketika melakukan perjalanan, Cak Mo mengombinasikan gerakan dari Jathilan, Warok, dan Tayub sambil melantunkan kidung tembang dan parikan.
Akhirnya banyak penonton yang menyukai tarian ini. Kemudian, Cak Mo dan istrinya tiba di Surabaya dengan tujuan bergabung bersama tim kesenian Ludruk dan membawakan tarian pembuka. Karena kemiripannya dengan Reog Ponorogo, masyarakat lebih mengenal tarian dengan sebutan Reog Cak Mo atau disingkat Remo.
Makna Tari Remo
Setiap tarian mengusung elemen seni, filosofi, dan pesan dalam setiap geraknya. Gerakan dalam Tari Remo, seperti menghentak bumi atau gerakan gedrug, menjadi lambang kesadaran manusia terhadap kehidupan di dunia.
Dalam tarian ini, gerakan gendewa menggambarkan kecepatan manusia seperti anak panah melesat dari busur. Begitu pula gerakan tepisan melibatkan tangan dengan kecepatan dan kelincahannya.
Tidak hanya itu, gerakan menggosokkan telapak tangan juga merupakan simbolisasi penyatuan kekuatan manusia. Selain itu, ada Ngore Remo, yaitu gerakan seperti merias diri, terutama rambut.
Tujuan Tari Remo
Pada saat pertama kali muncul, Tari Remo merupakan tarian persembahan dalam rangka membuka acara tertentu seperti pertunjukan ludruk. Karena itu, panggungnya mengadopsi desain dari pertunjukan ludruk. Namun, seiring berjalannya waktu, tarian ini bertransformasi menjadi tarian penyambutan untuk tamu-tamu penting. .
Komposisi Tari Remo
Konsep dan unsur-unsur yang membentuk Tari Remo memiliki peran penting dalam memahami makna, filosofi, dan pesan yang terkandung dalam tarian ini. Diantaranya adalah:
1. Penari
Pada awalnya, hanya penari laki-laki yang bisa membawakan tarian ini karena dapat mencerminkan kesan gagah dan berani pangeran di medan perang. Namun, seiring perkembangan waktu, penari perempuan juga bisa membawakan tarian ini sehingga menghasilkan variasi seperti Tari Remo Putri.
2. Gerakan
Gerakan yang paling menonjol dalam tarian ini adalah hentakan kaki yang dinamis. Melalui gelang kaki yang dilengkapi lonceng, gerakan ini menghasilkan bunyi yang selaras dengan musik gamelan pengiring.
Gerakan lainnya seperti penggunaan selendang, kepala, kuda-kuda, dan ekspresi wajah penari saat menari memiliki peran dalam membawakan pesan tarian ini.
Baca Juga : Tari Yapong: Sejarah, Makna, Tujuan, Keunikan & Properti
3. Busana atau Kostum
Para penari Tari Remo memakai kostum yang bervariasi tergantung pada daerah asal. Namun, ada beberapa elemen yang selalu ada pada semua kostum.
Seperti ikat kepala berwarna merah, celana setinggi lutut, baju lengan panjang, kain batik dengan corak pesisiran, selendang, kain stagen di pinggang, dan gelang kaki berlonceng. Kostum penari perempuan memiliki sedikit perbedaan, seperti rambut yang disanggul, mekak hitam sebagai penutup dada, dan rapak pada pinggang hingga lutut.
4. Musik Pengiring
Tarian ini tidak dapat lepas dari musik pengiring yang mana membantu menentukan tempo gerakan tari. Suara lonceng gelang kaki akan berpadu dengan musik gamelan, sehingga menghasilkan harmonisasi yang menarik.
5. Tata Panggung dan Dekorasi
Awalnya, tari ini merupakan tarian pembuka pertunjukan ludruk, sehingga tata panggung dan dekorasi mengadopsi konsep ludruk. Namun, pada masa kini, tarian ini juga dihadirkan sebagai bagian penyambutan tamu, dengan desain panggung yang menyesuaikan tema acara yang sedang berlangsung.
6. Tata Rias
Tata rias wajah penari Tari Remo memiliki ciri khas seperti adanya alis yang tebal dan bercabang, pipi merah tebal dengan gambaran kumi dan jambang di dagu. Tujuannya adalah untuk menampilkan penampilan yang sesuai dengan konsep gerakan dan makna tarian, serta meningkatkan penyampaian pesan tarian kepada penonton.
Keunikan Tari Remo
Tarian ini memiliki ciri khas dalam pola gerakannya yang mengandalkan energi dari gerakan kaki dan lengan, walaupun pergerakan tubuhnya cenderung kecil. Gerakan tangan biasanya cepat, tegas, dan terkadang patah-patah.
Gerakan kepala dalam pola geraknya terlihat dinamis karena menggunakan pola cepat dan patah-patah, sering kali melibatkan mata yang fokus atau tajam. Sebagai contoh, terdapat gerakan seperti menendang dan miring. Oleh sebab itu, pola gerakan dalam tari ini bergantung pada gerakan dinamis tangan yang diarahkan ke kaki.
Keunikan lain dari Tari Remo adalah ciri-ciri yang sering terkait dengan tokoh Cakraningrat dan Sawunggaling. Karakter Sawunggaling digambarkan relatif muda, menjaga penampilan fisik yang sehat, dan berotot.
Ia tampil dengan dada terbuka. Pada kepala, mereka memakai hiasan seperti Kemplengan, kuk, atau udeng yang mereka lilitkan dengan tinggi di kepala dengan tali. Mereka juga mengenakan celana korduroi hitam atau merah.
Sebuah keris dalam bentuk Ladrangan ada di punggung kanan. Strap bahu ada pada bahu kanan dan melingkari pinggang kiri serta punggung. Sosok Cakraningrat berpakaian dengan kemeja putih dan menggunakan kain satin atau beludru berwarna hitam secara bersamaan.
Tutup kepala dalam bentuk tertutup atau basah, dengan bagian atas rambut tersembunyi dengan rapat. Anting biasanya ada di telinga kiri. Bagian lain dari pakaian tetap mengikuti ciri khas tokoh Sawunggaling.
Gerakan Tari Remo
Tarian Remo mengandung nilai filosofis mendalam dalam setiap gerakannya. Jika Anda analisis secara mendalam, makna-makna yang tersimpan dalam gerakan tersebut bahkan memiliki kaitan dengan nilai-nilai kehidupan dan spiritual. Berikut ini penjelasannya:
- Gedrug: Mencerminkan kesadaran manusia akan vitalitas kehidupan di bumi, dan pentingnya memahami eksistensinya.
- Kipatan Sampur: Perlindungan diri dari pengaruh negatif, serta menggambarkan pengeluaran hal-hal buruk dari dalam diri.
- Gendewa: Gerakan ini mewakili kecepatan langkah manusia seperti anak panah yang dilepaskan.
- Ngore Rekmo: Merujuk pada merias diri, terutama tata rambut.
- Nebak Bumi: Hubungan bumi dan langit sebagai ruang bagi kehidupan manusia dan makhluk lain, yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi.
- Tatasan: Menggambarkan kemampuan menangkap hal-hal berpotensi membahayakan diri.
- Ceklekan: Merepresentasikan ranting pohon yang patah, menggambarkan kesan patah-patah pada siku.
- Tranjalan: Menggambarkan upaya menjaga diri dari pengaruh negatif, serta membersihkan diri dari zat mati dan negatif.
- Tepisan: Kecekatan tangan untuk melindungi tubuh dari pengaruh negatif, mengartikan daya linuwih dari alam yang diwujudkan melalui gerakan kedua telapak tangan.
- Nglandak: Menirukan gerakan binatang landak.
- Kencak: Menirukan perilaku binatang kuda, terutama kuda kencak yang menari-nari, terfokus pada gerakan kaki depan dan pergeseran ke samping.
- Klepatan: Melambangkan usaha manusia untuk menghindari bahaya, memerlukan kewaspadaan terhadap segala sesuatu di sekitar yang bisa membawa malapetaka.
- Telesik (Telesikan): Menggambarkan pergeseran benda kecil seperti pasir atau dedaunan oleh angin, menunjukkan adanya kekuatan di sekitar manusia yang dapat mengubahnya.
- Bumi Langit: Menggambarkan kesadaran akan kekuatan yang berasal dari bumi dan langit, di mana manusia hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.
Sudah Tahu Keunikan Tari Remo dari Jawa Timur?
Melalui perpaduan gerakan dinamis kaki dan tangan, Tari Remo menjadi cerminan mendalam tentang kesadaran manusia terhadap alam. Bahkan terkait hubungan dengan lingkungan, dan peran spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
Tarian ini tak sekadar menjadi warisan budaya, tetapi juga menjadi cerminan kedalaman budi dan wawasan spiritual masyarakat Jawa Timur. Maka dari itu, sebagai generasi muda, kita wajib melestarikan kebudayaan yang penuh ajaran kebaikan ini.