Tembikar: Pengertian, Sejarah, Fungsi, Cara Pembuatan dan Contoh

Tembikar merupakan wujud karya seni dan hasil kreasi dari pengolahan tanah liat yang selanjutnya dibentuk menjadi beraneka macam kerajinan yang indah. Jenis kerajinan ini telah ada sejak zaman dahulu dan pembuatannya sangat membutuhkan tingkat kemahiran, keuletan, dan ketelitian yang ekstra.       

Meski fungsi tembikar lebih diperuntukkan sebagai pajangan atau hiasan, pada kenyataannya benda ini juga berguna sebagai alat rumah tangga. Hingga kini, kerajinan tersebut masih populer dan menjadi incaran oleh beberapa orang, terbukti dengan banyaknya pengrajin yang masih eksis dalam memproduksinya.

Apa itu Tembikar?

Secara umum, tembikar adalah salah satu hasil kerajinan tangan tradisional yang pembentukannya khusus terbuat dari tanah liat. Selain itu, jenis benda tersebut juga terkandung bahan kombinasi dari beberapa unsur penunjang, seperti batu mineral, pasir kuarsa, dan air.    

Biasanya, penggunaan tanah liat dalam pembuatan tembikar ini adalah dari bahan alami yang mudah untuk masyarakat temui. Sehingga, pada implementasinya benda tersebut sering kali menjadi ladang usaha bagi sebagian masyarakat. Selain itu, salah satu karya tradisional ini terlapisi oleh porselen supaya permukaannya lebih halus.   

Dibandingkan dengan gerabah, penggunaan tembikar lebih cenderung untuk kerajinan. Lalu, bentuk dan jenis benda ini terlihat eksklusif, indah, dan mempunyai nilai estetika yang tinggi. Setiap ukiran dan motif yang ada pada benda tersebut biasanya memiliki makna dan unsur filosofi yang menjadi ciri khas tersendiri.

Sejarah Tembikar

Konon, kehadiran tembikar telah ada semenjak masa prasejarah (mesolitikum akhir) pada ribuan tahun silam. Saat itu, manusia sudah mulai untuk hidup secara menetap (non nomaden) dan melakukan aktivitas berburu, meramu, serta bercocok tanam.   

Beragam situs arkeologi di Indonesia mendeteksi bahwasanya jenis tembikar di zaman tersebut tergolong sederhana dan masih menggunakan kedua tangan dalam setiap proses pembuatannya. Sehingga, hasil akhir yang terlihat cenderung lebih kasar, penuh dengan sidik jari manusia, dan bentuknya sering tidak simetris di setiap bagian..

Adapun daerah yang menjadi bukti penemuan tembikar pada zaman prasejarah di Indonesia meliputi Kelapa Dua (Bogor), Kalumpang dan Minanga Sipakko (Sulawesi), Kendenglembu (Banyuwangi), Serpong (Tangerang), Poso (Minahasa), dan bekas danau Bandung.

Pada zaman tersebut, jenis karya seni tradisional ini umumnya memiliki fungsi sebagai alat rumah tangga, kepentingan upacara adat atau religius, hingga properti untuk penguburan mayat sekalipun. 

Apabila membandingkannya dengan hasil budaya lain, jenis benda seperti tembikar yang pembentukannya terbuat dari tanah liat terkenal mampu akan ketahanannya dalam menyerap panas dan suara dengan sangat sempurna. 

Selain itu, proses pembakaran pada karya seni ini membuat benda tersebut memiliki tekstur yang padat, tidak mudah hancur, serta kedap akan air. Sehingga pada masanya tembikar menjadi sebuah artefak (benda arkeologi) yang dapat bertahan lama di dalam ruangan ataupun terkubur di bawah tanah sekaligus. 

Seiring berubahnya zaman, pengolahan benda ini tak lagi menggunakan bantuan tangan kosong saja, melainkan via sarana pendukung yakni batu roda putar. Adapun bentuk, warna, beserta motif pada jenis tembikar pun turut ikut berevolusi sesuai dengan kreatifitas, inovasi, dan permintaan pasar.

Perkembangan kerajinan tradisional ini di Indonesia terpengaruh oleh kebudayaan Sa Huynh dari bangsa Austronesia yang berasal dari kawasan Vietnam Selatan atau Champa. Secara khusus, kebudayaan ini terkenal akan tembikar dan gerabah kuno yang unik serta khas. 

Fungsi dari Tembikar

Pada dasarnya, kemunculan tembikar di kehidupan masyarakat kuno dan modern membawa banyak fungsi dan peran penting. Tak hanya menjadi kerajinan tradisional, tembikar juga bermanfaat sebagai alat kebutuhan rumah tangga, seperti mangkuk, piring, dan gelas dalam kehidupan sehari-hari

Tak hanya itu, benda tersebut juga berperan sebagai alat dalam upacara keagamaan yang sakral seperti tempat api suci dan bejana yang biasanya ada ketika persembahan di tempat ibadah ataupun pura.       

Cara Pembuatan Tembikar

Sejatinya proses pembuatan kerajinan tradisional ini hampir memiliki kesamaan di setiap daerah. Adapun perbedaan yang paling menonjol biasanya terlihat pada bentuk, motif, corak, dan warna. Berikut ini adalah enam tahapan yang wajib ada dalam proses pembentukan tembikar.     

Pembuatan Tembikar
Pembuatan Tembikar | Image Source: Freepik

1. Pengambilan Tanah Liat

Menggali tanah secara langsung adalah langkah pertama dalam membuat tembikar. Pada umumnya, tanah liat berwarna merah coklat atau putih kecoklatan akan menjadi pilihan utama daripada warna tanah liat yang lain. Selanjutnya, tanah liat yang telah mengalami penggalian tersebut akan pengrajin kumpulkan pada suatu tempat.  

2. Penggilingan Tanah Liat

Tanah liat yang telah terkumpulkan sebelumnya akan melalui tahapan penyiraman dengan air sampai tingkat kebasahannya merata. Setelah itu, tanah liat perlu untuk didiamkan selama kurun waktu sehari atau dua hari lamanya. Lalu, tanah liat tersebut harus digiling agar mempunyai struktur tanah yang lebih rekat dan kuat. 

Secara umum, terdapat dua cara dalam proses penggilingan tanah liat yaitu dengan teknik manual dan mekanis. Penggilingan manual yaitu dengan cara menginjak-injak tanah liat menggunakan kaki hingga tanah tersebut mencapai tekstur dan struktur yang lebih halus serta ulet.

Sedangkan penggilingan mekanis merupakan proses penggilingan dengan bantuan mesin sebagai sarana pendukung utama. Namun, apabila menginginkan hasil yang baik, penggunaan teknik manual dapat menjadi rekomendasi paling ampuh.

3. Proses Pembentukan

Usai tanah liat digiling dengan baik, proses selanjutnya ialah membentuk tanah tersebut sesuai dengan keinginan dan inovasi. 

Para pengrajin tembikar yang berpengalaman rata-rata mempunyai desain dan bentuk khusus yang sudah menjadi ciri khas mereka. Jika semakin rumit bentuk dan desain tersebut, maka semakin lama pula waktu pembuatannya.

Dalam prosesnya, pengrajin akan memerlukan alat pendukung seperti alat pemutar (perbot). Adapun cara penggunaan alat tersebut yaitu dengan memutar kedua tangan untuk memudahkan dalam pembuatan tanah liat sesuai dengan rancangan desain dan bentuk yang ada.

Sejatinya, alat penunjang dalam membuat tembikar tak terbatas pada perbot saja, melainkan menggunakan batu bulat, kain kecil, air di wadah, dan alat pemukul sekaligus. 

Walaupun tampaknya mudah, ternyata pembuatan karya ini juga memerlukan tingkat konsentrasi yang tinggi, terutama untuk menyelaraskan gerakan antara kaki dan tangan.         

4. Proses Penjemuran 

Setelah pembentukan tembikar sudah sesuai dengan rancangan, maka ini adalah momen yang tepat untuk menjemur jenis kerajinan tradisional tersebut. Mulanya, karya seni ini akan mengalami proses penghalusan terlebih dahulu, khususnya pada bagian yang cenderung agak mengeras. 

Selanjutnya, benda tersebut baru akan dijemur di bawah sinar matahari hingga terasa betul-betul kering. Adapun lamanya waktu penjemuran bergantung pada kondisi cuaca dan juga level panas matahari.  

5. Proses Pembakaran

Apabila tembikar sudah kering, maka pengrajin harus segera mengumpulkan benda tersebut pada tungku pembakaran. Lalu, benda ini akan melalui proses pembakaran dengan kobaran api yang yang cukup besar selama beberapa jam.

Tahapan ini adalah bagian yang penting karena untuk memastikan bentuk dan massa jenis kerajinan tradisional tersebut benar-benar menjadi keras, padat, serta kuat. Selain itu, proses pembakaran juga berperan dalam menjaga kualitas barang yang baik serta menjadikan karya seni ini tidak mudah pecah.

6. Penyempurnaan Tembikar

Menjadi tahapan terakhir, proses ini merupakan puncak dan finalisasi dari pembuatan tembikar. Disini, benda tersebut akan melalui metode penyempurnaan sesuai dengan konsep desain yang telah ada sebelumnya. Para pengrajin dapat memberikan cat khusus atau glasir, agar hasil jenis kerajinan tradisional ini terlihat lebih elok dan menarik.

Apabila motif yang dihasilkan pada benda tersebut semakin unik, maka barangnya akan menjadi semakin esklusif, sehingga nilai jualnya pun juga akan lebih mahal dan tinggi.       

Contoh Tembikar di Indonesia 

Karya tradisional ini telah populer dan setiap daerah telah memiliki ciri khasnya sendiri. Berikut ini tiga contoh kerajinan tembikar di Indonesia.  

Contoh Tembikar di Indonesia 
Contoh Tembikar di Indonesia | Image Source: Freepik

1. Pegiunungang – Jawa Barat

Contoh yang pertama adalah tembikar pegiungang dari Jawa Barat. Biasanya, jenis kerajinan ini akan mempunyai ciri khas tersendiri yaitu motif yang tersedia akan selalu berkaitan dengan kepercayaan dan keyakinan masyarakat Sunda. Misalnya binatang, burung-burung, dan tumbuhan.        

2. Barong dan Rangda – Bali

Bali seringkali mengadakan acara kesenian, terutama pameran tembikar. Disini, para pengrajin kerap menggunakan motif makhluk etimologi Bali sebagai karakteristik yang istimewa nan unik, seperti barong dan rangda.   

3. Toba – Sumatera Utara  

Toba samosir mempunyai sumber daya alam yang melimpah dan mumpuni, sehingga dapat menghasilkan tanah liat yang berkualitas pula. Fakta ini juga membuat tembikar toba terkenal akan penggunaan tanah liatnya yang halus. Adapun motif yang menjadi ciri utamanya antara lain flora, fauna, dan ragam hias Tapanuli Utara.     

Sudah Paham Mengenai Tembikar?

Berbeda dengan gerabah, tembikar merupakan karya seni tradisional yang terbuat dari tanah liat namun keutamaan fungsinya terbatas pada bentuk kerajinan saja. Proses pembuatannya yang rumit dan melalui banyak tahapan menjadikan benda ini sebagai karya eksklusif yang memiliki unsur estetika yang tinggi. 

Meski kehadirannya masih eksis hingga kini, namun perlu untuk menjaga jenis karya tradisional ini supaya keberadaannya tidak terancam punah oleh zaman. Dengan menggunakannya, sama saja Anda turut serta dalam melestarikan kerajinan tembikar.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page