Memahami Teori Belajar Kognitif dan Contohnya

Apakah Anda mempercayai bahwa pengetahuan harus melibatkan pengalaman agar proses belajarnya lebih mudah dipahami? Proses belajar dengan menyeimbangi pengetahuan dan pengalamannya ini diterapkan dalam teori belajar kognitif. Teori belajar ini cukup terkenal, terutama di kalangan civitas akademika.

Melalui teori ini, para pembimbing seperti guru atau dosen mampu melihat perubahan yang terjadi pada mental dan kognitif individu. Lantas, apa sebenarnya teori kognitif dan bagaimana contohnya? Mari simak selengkapnya di sini!

Apa itu Teori Belajar Kognitif?

Teori belajar kognitif merupakan teori belajar yang menekankan aktivitas mental ketimbang perilaku agar individu tersebut mampu menilai dan mempertimbangkan suatu peristiwa, ini akan melibatkan pemikiran, pengalaman, dan indranya. 

Sehingga, individu tersebut bisa mendapatkan pengetahuan baru sebagai hasilnya. Proses pembelajaran kognitif ini berfokus pada stimulus dan respon. Proses mental ini melibatkan perhatian, pengamatan, persepsi, menafsirkan, pengorganisasian, memori, pengkategorian, dan membentuk generalisasi. 

Teori Belajar Kognitif Menurut Para Ahli 

Agar lebih memahami tentang konsep teori belajar ini, Anda sebaiknya mengetahui berbagai definisinya menurut para ahli berikut:

1. Jean Piaget

Jean Piaget
Jean Piaget | Sumber gambar: Biography.com

Piaget merupakan pakar psikologi pendidikan terkenal sekaligus tokoh terciptanya teori kognitif. Piaget berpendapat bahwa, teori belajar ini merupakan proses yang menekankan peran penting pada pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan. Pengalaman inilah yang membentuk pola-pola kognitif manusia.

Lebih lanjut, Piaget menjelaskan bahwa manusia mengalami empat tahap perkembangan kognitif. Meliputi tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun), pra-operasional (2-7 tahun), operasional konkrit (7-12 tahun) serta operasional formal (11-18 tahun). Berikut adalah contohnya:

a. Sensorimotor (usia 0-2 tahun)

Pada tahap ini, balita akan belajar melalui indera dan tindakan fisik. Balita mulai memahami konsep objek tetap, yaitu pemahaman bahwa benda-benda tetap ada meski tidak terlihat. Contohnya, seorang bayi mencoba mencari mainannya yang tersembunyi di balik selimut. 

Bayi tersebut memahami adanya mainan meski kehadirannya tidak terlihat. Kemudian, kembali menunjukkan reaksi ketika mainan tersebut terasa oleh inderanya.

b. Pra-operasional (2-7 tahun)

Tahap ini merupakan tahap perkembangan anak-anak. Anak-anak pada tahap ini cenderung egosentris, sehingga sulit melihat dunia dari sudut pandang orang lain. Selain itu, anak-anak juga mulai bisa mengenali ciri suatu objek. Misalnya dari warna, ukuran, atau bentuk benda tersebut.

Contohnya, seorang anak memiliki sepatu berwarna merah muda. Sepatu tersebut kemudian dijejerkan dengan sepatu teman-temannya dalam rak saat di sekolah. Meski begitu, anak tersebut akan dengan mudah menemukan sepatu miliknya berdasarkan warna, ukuran, dan gambar.

c. Operasional konkrit (7-12 tahun)

Pada tahap teori belajar kognitif ini anak-anak mulai mampu berpikir secara lebih konkret dan logis. Anak-anak dapat mempraktikkan aturan yang jelas dan logis serta memahami prinsip-prinsip matematika dasar. 

Contohnya ketika diajari peraturan tentang lampu lalu lintas. Anda dapat mengajari peraturan dengan menggunakan warna rambu. Merah berarti berhenti, kuning berarti hati-hati, dan hijau berarti boleh berjalan.

d. Operasional formal (11-18 tahun)

Ketika memasuki tahap ini, individu bukan lagi anak-anak. Mereka akan mulai memasuki tahap pemikiran abstrak dan logis. Selain itu, pada tahap ini individu dapat memecahkan masalah dengan menggunakan pemikiran deduktif dan konsep berpikir ‘kemungkinan’.

Contohnya, ketika sedang jatuh hati, individu tersebut bisa menilai apakah perlu melanjutkan perasaannya menjadi hubungan berkomitmen atau tidak. Ini akan berdasarkan pada kebutuhan dan keinginannya. 

2. David Ausubel

Ausubel merupakan pakar psikologi yang memiliki penghargaan Thorndike atas kontribusi psikologisnya terhadap dunia pendidikan. Teori belajar kognitif David Ausubel kurang lebih mendapat pengaruh dari Jean Piaget.

David Ausubel
David Ausubel | Sumber gambar: Mente Asombrosa

Ausubel berpendapat bahwa penalaran deduktif dapat digunakan untuk mencapai pemahaman konsep, ide, gagasan, maupun prinsip. Tak hanya itu, Ausubel juga membagi kegiatan pembelajaran menjadi dua jenis yakni pelajaran bermakna dan pelajaran menghafal. Berikut adalah contohnya:

a. Pelajaran Bermakna (Meaningful Learning)

Pembelajaran bermakna melibatkan proses belajar di mana informasi selalu dikaitkan dengan pemahaman yang sudah individu miliki saat belajar. Hal tersebut melibatkan pengalaman individu sebelumnya.

Contohnya, saat belajar soal matematika aljabar. Individu akan mengaitkan pelajaran tersebut dengan pelajaran penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian yang sudah mereka pelajari pada kelas sebelumnya. 

b. Pelajaran Menghafal (Rote Learning)

Saat pelajaran menghafal, individu mencoba untuk mengingat informasi dengan cara yang repetitif, sering kali tanpa benar-benar memahaminya. Individu akan mengulang-ulang informasi tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan yang lebih dalam atau pemahaman konsep.

Contohnya adalah saat individu diminta menghafal tabel periodik senyawa kimia. Individu mungkin bisa menghafal susunannya, namun seringkali tanpa memahami makna ataupun kegunaan dari senyawa-senyawa yang mereka hafalkan.

3. Lev Vygotsky

Lev Vygotsky
Lev Vygotsky| Sumber gambar: Rusia Beyond

Teori belajar kognitif dari Vygotsky menekankan hubungan sosial dan budaya tiap individu. Dalam teorinya, Vygotsky mengungkapkan bahwa perkembangan kognitif terjadi melalui interaksi sosial dan keterlibatan individu dalam berbagai aktivitas yang mendukung perkembangan tersebut.

Contohnya menggunakan sistem belajar kelompok berbasis proyek. Akhirnya, proyek ini akan mendorong terjalin interaksi sosial untuk berbagi pengetahuan.

Strategi Penerapan Teori Belajar Kognitif dan Contohnya

Dalam melakukan penerapan pembelajaran kognitif, perlu adanya strategi yang bisa diterapkan dalam lingkungan belajar maupun kehidupan sehari-hari. Nah, berikut ini adalah strategi penerapan teori belajar satu ini:

1. Menanyakan Pertanyaan 

Menanyakan pertanyaan dapat memicu jalannya diskusi. Ketika pengajar memberi pertanyaan, individu akan tergerak mencari jawaban, sehingga dapat menyelami maknanya lebih dalam. Individu juga terdorong untuk menganalisis suatu masalah dan mengevaluasi informasi yang ada, alih-alih hanya mengingatnya.

Mendorong individu untuk menganalisis masalah secara terus menerus juga akan membentuk kecerdasan dan pemikiran kritisnya. Contohnya adalah saat seorang guru membuat daftar pertanyaan untuk siswa kerjakan di selembar kertas.

2. Studi kasus

Metode studi kasus dapat mendorong kreativitas individu. Ini akan mendorong individu menggunakan pengetahuan yang sudah ada dan berpikir kreatif untuk mendapatkan solusi. Contohnya adalah membuat diskusi tentang topik tertentu dan menyuruh siswa menjelaskan pendapatnya kepada teman-temannya dalam kelas.

Melalui metode teori belajar kognitif ini, individu juga didorong untuk lebih aktif dalam memahami konsep yang mendalam dibandingkan pembelajaran pasif yang hanya mendengarkan. Selain itu, individu juga dapat belajar dari kesalahannya, sehingga dapat merubah jalan pikirnya menjadi lebih bijak.

3. Analogi

Berpikir secara analogis menjadi strategi dari teori kognitif. Melalui cara berpikir yang analogis, individu akan mencari persamaan antara dua situasi atau konsep yang berbeda. Serta akan mengaplikasikan pengetahuan yang sudah mereka miliki dalam situasi yang baru.

Contohnya ada dengan melakukan diskusi untuk melakukan perbandingan pada situasi dan kondisi tertentu. Di mana nantinya siswa bisa melakukan penarikan kesimpulan dari hasil perbandingan tersebut.

Baca Juga : Mengenal Inovasi Pendidikan: Pengertian, Tujuan, dan Sasarannya

Sudah Lebih Memahami tentang Teori Belajar Kognitif?

Mempelajari teori belajar kognitif akan memberikan Anda pandangan yang mendalam tentang bagaimana individu memproses, memahami, dan mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut menekankan peran aktif individu dalam pembelajaran hingga dalam bersosialisasi.

Memahami makna dan strategi dari teori ini, akan membuat Anda bisa merancang strategi pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Intinya, dalam menerapkan teori ini memperhatikan perbedaan tiap individu dan susunan materi akan menjadi kunci keberhasilan. Semoga bermanfaat!

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page