Sebagai wujud syukur atas kelahiran anak, Nabi Muhammad menganjurkan kepada seluruh umatnya untuk melaksanakan aqiqah. Bahkan, bagi beberapa ulama ada yang beranggapan bahwa amalan ini merupakan utang orang tua bagi anaknya. Meskipun memang tetap memungkinkan terdapat situasi Anda mengakikahi diri sendiri.
Namun, di balik banyaknya keutamaan dari ibadah ini, Islam tak membebankannya sebagai ibadah yang wajib Anda jalani. Adapun untuk hukum, waktu, dan tata caranya, Anda bisa pelajari lengkap dari artikel satu ini!
Daftar ISI
Apa itu Aqiqah?
Pada dasarnya, amalan ini merupakan wujud syukur umat muslim atas karunia mendapatkan seorang anak. Selain itu, amalan ini juga digambarkan sebagai pengorbanan dan amal perbuatan baik.
Beberapa tradisi Islam juga mengadakan sedikit syukuran atau hajat, sekalian memperkenalkan bayi, pemotongan rambut sebagai simbolik, serta membacaan wasilah dan shalawat. Hal tersebut sejalan dengan sebuah hadist yang berbunyi:
“Rasulullah bersabda, ‘Setiap anak yang lahir tergadaikan (terikat) dengan aqiqahnya. Sembelihkanlah (hewan aqiqah) untuknya pada hari ketujuh, beri nama kepadanya, dan cukurlah rambutnya.'” (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi).
Dari hadist tersebutlah amalan ini dibarengi dengan sebuah tasyakuran dengan pencukuran rambut dan pemberian nama. Terkadang dalam acara ini ditambahan juga tahnik (disuapi sedikit kunyahan kurma dari ulama setempat) dengan harapan akhlak baik bisa menurun ke anak.
Selain itu, jika diteliti lebih dalam, kurma memang memiliki banyak kandungan vitamin yang baik untuk pematangan organ anak. Walaupun untuk takarannya harus benar-benar sedikit dan lembut agar tidak melukai organ bayi yang belum begitu kuat. Dalam beberapa kepercayaan, tahnik juga membantu anak tidak pilih-pilih makanan.
Hukum Pelaksanaannya
Secara ilmu Islam, amalan ini bukanlah sebuah kewajiban, melainkan sebuah sunnah muakkad atau yang sangat diutamakan khususnya bagi muslim yang mampu. Secara bahasa, aqiqah sendiri berasal dari kata baku “Al-Qatu” dapat Anda artikan sebagai “pemotong”.
Berdasarkan hadis yang dibahas sebelumnya, dijelaskan bahwa posisi anak yang baru lahir masih tergadaikan. Sehingga perlu adanya prosesi penyembelihan kambing, pencukuran rambut, dan pemberian nama. Namun, ini kembali lagi pada kondisi orang tua. Jika memang tidak mampu, maka tidak masalah untuk tidak menjalankannya.
Waktu Pelaksanaan
Sebenarnya, waktu pelaksanaan ibadah ini cukup fleksibel, mengingat Anda bisa melakukannya pada 7 hari setelah anak lahir maupun kelipatannya. Sebelumnya juga telah disinggung dalil yang menyatakan hari ketujuh setelah kelahiran adalah waktu yang dianjurkan. Namun, dalam hadis lain Rasul menjelaskan dengan bunyi:
“Aqiqah disembelih pada hari ketujuh, hari keempat belas, dan hari kedua puluh satu.” (HR. Baihaqi).
Hadist ini juga telah dishahihkan oleh para ulama terdahulu, sehingga untuk aturan waktu penyembelihan adalah hari ketujuh maupun kelipatannya. Hal tersebut tentu akan memudahkan umat muslim. Karena jika mungkin sekarang belum mampu, Anda tinggal mencari hari pengganti setelah ada rezeki.
Anda hanya perlu menghitung kelipatan tujuh dari hari kelahiran anak. Misalnya, jika anak lahir di hari Kamis, maka Anda bisa melaksanakan ibadah ini di hari Kamis kemudian hari.
Tata Caranya Seperti Apa?
Dalam tata caranya ibadah ini, sebenarnya orang tua hanya perlu menyembelih dan mengolah kambing. Lalu, mereka dapat membagikannya kepada keluarga, kerabat atau tetangga, serta orang tidak mampu. Namun, dalam pelaksanaannya ada sejumlah tata cara yang harus Anda ikuti, seperti:
1. Pemilihan Hewan
Pemilihan hewan adalah poin paling penting untuk kekhitmatan acara. Tujuannya sudah pasti memberikan yang terbaik untuk acara tersebut. Kambing yang harus Anda pilih sudah pasti harus sehat dan tidak memiliki kecacatan fisik apapun. Biasanya, kambing umur 1 tahun akan menjadi rekomendasi terbaik.
Adapun untuk jumlah penyembelihan minimal 1 kambing untuk wanita dan 2 kambing untuk anak laki-laki. Aturan ini sejalan dengan salah satu dalil yang berbunyi:
“Rasulullah SAW memerintahkan kami agar mengaqiqahkan anak laki-laki dengan (menyembelih) dua ekor kambing dan mengaqiqahkan anak perempuan dengan (menyembelih) seekor kambing.” (HR. Ibnu Majah).
2. Penyembelihan Hewan Ternak
Seperti hadis sebelumnya, ada baiknya acara aqiqah Anda laksanakan pada hari ketujuh atau kelipatannya. Dalam penyembelihan juga harus Anda niatkan dengan ikhlas lillah hita’ala. Prosedur bisa Anda lakukan sendiri, namun harus sesuai tuntunan Islam.
Anda juga bisa mempercayakan penyembelihan pada pihak jagal yang menggunakan metode penyembelihan muslim. Karena dalam penyembelihan tak hanya harus membaca bismillah, namun juga ada peraturan tersendiri. Jadi, memilih jasa profesional akan menjadi solusi terbaik.
3. Pembagian Hasil Penyembelihan
Seperti yang dijelaskan, seluruh hewan ternak akan dibagi menjadi tiga bagian untuk keluarga, kerabat atau tetangga, serta untuk orang tidak mampu. Dalam pembagiannya para ulama memperbolehkan membaginya dalam keadaan mentah layaknya saat qurban, maupun sudah olahan.
Namun, umumnya karena berbarengan dengan acara tasyakuran, banyak orang yang memilih untuk mengolahnya untuk mempermudah penerima. Pengolahan ini malah lebih dianjurkan, karena sesuai dengan hadis yang berbunyi:
“Sunnahnya dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. Ia dimasak tanpa mematahkan tulangnya. Lalu dimakan (oleh keluarganya), dan disedekahkan pada hari ketujuh.” (HR al-Bayhaqi).
Dalam prosesi penyembelihan, walaupun Anda diwakilkan oleh orang lain tetap disarankan membaca doa berikut:
“Bismillah, Allahumma taqobbal min muhammadin, wa aali muhammadin, wa min ummati muhammadin.”
Artinya: “Dengan nama Allah, ya Allah terimalah (kurban) dari Muhammad dan keluarga Muhammad serta dari ummat Muhammad.” (HR. Muslim)
4. Mencukur Rambut dan Memberikan Nama
Dalam acara aqiqah, Anda juga bisa menambahkan prosesi cukur rambut dan pemberian nama. Beberapa pendapat ulama menyatakan bahwa mencukur rambut ini bisa sampai gundul tak tersisa. Namun, ada juga yang membolehkan memotong sebagian sebagai simbolis.
Pemberian nama juga menjadi tanggung jawab orang tua, tentunya pemberian nama harus menggunakan nama yang memiliki arti baik. Karena dalam Islam nama juga termasuk doa yang orang tua panjatkan untuk anaknya.
Dalam prosesi ini, biasanya beberapa tradisi menggelar acara tasyakuran, pembacaan shalawat dan tahlil, lalu membaca doa. Namun, untuk doa yang disarankan untuk dibaca salah satunya adalah sebagai berikut:
“U’iidzuka bi kalimaatillaahit tammaati min kulli syaithooni wa haammah. Wa ming kulli ‘ainin laammah.”
Artinya: “Saya perlindungkan engkau, wahai bayi, dengan kalimat Allah yang prima, dari tiap-tiap godaan syaitan, serta tiap-tiap pandangan yang penuh kebencian.”
Setelah itu, acara bisa Anda tutup dengan makan bersama sebagai wujud syukur atas rahmat dan rezeki yang telah Allah berikan.
Kenapa Harus Menjalankan Aqiqah?
Sebenarnya, tak hanya untuk melaksanakan sunnah yang Rasul SAW berikan, namun ada alasan lain kenapa Anda sebaiknya menjalan ibadah ini. Berikut beberapa alasannya:
- Bentuk ketaatan kepada perintah Allah: Amalan ini termasuk sangat dianjurkan dalam agama Islam dan melakukannya merupakan bentuk ketaatan dan penghormatan terhadap perintah Allah SWT.
- Menyambut kelahiran dengan syukur: Ibadah ini adalah cara untuk merayakan kelahiran seorang anak dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT.
- Mengenalkan anak pada lingkungan: Selain penyembelihan dan prosesi cukur rambut, ada pemberian nama. Sehingga amalan ini juga cara untuk mengenalkan anak pada lingkungan.
- Berbagi dengan sesama: Target khusus amalan ini adalah untuk mewujudkan syukur dan berbagai dengan sesama. Terutama sepertiga daging bisa Anda berikan kepada orang yang membutuhkan, sehingga bisa menjadi landasan sosial yang lebih baik.
- Pembersihan dan pengampunan: Amalan ini juga memiliki makna simbolis sebagai tanda pembersihan dan pengampunan. Utamanya, anak lahir masih dalam keadaan tergadai, sehingga harus Anda bebaskan dengan amalan tersebut.
Sudah Paham Mengenai Apa itu Aqiqah?
Dari penjelasan di atas, kini Anda tahu pengertian, hukum waktu, tata cara, beserta alasan kenapa Anda harus menjalankan amalan ini. Walaupun sunnah, tapi amalan ini sangat disarankan khususnya bagi umat muslim yang mampu.