Biografi Utsman bin Affan, Sahabat Nabi Pemilik 2 Cahaya

Siapa yang tak mengenal biografi Utsman bin Affan? Beliau merupakan pemimpin umat Islam setelah menggantikan Umar bin Khattab. Bahkan, Utsman bin Affan juga mendapatkan julukan sebagai Pemilik 2 Cahaya atau Zun Nurain.

Julukan tersebut karena Utsman menikahi 2 putri Nabi Muhammad yaitu Ummu Kultsum dan Ruqayyah. Berikut pembahasan secara lengkap tentang biografi Utsman bin Affan.

Biografi Utsman bin Affan Mengenai Kelahiran dan Nasabnya

Nama lengkapnya yaitu Utsman bin Affan bin Abi Al-Ash bin Umayyah bin Abdusy Syams bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudar bin Nizar bin Ma’addu bin Adnan. Beliau lahir di tahun ke-5 setelah tahun gajah atau pada 573 Masehi di Makkah.

Ibunya Utsman Bin Affan yaitu Arwa binti Kuraiz bin Rabi’ah bin Hubaib bin Abdusy Syams. Kemudian nama neneknya yaitu Ummu Hakim al-Baidha binti Abdul Muthalib, bibi Nabi Muhammad dari jalur bapak. 

Utsman merupakan satu di antara sepuluh dari sahabat Nabi yang dijamin masuk surga serta menjadi salah satu dari 6 anggota Syura maupun salah satu dari 4 orang yang menjadi kandidat Khalifah.

Kemudian Utsman Bin Affan terpilih sebagai Khalifah menggantikan Umar bin Khattab berdasarkan kesepakatan kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Utsman Bin Affan juga menjadi salah satu pemimpin yang memperoleh petunjuk di mana semua umat Islam wajib meneladani sifat dari beliau dan mengambil hikmah dari setiap kisahnya.

Biografi Utsman bin Affan saat Memeluk Islam

Biografi Utsman bin Affan berikutnya tentang bagaimana ciri fisik beliau dan ketika beliau masuk Islam. 

Utsman bin Affan merupakan seseorang yang rupawan, lembut, serta mempunyai jenggot lebat. Beliau juga berambut lebat, berperawakan sedang, mempunyai mulut dengan bentuk yang bagus, dan kulitnya berwarna sawo matang. 

Menurut sejarah, di wajah beliau ada bekas cakar. Utsman Bin Affan juga punya dahi lebar, begitu juga telapak tangannya. Beliau juga mempunyai akhlak yang sangat mulia, dermawan, serta pemalu. 

Sebagai salah satu bentuk menjinakkan hati karena hartanya yang sangat banyak, Khalifah Utsman selalu mengutamakan kepentingan agama di atas kepentingan pribadi, keluarga, serta kerabatnya. Beliau tidak ragu untuk mengeluarkan hartanya di jalan Allah Ta’ala.

Utsman bin Affan memeluk agama Islam berkat ajakan Abu Bakar. Bahkan beliau juga menjadi salah satu sahabat yang paling dekat dengan Nabi. Khalifah Utsman sangat kaya raya namun kehidupannya sederhana. 

Beliau juga pernah merasakan penderitaan karena tekanan oleh kaum Quraisy pada kaum muslimin yang ada di Makkah. Pada akhirnya, Utsman bin Affan memutuskan untuk ikut hijrah menuju Abenasia dengan istrinya. 

Salah satu ciri yang terkenal dari beliau selain kaya raya adalah sifatnya yang sangat pemalu. Bahkan dalam hadist dijelaskan bahwa Rasulullah bersabda yang artinya: 

Suatu ketika, Rasulullah pernah berbaring di rumahku dalam kondisi tersingkap dua paha atau dua betisnya. Lalu Abu Bakar meminta izin ingin menemui beliau, dan beliau pun mengizinkan masuk dengan masih dalam keadaannya. Kemudian Abu Bakar bercakap-cakap dengan Rasulullah.

Lalu Umar pun datang dan meminta masuk, Rasulullah mengizinkannya masuk sementara beliau tetap dalam keadaannya. Lalu mereka berbincang-bincang. Selanjutnya, Utsman Bin Affan datang dan meminta izin masuk untuk ikut menemani Rasulullah. Kemudian Nabi langsung duduk serta membenahi pakaiannya, lalu Utsman bin Affan dan ikut berbincang-bincang.

Saat Utsman bin Affan pulang, Aisyah bertanya “Abu Bakar masuk dan menemuimu, namun engkau tak bersiap serta tidak memedulikannya. Begitu juga ketika Umar masuk menemuimu, engkau juga tak bersikap menyambut serta tidak memerdulikannya. Kemudian saat Utsman bin Affan masuk, engkau segera duduk serta membenahi pakaianmu.” Rasulullah pun menjawab “Tidak, aku merasa malu pada seseorang yang malaikat pun malu padanya” (HR. Muslim, 6362).

Berdasarkan keterangan di atas sudah sangat jelas bahwa Utsman bin Affan merupakan sosok yang sangat pemalu. Karena sifat pemalunya tersebut, bahkan Nabi serta malaikat pun sangat menghormatinya.

Biografi Utsman bin Affan tentang Keistimewaannya

Berikut pembahasan biografi Utsman bin Affan tentang keistimewaan beliau:

1. Berita Gembira Bahwa Utsman bin Affan adalah Penduduk Surga

Dari Abu Musa al- Asy’ary, Rasulullah masuk ke kebun lalu memerintahkanku agar menjaga pintu dari kebun tersebut. Lalu datang laki-laki meminta izin masuk, kemudian Rasulullah bersabda: 

Izinkan ia masuk lalu beritakan padanya bahwa ia masuk surga“. 

Ternyata laki-laki yang dimaksud adalah Abu Bakar. 

Kemudian datang laki-laki yang lain dan meminta izin untuk masuk. Nabi bersabda: 

Izinkan ia masuk lalu beritakan padanya bahwa ia masuk surga“. 

Ternyata laki-laki itu adalah Umar bin Khattab.

Selanjutnya datang laki-laki meminta izin masuk. Nabi Muhammad terdiam sejenak, kemudian bersabda: 

Izinkan ia masuk lalu beritakan padanya bahwa ia masuk surga disertai cobaan yang akan menimpanya“. 

Ternyata lelaki tersebut yaitu Utsman bin Affan.

Hammar berkata, “Telah menceritakan pada kami ‘Ashim al-Ahwal dan Ali bin a;- Hakam, mereka mendengar Abu Utsman al- Hindy menceritakan dari Abu Musa seperti pada Hadits tersebut serta Ashim menambahkan Nabi Muhammad sedang duduk pada suatu tempat yang di sana ada air. Sambil menyingkapkan kedua betis atau lututnya, kemudian ketika Utsman bin Affan masuk, Nabi langsung menutupnya.”

2. Kabar Gembira bahwa Utsman bin Affan Mati Syahid

Biografi Utsman bin Affan selanjutnya mengenai kabar bahwa beliau akan mati syahid. Berdasarkan riwayat dari Qatadah, Anas bin Malik berkata:

Rasulullah memanjat Gunung Uhud bersama dengan Abu Bakar, Umar, serta Utsman lalu gunung tersebut bergetar. Nabi bersabda, tenanglah wahai Uhud! (aku perkirakan beliau mengentakkan kakinya). Tidak ada siapa-siapa di atasmu, melainkan seorang Nabi, Ash-Shiddiq serta dua orang syahid“.

Mengenai keistimewaan Khalifah Utsman bin Affan, dari Ibnu Umar: “Pada zaman Nabi kami tidak menyamakan Abu Bakar dengan sahabat lainnya kemudian Umar dan Utsman. Lalu, kamu tidak mengistimewakan antara sahabat yang satu dengan sahabat lainnya“.

Itu tadi kesaksian dari Ibnu Umar mengenai keistimewaan Utsman bin Affan serta terhadap Sang Khalifah. 

Diriwayatkan dari Utsman bin Mauhab, ia berkata: 

Ada seorang laki-laki datang ke Mesir untuk menunaikan haji. Lalu ia melihat suatu kaum yang sedang duduk, dan ia bertanya ‘Siapa mereka?’ Mereka pun mengatakan bahwa mereka adalah kaum Quraisy. Kemudian ia bertanya lagi ‘Siapa yang paling alim di antara mereka?’ lalu kaum itu menjawab ‘Ibnu Umar’

Selanjutnya, ia berkata padanya ‘Wahai Ibnu Umar, aku ingin bertanya sesuatu padamu maka tolong jawablah! Apakah kamu tahu Utsman lari meninggalkan pasukan pada saat perang Uhud?’ Ibnu Umar pun menjawab, ‘Benar. ‘Kemudian ia kembali bertanya ‘Apakah kamu tahu bahwa dia tak ikut perang Badar?. 

Ibnu Umar pun menjawab ‘Benar’. Lalu ia kembali bertanya ‘Apakah kamu tahu bahwa dia tak ikut Bai’at Ridhwan?’ Ibnu Umar lalu menjawab, ‘Benar’. Lelaki itu pun berkata ‘Allahu Akbar.’ 

Kemudian Ibnu Umar berkata ‘Kemarilah, aku akan menjelaskan kepadamu tentang masalah tersebut. Adapun tentang larinya Utsman dari perang Uhud karena ia mendapatkan ampunan Allah. Dia juga tak ikut perang Badar karena sibuk mengurus istri sekaligus putri Rasulullah yang sakit. 

Rasulullah pun bersabda pada Utsman ‘Sesungguhnya engkau memperoleh pahala seorang yang ikut dalam perang Badar dan engkau juga memperoleh bagian dari harta rampasannya’.

Adapun tentang ketidakhadiran Utsman bin Affan di Bai’at Ridhwan, kalau pun sekiranya terdapat orang yang lebih terhormat di Makkah selain Utsman bin Affan, tentu Rasulullah akan mengganti Khalifah Utsman dengan orang tersebut. 

Akan tetapi, Nabi tetap mengutus Utsman untuk datang ke Makkah lalu Bai’at Ridhwan pun terjadi pasca kepergian Utsman ke Makkah.

Rasulullah memberi isyarat dengan tangan kanannya lalu bersabda “Ini adalah tangan Utsman“. Lalu menepuknya dengan tangan beliau seraya bersabda, “Ini adalah Bai’at Utsman“. Ibnu Umar mengatakan pada laki-laki itu, “Bawalah berita ini dikarenakan engkau sudah tahu sekarang“.

3. Biografi Utsman bin Affan saat Diangkat Menjadi Khalifah

Beberapa hari sebelum wafatnya Umar bin Khattab yang menjadi khalifah kedua pasca Abu Bakar, beliau menunjuk 6 calon yang akan menggantikannya. Nama-nama tersebut diajukan ke majelis Syura. Adapun keenam calon tersebut yaitu:

  • Utsman bin Affan
  • Ali bin Abi Thalib
  • Thalhah bin Ubaidillah
  • Zubair bin Awwam
  • Sa’ad bin Abi Waqqash
  • Abdurrahman bin Auf
  • Abdullah bin Umar (anak Umar bin Khattab) 

Akan tetapi, Umar berisyarat terhadap anaknya bahwa ia hanya berhak untuk memilih dan tidak menjadi kandidat Khalifah. Umar juga tak ingin kepemimpinan khalifah ini dijadikan warisan lalu berlanjut secara turun-temurun. Kemudian Umar juga berpesan jika imam masjid agar diserahkan ke Suhaib al-Rumi.

Pada akhirnya, Utsman bin Affan terpilih sebagai Khalifah yang ketiga. Di saat Umar wafat, majelis Syura berkumpul di rumah al-Musawwir bin Mukhiram, kecuali Thalaha dan ini sesuai pesan dari Umar. 

Ternyata pada waktu itu terjadi perdebatan dan persaingan di antara mereka meskipun pada akhirnya mampu diredam Abdurrahman bin Auf.

Abdurrahman bin Auf lalu berkata “Siapakah di antara kalian yang mundur dari pencalonan sebagai Khalifah dan rela menyerahkan pada yang lebih utama dibandingkan kalian?” Di waktu itu tak ada satu pun yang menjawab. Lalu Abdurrahman bin Auf berkata “Aku sendiri yang melepaskan diri dari pencalonan kekhalifahan“. 

Para peserta rapat setuju dengan pernyataan Abdurrahman. Menurut penjelasan Ibnu Katsir, bahwa hasil dari pertemuan tersebut muncullah tiga kandidat. Ketiga orang tersebut menyerahkan hak pilihnya pada tiga orang yang lain.

Saat subuh, masyarakat banyak yang berkumpul di masjid. Mereka datang dari kelompok Muhajirin dan Anshar. Lalu Abdurrahman bin Auf memanggil kedua kandidat Khalifah yaitu Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Abdurrahman pun menyampaikan perkataan yang serupa seperti berikut:

Pertama, Abdurrahman memanggil Ali dan berkata padanya “Engkau harus bersumpah atas nama Allah. Berjanjilah pada-Nya bahwa engkau akan sungguh-sungguh bertindak berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi serta berdasarkan langkah yang sudah ditempuh kedua khalifah sebelumnya“. 

Kemudian Ali bin Abi Thalib menjawab “Saya harap bisa berlaku sesuai pengetahuan dan kekuatanku“.

Kedua, Abdurrahman bin Auf memanggil Utsman dan memberikan pertanyaan yang serupa seperti pada Ali. Kemudian Utsman bin Affan menjawab “Ya”. Kemudian Abdurrahman membaiat Utsman. Dengan begitu, Utsman bin Affan telah terpilih sebagai khalifah yang ketiga.

Utsman bin Affan terpilih sebagai Khalifah yang ketiga pada Dzulhijjah tahun 23 H. Kemudian beliau mulai menjalankan tugasnya sebagai Khalifah pada Muharram 24 H. 

Namun berdasarkan kesepakatan dari Dewan Syurah bahwa Utsman terpilih pada 3 Muharram 24 H serta dibaiat setelah selesai shalat dhuhur sekaligus Utsman menjadi imam shalat Ashar.

Ketika proses baiat telah selesai, Utsman bin Affan berpidato di depan umat Islam. Adapun isi pidatonya yaitu: 

Sesungguhnya engkau semuanya hidup di negeri yang fana serta berada dalam pemerintahan yang tak kekal. Oleh karena itu, segeralah untuk berbuat baik sekuat dan semampumu demi menyongsong batas kehidupanmu. Ketahuilah, sesungguhnya dunia ini hanya kesenangan dan tipu daya belaka.

Janganlah kalian terseret olehnya. Jangan terkena tipu daya sehingga kalian melalaikan Allah. Ambillah pelajaran dari berbagai peristiwa di masa lalu, lalu bersungguh-sungguhlah dan janganlah kalian lalai. Sesungguhnya Allah tidak akan pernah lengah pada kalian.

Apakah ada orang yang tinggal serta menikmati kehidupan di dunia ini? Jauhkanlah diri kalian dari dunia ini, sebagaimana yang diperintahkan-Nya. Raihlah kebahagiaan di akhirat.” 

Setelah itu, Utsman bin Affan mengutip surat al-Kahfi, ayat 45 yang mengibaratkan kehidupan di dunia ini layaknya air hujan turun dari langit. Melalui air tersebut, muncullah tumbuh-tumbuhan. Lalu tumbuhan mengering tertiup angin. 

Pidato yang dilakukan Utsman bin Affan tidak seperti pidato dari kedua Khalifah sebelumnya. Di sini Utsman tidak menunjukkan visi politiknya secara jelas saat ini menjalankan pemerintahannya. Pidato tersebut lebih kepada nasihat orang tua pada anaknya.

Biografi Utsman bin Affan tentang Masa Kejayaannya

Pembahasan biografi Utsman bin Affan selanjutnya seputar bagaimana masa keemasan beliau selama menjabat sebagai Khalifah.

1. Pelebaran Masjid Nabawi

Di masa Nabi Muhammad, bentuk Masjid Nabawi sangat sederhana. Alas bawahnya merupakan batu bata dan atapnya menggunakan pelepah kurma. Lalu tiangnya pun merupakan batok kayu pohon kurma. Di masa pemerintahan Abu Bakar, beliau tidak menambahkan apa pun pada Masjid Nabawi.

Lalu di masa Umar, Masjid Nabawi dipagar dan dilakukan renovasi ulang. Akan tetapi, untuk corak bangunannya masih sama seperti sebelumnya. 

Di saat Utsman bin Affan menjadi Khalifah, beliau memperluas serta membangun masjid beserta model yang baru. Tembok Masjid Nabawi dibangun menggunakan batu berukir serta perak, begitu juga dengan tiangnya. Lalu di bagian atapnya menggunakan kayu jati. 

Untuk pintunya masih sama seperti di masa pemerintahan Umar. Tidak terdapat penambahan yaitu masih tetap enam pintu.

2. Perluasan Wilayah

Pasca wafatnya Umar bin Khattab, banyak daerah yang membelot dan tidak mau lagi mengikuti pemerintah Islam. Pembelokan tersebut disebabkan oleh para pendukung pemerintah yang lama (sebelum wilayah tersebut menjadi kekuasaan Islam) mulai berkeinginan untuk mengembalikan kekuasaannya. 

Kaisar Yazdegerd berusaha untuk menghasut masyarakat Persia untuk memberontak dan melawan penguasa Islam. Namun pemerintahan Islam berhasil mengatasi gerakan tersebut sekaligus melanjutkan perluasan ke negeri-negeri Persia yang lainnya. 

Beberapa kota besar seperti Kabul, Hisrof, Balkh, Gasna, serta Turkistan pun menjadi wilayah kekuasaan Islam.

Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, banyak negeri yang menjadi kekuasaan Islam. Beberapa negeri tersebut yaitu Tripoli Barat, Barqoh, serta sebagian daerah Selatan negeri Nubah, Armenia. 

Bahkan tentara Islam sudah melampaui Sungai Jihun atau Amu Darya, Hara, negeri Balkh atau Baktria, Gzaznah di Turkistan, serta Hara. Jadi selama 6 tahun masa kepemimpinan Utsman terkenal akan perluasan wilayah Islam yang dilakukan.

Bahkan perkembangan Islam pun sudah sampai ke seluruh daerah Persia, Azerbaijan, Tebristan, serta Armenia. Kemudian lanjut ke Asia kecil serta negeri Cyprus, dan beberapa wilayah lainnya seperti Transoxania, dan Rhodes. 

Atas perlindungan yang diberikan pasukan Islam, masyarakat yang ada di Cyprus dan Asia kecil bersedia untuk menyerahkan upeti seperti yang mereka lakukan pada pemerintahan sebelumnya yaitu di masa kekaisaran Romawi.

3. Pembangunan Angkatan Laut

Pembangunan Angkatan Laut dimulai karena Utsman bin Affan memiliki rencana untuk mengirimkan pasukan menuju daerah Afrika, Cyprus, Mesir, serta Konstantinopel Cyprus. Agar bisa sampai ke wilayah tersebut, maka harus melalui jalur laut.

Maka dari itu, melalui usulan Gubernur daerah, Utsman bin Affan pun setuju untuk membentuk armada yang dilengkapi personil serta sarana yang memadai. Di masa itu, Gubernur Syiria yaitu Mu’awiyah harus berhadapan dengan serangan dari angkatan laut Romawi yang menyerang provinsinya.

Maka dari itu, Mu’awiyah mengajukan permohonan pada Utsman bin Affan agar membangun angkatan laut. Permintaannya pun langsung dikabulkan oleh Khalifah Utsman dan sejak itulah Mu’awiyah menyerbu Romawi dan berhasil. 

Terkait pembangunan armada tersebut, Mu’awiyah tidak memerlukan tenaga asing. Banyak bangsa Kopti serta para penduduk yang ada di Pantai Levant beramai-ramai menawarkan dirinya untuk membantu serta memperkuat armada tersebut. Inilah yang menjadi pembangunan armada pertama yang tercatat di sejarah dunia Islam.

Biografi Utsman bin Affan, Berakhirnya Masa Kekhalifahannya

Kufah menjadi sumber pemberontakan utama pada masa kepemimpinan Utsman bin Affan. Banyak penduduk mengeluh kepada para pejabat serta petinggi yang ada di kota tersebut. Mereka pun marah pada Sa’ad bin Abi Waqqas lalu mereka juga menuduh Walid bin Uqbah minum khamar.

Selanjutnya, Utsman bin Affan mengangkat Sa’id bin ‘Ash sebagai Amir di Kufah. Saat ia sampai di Kufah, Sa’id berkata pada para penduduk di dalam khutbahnya bahwa dia tidak ingin memegang kepemimpinan itu. Hal tersebut menjadi tanda bencana sudah menunjukkan sosoknya.

Begitu juga khutbah Utsman bin Affan di Madinah yang memberitahukan kondisi di Kufah. Beliau juga mengingatkan umat Islam akan timbulnya bencana dan menyarankan untuk memindahkan harta rampasan perang mereka ke tempat mana saja mereka tinggal di wilayah Arab. Tentu saja para penduduk Madinah menyambut dengan baik tawaran tersebut.

Akan tetapi, ada beberapa tokoh yang memanfaatkan momen tersebut untuk mulai membangkitkan kebencian dari orang-orang di kota tersebut. Misalnya yang dilakukan seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba’. Dia mengunjungi sejumlah kota serta berusaha membangkitkan kemarahan masyarakat kepada Utsman bin Affan.

Orang awam di Basrah terpengaruh olehnya. Namun ketika Abdullah bin Amir mengetahuinya, ia segera mengeluarkan Abdullah bin Saba’ dari kota tersebut. Namun tidak berhenti sampai di situ, Abdullah terus melanjutkan misinya dan pergi ke Kufah untuk rencana yang sama.

Di Kufah pun, Abdullah bin Saba’ diusir dan ia melanjutkan ke Syam. Akan tetapi, Mu’awiyah mengetahuinya dan langsung mengusirnya juga. Selain itu, kota-kota lainnya juga menyatakan tidak senang terhadap kebijakan yang diberlakukan Utsman sehingga kota-kota tersebut mulai mengikuti jejak Kufah.

Di bulan Rajab 35 H, para delegasi besar dari orang-orang Arab yang ada di Mesir mulai datang ke Madinah. Mereka pun juga menyurati para pengikutnya supaya datang ke kota tersebut dan mulai mengepung rumah Utsman bin Affan setelah sebelumnya berpura-pura akan pulang ke rumah masing-masing. 

Tidak sampai di situ, para pemberontak tersebut menyerukan bahwa siapa pun yang angkat tangan maka dia aman dan di sini para penduduk tidak ada yang berani keluar rumah.

Namun banyak sahabat yang memberikan perlawanan untuk melindungi Utsman bin Affan, seperti:

  • Hasan bin Ali
  • Marwan bin Hakam
  • Abdullah bin Zubair
  • Muhammad bin Thalhah
  • dan beberapa sahabat lainnya.

Akan tetapi, Utsman bin Affan sendiri mengatakan dengan sebelumnya didahului kalimat Allah “darah kalian halal dikarenakan menolongku”. Meskipun demikian, para pejuang tersebut tetap membela Utsman dan tak sedikit pun gentar.

Pada akhirnya beberapa sahabat yang membela Utsman terluka dan bahkan ada yang meninggal dunia. Setelah para pembela Utsman keluar rumah, beliau yang saat itu juga sedang berpuasa akhirnya membuka mushaf dan membaca Al-Qur’an. Namun tiba-tiba ada seseorang yang berhasil masuk dan dia berkata “antara aku dan engkau, terhalang oleh Al-Qur án” dan dia pergi begitu saja.

Namun tidak lama muncul laki-laki dan dijuluki al-Mautul Aswad atau Kematian Hitam. Dia berasal dari Bani Sadus dan berhasil masuk rumah Utsman lalu mencekik leher Khalifah serta membunuhnya dengan pedang. Pada akhirnya Sang Khalifah wafat dengan darah yang mengalir tepat pada surat Al-Baqarah ayat 137.

Sudah Paham dengan Biografi Utsman bin Affan?

Itulah pembahasan tentang biografi Utsman bin Affan. Beliau merupakan Khalifah ketiga sekaligus salah satu sahabat yang dijamin masuk surga. Beliau juga dijuluki Zun Nurain atau Pemilik 2 Cahaya karena menikahi putri Baginda Nabi secara berurutan pasca yang satunya wafat.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page