Tahukah kamu jenis cacing yang dapat menyebabkan penyakit pada organ hati dan pencernaan? Cacing hati atau Fasciola Hepatica merupakan penyebab utama penyakit fasciolosis tersebut. Kamu bisa mempelajari daur hidup Fasciola Hepatica, agar tahu bagaimana perkembangbiakannya dan cara penularannya.
Sebagian besar manusia di seluruh dunia terinfeksi oleh cacing hati, karena gaya hidupnya yang kurang bersih. Penularan penyakit fasciolosis umumnya terjadi melalui makanan atau tumbuhan parasit. Ingin tahu lebih dalam seputar cacing hati? Baca terus ulasan di bawah ini!
Daftar ISI
Definisi dan Klasifikasi Fasciola Hepatica
Fasciola Hepatica atau cacing hati merupakan jenis parasit yang menginfeksi organ hati kelompok mamalia dan manusia. Fasciola Hepatica termasuk cacing yang berbentuk daun dengan ukuran panjang cacing dewasa mencapai 30 milimeter dan lebarnya sekitar 13 milimeter. Cacing hati dapat diklasifikasikan seperti berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Ordo : Echinostomida
Famili : Fasciolidae
Genus : Fasciola
Species : Fasciola Hepatica
Morfologi Fasciola Hepatica
Sebelum membahas seputar daur hidup Fasciola Hepatica, kamu perlu mengetahui bagaimana morfologi dari cacing hati. Singkatnya, morfologi Fasciola Hepatica terdiri atas morfologi internal maupun eksternal. Berikut ini penjelasan selengkapnya:
1. Morfologi Eksternal
Cacing pita mempunyai bentuk tubuh yang menyerupai daun, ramping, pipih dorsoventral, memanjang, dan lonjong. Panjang tubuhnya sekitar 25 sampai 30 mm sedangkan lebarnya sekitar 4 sampai 12 mm. Struktur tubuh cacing hati meruncing ke depan dan belakang. Sementara bagian seperti anterior tubuh adalah bagian terlebar.
Ujung anterior tubuh memanjang dan berbentuk kerucut yang menonjol atau disebut lobus kepala. Bagian puncak anterior terdapat lubang segitiga dan mulut yang dikelilingi penghisap anterior. Selain itu, ada bagian penghisap ventral atau posterior lobus kepala.
Bagian lubang kelamin dengan penis yang menonjol terletak di antara penghisap anterior dan posterior. Pada ujung paling belakang tubuh, terdapat bukaan ekskretoris atau bukaan tunggal. Ada pula bagian spinula atau papila. Bagian ini adalah perpanjangan dari kutikula yang menonjol dan mengelilingi permukaan tubuh.
2. Morfologi Internal
Tidak hanya bagian eksternal, dinding tubuh Fasciola Hepatica ternyata cukup unik dan mempunyai beberapa lapisan. Lapisan pertama adalah lapisan luar kulit yaitu epidermis atau kutikula. Kemudian, terdapat membran bawah tanah dan serat otot yang melingkar, memanjang, dan miring diagonal.
Lapisan dinding tubuh Fasciola Hepatica lainnya, yaitu terdapat sel kelenjar uniseluler yang mengandung protoplasma. Ada pula ruang antar organ padat dan sel parenkim. Di dalam parenkim terdapat lembah ektodermal yang terhubung ke kutikula.
Habitat Fasciola Hepatica
Daur hidup Fasciola Hepatica terbilang cukup kompleks, karena melibatkan beberapa jenis inang dan habitat yang berbeda. Cacing hati sebagai parasit dewasa biasanya berada di saluran empedu hati inangnya. Inang definitif cacing hati berasal dari kelompok mamalia seperti domba, sapi, dan bahkan manusia.
Selain di tubuh inang, habitat Fasciola Hepatica juga berada di sejumlah lingkungan lembab. Lingkungan tersebut, antara lain lahan basah, rawa-rawa, dan genangan air. Ada pula cacing hati yang tersebar di daerah beriklim sedang.
Daur Hidup Fasciola Hepatica
Pada dasarnya, Fasciola Hepatica mengalami perkembangbiakan tidak langsung dan melibatkan empat varietas tahapan larva berenang bebas dan parasit. Susunan proses siklus hidup cacing ini bermula dari telur, larva, serkaria, metaserkaria, hingga cacing dewasa. Berikut ini penjelasan lebih detail mengenai siklus hidup cacing hati:
1. Fase Telur
Proses perkembangbiakan cacing hati bersifat hermafrodit, yaitu dapat melakukan proses pembuahan dengan sendirinya, karena terdapat dua alat kelamin. Pada fase telur, cacing hati dapat menghasilkan telur dengan jumlah mencapai 100.000 butir telur. Cacing hati bertelur di dalam organ hati dan empedu pada inangnya.
Telur tersebut kemudian akan beralih ke bagian usus besar dan anus, sehingga bercampur dengan kotoran hewan, terutama sapi. Telur yang telah keluar dari pencernaan inangnya kemudian akan menetas dan berkembang menjadi larva. Jangka waktu mulai dari infeksi sampai telur menetas biasanya sekitar 8 sampai 12 minggu.
2. Fase Larva atau Mirasidium
Larva yang memiliki rambut getar (Cilia) di seluruh permukaan tubuh dinamakan mirasidium. Mirasidium yang sudah menetas dari kotoran inang, akan terbawa oleh hujan melalui proses siklus air ke aliran air. Mirasidium juga akan mencari inang baru sebagai sasaran.
Hewan inang biasanya berasal dari kelompok moluska, seperti siput air tawar. Jenis siput ini mempunyai cangkang seperti Lymnaea spp. Apabila sudah berada di tubuh siput, mirasidium akan berubah menjadi sporosis. Sporosis melakukan paedogenesis dan berubah menjadi redia.
Selanjutnya, redia kembali mengalami paedogenesis dan berubah menjadi serkaria. Fase larva atau mirasidium membutuhkan waktu sekitar 10 sampai 12 hari. Apabila larva berada di inang alternatif Lymnaea spp, maka larva ini tidak bersifat parasit. Larva hanya sekadar menumpang tempat untuk melanjutkan fase berikutnya.
3. Fase Serkaria
Fase selanjutnya dalam daur hidup Fasciola Hepatica adalah fase serkaria. Pada fase serkaria, cacing hati sudah mempunyai sistem gerak berupa ekor yang menyerupai berudu katak. Sistem gerak ini berfungsi untuk membantu pergerakan untuk berpindah tempat.
Serkaria akan keluar dari tubuh siput inangnya untuk berpindah. Serkaria menggunakan ekornya untuk bergerak menuju rumput dan mencari tumbuhan di lingkungan yang lembab. Lingkungan inilah yang menjadi tempat tinggal yang baru. Pada fase ini, serkaria ini membutuhkan waktu sekitar 5 sampai 7 minggu di tempat lembab.
4. Fase Metaserkaria
Setelah melewati fase serkaria, siklus selanjutnya adalah fase metaserkaria. Metaserkaria adalah hasil perubahan dari serkaria, setelah mendapatkan inang baru berupa tumbuhan. Bentuk dari metaserkaria merupakan bentuk infeksi sejati cacing hati.
Metaserkaria akan membungkus diri dan berubah menjadi kista, apabila berhasil melekat di inang. Kista ini dapat bertahan lama pada lingkungan rerumputan, tanaman padi, dan tumbuhan air.
Bagian luar kista akan diselubungi oleh membran dengan tekstur yang sangat kuat. Fase kista juga disebut sebagai fase dorman pada daur hidup Fasciola Hepatica.
Infeksi pada penyakit fascioliasis dapat terjadi, apabila tumbuhan inang dikonsumsi tanpa diolah atau dibersihkan terlebih dahulu.
5. Fase Dewasa
Fase dewasa pada cacing hati terjadi ketika metaserkaria mulai memasuki sistem pencernaan setelah mengkonsumsi tumbuhan yang mengandung kista. Metaserkaria akan keluar dari kista dan berubah bentuk menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa bisa merusak dinding usus halus dan mengarah ke rongga perut.
Selanjutnya, cacing hati dewasa akan menyerang organ hati sebagai tempat tinggal barunya. Cacing hati dewasa umumnya mempunyai ukuran yang cukup besar, sekitar 2,5 – 3 cm dengan lebar 1 – 1,5 cm.
Cacing yang sudah dewasa juga mempunyai organ mulut yang berperan sebagai alat penghisap nutrisi di hati inangnya. Nutrisi inilah yang menjadi sumber makanan, agar dapat bertahan hidup di tubuh inang.
Sudah Memahami Daur Hidup Fasciola Hepatica?
Fasciola hepatica mempunyai inang tersendiri di setiap fase perkembangannya. Tumbuhan inang cacing hati bisa menjadi sumber dari infeksi penyakit fascioliasis. Jadi, kamu perlu menjaga kebersihan gaya hidup, terutama makanan, agar tidak terinfeksi cacing hati.