Elastisitas Harga: Jenis, Fungsi, Cara Hitung, Faktor & Contoh

Menjalankan sebuah bisnis memang harus berhadapan dengan berbagai risiko dan peluang. Salah satunya adalah terkait elastisitas harga. Hal ini cukup penting untuk dipahami oleh pelaku bisnis maupun masyarakat secara umum.

Sebab, hal ini dapat terjadi pada berbagai bidang bisnis. Dimana setiap anggota masyarakat dapat mengalaminya dalam proses kehidupan perekonomian sehari-hari. Artikel ini akan mengulasnya dengan lengkap!

Pengertian

Elastisitas harga adalah teori atau istilah yang berkaitan dengan dinamisnya harga produk-produk sehari-hari pada level ekonomi mikro. Istilah ini seperti namanya, yaitu elastisitas berarti bahwa tidak kaku dan dapat berubah sewaktu-waktu.

Dengan demikian, elastisitas ini berkaitan dengan sensitivitas, baik dari pihak penjual maupun pembeli produk. Sebab, sedikit saja perubahan harga dapat memberi dampak signifikan pada pribadi tersebut maupun roda perekonomian pada umumnya.

Beberapa hal dapat mempengaruhi hal ini. Sebagai contoh adalah faktor pengaruh luasnya pemasaran atau tempat pembelian barang tersebut. Dengan contoh produk adalah air mineral dan tempat pembelian adalah bioskop.

Sehingga, wajar bahwa penjual akan mematok harga yang lebih tinggi. Sebab, ada peraturan yang melarang membawa air mineral dari luar bioskop. Hal ini menyebabkan terbatasnya persaingan dan ketersediaan produk.

Ini lah yang dimaksud dengan elastisitas harga, yaitu bahwa harga sebuah produk dapat sangat dinamis.

Jenis-Jenis

Selanjutnya adalah beberapa jenis elastisitas terkait dengan harga dalam rantai perekonomian secara keseluruhan.

1. Elastisitas Penawaran

Jenis yang pertama adalah adanya elastisitas pada harga penawaran. Hal ini biasanya berkaitan langsung dengan ketersediaan produk dari hulu yang berpengaruh hingga hilir. Sebagai contoh adalah produk dedak sebagai pakan ayam.

Ketersediaan produk ini akan sangat melimpah pada saat masa panen padi. Sebab, dedak adalah limbah panen. Maka, pada masa tersebut, harga dedak cenderung elastis menurun.

2. Elastisitas Permintaan

Jenis berikutnya adalah elastisitas dalam hal permintaan. Artinya adalah bahwa konsumen cenderung enggan melakukan pembelian ketika harga elastis naik. Sebaiknya, pembelian terjadi ketika harga elastis turun.

Kembali pada contoh produk dedak tadi. Pada saat harga elastis naik, maka para peternak akan cenderung mencari bahan pakan pengganti. Dengan demikian, permintaan akan produk akan elastis menurun.

3. Elastisitas Silang Permintaan

Jenis elastisitas harga berikutnya adalah silang permintaan. Hal ini terjadi ketika konsumen memiliki beberapa pilihan produk, sehingga berada pada situasi dapat menyilangkan permintaan.

Sebagai contoh adalah dalam bidang transportasi, yaitu dalam situasi ketika harga bahan bakar melonjak. Beberapa orang mungkin akan beralih ke transportasi umum. Namun, tidak berarti benar-benar berhenti menggunakan kendaraan pribadi.

4. Elastisitas Pendapatan dari Permintaan

Jenis yang terakhir adalah ketika ada elastisitas pendapatan dari permintaan atau dari konsumen. Hal ini umumnya berkaitan dengan inflasi, perkembangan perekonomian masyarakat, dan meningkatnya pendapatan.

Maksudnya adalah bahwa barang-barang yang tadinya adalah tersier atau mewah, dapat mengalami elastisitas menjadi barang komoditas. Sebagai contoh adalah smartphone yang dahulu barang mewah dan sekarang adalah komoditas.

Faktor yang Mempengaruhi

Untuk semakin mudah memahami, berikut ini adalah beberapa faktor yang berpengaruh pada elastisitas harga:

1. Ketersediaan Barang Pengganti

Pertama adalah kemungkinan tersedianya produk pengganti. Semakin banyak tersedianya produk pengganti, maka harga produk utama akan elastis menurun. Sebab, permintaan konsumen yang menurun, karena adanya elastisitas permintaan.

Sebagai contoh adalah jaringan internet. Konsumen saat ini memiliki berbagai pilihan provider sebagai pengganti. Dengan demikian, adanya persaingan antar provider akan sangat berpengaruh pada perubahan harga.

2. Luasnya Pemasaran Barang

Faktor kedua adalah luas area pemasaran barang. Semakin luas area pemasaran, maka ketersediaan barang akan semakin tinggi dan tersebar. Dengan demikian, harga akan elastis turun.

Kembali pada contoh produk jaringan internet. Jenis produk ini belum tersedia pada beberapa lokasi. Dengan demikian, jaringan internet menjadi produk langka yang menyebabkan harganya elastis naik pada beberapa lokasi.

3. Pendapatan Masyarakat

Faktor berikutnya adalah pendapatan masyarakat yang adalah konsumen akhir. Semakin tinggi pendapatan konsumen pada suatu wilayah, maka harga-harga produk pada lokasi tersebut akan elastis naik.

Demikian sebaliknya, elastisitas harga cenderung turun pada lokasi-lokasi dimana mayoritas masyarakat memiliki pendapatan yang lebih rendah.

4. Kebutuhan Masyarakat

Faktor berikutnya adalah terkait kebutuhan masyarakat. Produk-produk tertentu yang adalah kebutuhan pokok akan selalu memiliki permintaan. Namun, produk selain kebutuhan pokok mungkin tidak terlalu tinggi jumlah peminatnya.

Pada kondisi lain, kebutuhan masyarakat juga dipengaruhi oleh lokasi dan budaya. Misalnya, pada daerah A masyarakat banyak mengkonsumsi nasi, sehingga elastisitas permintaan beras cenderung naik.

Sedangkan pada daerah B, masyarakat secara budaya lebih banyak mengkonsumsi produk lain. Misalnya ubi atau jagung. Dengan demikian, permintaan beras pada daerah tersebut cenderung elastis menurun.

5. Loyalitas Terhadap Merek

Faktor berikutnya yang juga berkaitan adalah loyalitas terhadap merek. Ini berkaitan erat dengan sifat-sifat personal dari pribadi konsumen dan kepuasan terhadap merek. 

Loyalitas dapat sangat berpengaruh pada sensitivitas konsumen terhadap elastisitas harga suatu produk. Harga suatu produk mengalami kenaikan. Seorang konsumen tetap bersedia membayarnya, walaupun produk pengganti tersedia.

6. Sifat Barang

Faktor berikutnya adalah sifat barang tersebut. Ada sifat barang yang menyebabkan konsumen tidak mempertimbangkan adanya elastisitas. Misalnya adalah barang yang memiliki sifat adiksi seperti rokok dan minuman beralkohol.

Pada jenis barang seperti ini, konsumen tetap akan membayarnya, meskipun harga produk elastis naik.

7. Kejenuhan Konsumen

Faktor terakhir adalah kemungkinan adanya kejenuhan dari konsumen. Akibatnya, permintaan akan suatu produk akan elastis menurun, sehingga harganya juga menurun.

Fungsi

Selanjutnya adalah beberapa fungsi atau manfaat dari adanya elastisitas pada harga produk yang beredar di pasaran:

1. Melakukan Evaluasi Harga

Pengumpulan dan pengukuran elastisitas berfungsi sebagai instrumen untuk melakukan evaluasi harga, yaitu bahwa mungkin harga produk sudah tidak sesuai dengan situasi dan kondisi di tengah masyarakat.

Sebagai contoh adalah harga smartphone yang relatif cenderung menurun. Hal ini disebabkan oleh banyaknya permintaan akan produk smartphone yang harganya terjangkau oleh masyarakat.

2. Mempertahankan Rantai Perekonomian

Fungsi kedua adalah untuk mempertahankan rantai perekonomian. Harga produk memang perlu elastis, bergantung pada situasi dan kondisi perekonomian masyarakat. 

Apabila evaluasi atas elastisitas harga tidak terjadi, hal ini dapat membahayakan rantai perekonomian dari hulu ke hilir. Sebab, akan ada pihak-pihak yang merugi secara materiil.

3. Mendorong Pemenuhan Kebutuhan yang Merata

Selanjutnya adalah bahwa adanya elastisitas dapat menjadi pertimbangan untuk meratakan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Sebagai contoh adalah adanya lokasi-lokasi yang memiliki elastisitas naik pada harga produk pokok.

Artinya, produk pokok pada daerah tersebut cenderung langka, padahal ada permintaan. Dengan demikian, teori ini akan mendorong agar terjadi pemerataan produk, sehingga harganya dapat elastis menurun dan lebih terjangkau.

Cara Hitung

Cara menghitung kondisi elastisitas harga juga tidak terlalu sulit. Para ekonom biasanya akan mengumpulkan data-data penting untuk masuk ke perhitungan. Data tersebut, antara lain perubahan kuantitas dan perubahan harga.

Dengan demikian, setidaknya ada 4 jenis data awal yang perlu menjadi perhatian. Pertama adalah kuantitas lama. Kedua adalah kuantitas terbaru. Ketiga adalah harga lama, sedang yang terakhir adalah harga terbaru.

Keempat data ini kemudian diperhitungkan untuk untuk memperoleh persentase perubahan kuantitas dan persentase perubahan harga. Kedua angka persentase tersebut kemudian masuk ke rumus utama, yaitu:

Persentase Perubahan Kuantitas/Persentase Perubahan Harga= Elastisitas Harga

Dengan demikian, hasil hitungan elastisitas adalah hasil bagi antara persentase perubahan kuantitas dan persentase perubahan harga. Penerapan rumus ini dapat sesuai untuk semua jenis produk.

Contoh Hitungan

Sebagai contoh, produk telur belakangan menjadi sorotan, karena harganya yang sangat dinamis. Harga lama telur per kilogram adalah Rp28.000,00. Sedangkan harga terbarunya adalah Rp31.000,00.

Dengan demikian, persentase perubahan harga adalah Rp28.000,00/Rp31.000,00 X 100% = 90,3%.

Kemudian,kuantitas lama yang tersedia misalnya adalah 10 kilogram. Jumlah ini tak berubah, walaupun harganya mengalami peningkatan. Maka, perhitungan elastisitas untuk harganya adalah sebagai berikut, 100% / 90,3% = 1,1.

Sudah Paham Perihal Elastisitas Harga?

Pemahaman tentang harga produk yang memiliki sifat elastis memang penting. Sebab, hal ini akan sangat membantu untuk memahami kondisi perekonomian masyarakat. Perubahan harga tak akan pernah lepas dari kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, kamu harus mampu menyikapinya dengan bijak.

Misalnya, dengan memiliki cadangan produk pengganti, tabungan dana darurat, hingga bersikap hemat. Demi mengoptimalkan penggunaan barang maupun produk secara efisien.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page