Apa Itu Hormon ADH? Pengertian, Fungsi, Gangguan, & Penanganannya

Hormon ADH atau antidiuretik bekerja untuk mengontrol jumlah air yang diserap kembali oleh ginjal. Hal tersebut terjadi ketika ginjal sedang menyaring limbah dari dalam darah. Hormon antidiuretik ini dihasilkan oleh area dasar otak yang disebut dengan hipotalamus. Mari pelajari lebih lanjut mengenai lewat artikel berikut!

Apa Itu Hormon ADH?

Hormon ADH biasanya digunakan untuk mendiagnosis dan menentukan penyebab kelebihan hormon antidiuretic. Namun, karena tes ini bukanlah tes umum, maka dokter akan mendiagnosis pasiennya berdasarkan gejala klinis. Selain itu, ada juga tambahan tes lainnya, seperti tes elektrolit, osmosis urin, dan tes osmolalitas darah.

Antidiuretic hormone ini diproduksi oleh hypothalamus dan disimpan dalam posterior pituitary lobe. Hormon in mengatur kadar air yang diserap oleh hati. Nah, tekanan dari osmosis pada high serum atau penurunan volume darah intravascular ini akan menstimulasi antidiuretic hormone. 

Jadi, semakin banyak antidiuretic yang diproduksi, maka akan semakin banyak air yang diserap ginjal. Dengan begitu, air pun akan lebih banyak diserap darah, sehingga akan mengentalkan urine. 

Namun, jika jumlah dari antidiuretic hormone ini menurun, maka tubuh akan melepaskan air. Tentu saja, hal tersebut menyebabkan konsentrasi darah dan urin menjadi encer. Otak pun akhirnya akan memberikan sinyal rasa haus, sehingga Anda akan cenderung lebih banyak minum air.

Produksi hormon antidiuretic seseorang tentunya tidaklah sama. Baik itu dalam jumlah yang cukup atau terlalu sedikit, hal ini akan disebabkan oleh banyak faktor.

Fungsi dari Hormon ADH

Fungsi dari antidiuretic hormone ini untuk mengendalikan banyak tidaknya urine. Hal tersebut akan meregulasi fungsi dari penyaringan ginjal dalam menyerap kembali air dan urin dalam tubuh. 

Dengan begitu, ketika kondisi lingkungan kering dan tubuh memerlukan air, maka urin pun akan menjadi lebih sedikit. Namun, ketika kondisi lingkungan lembab atau basah, maka jumlah urin pun akan lebih banyak. 

Jadi, ketika cairan dalam tubuh bersifat hipertonik, di mana kandungan zat terlalu besar dan kandungan air terlalu sedikit daripada yang ada di dalam sel. Maka, antidiuretic hormone akan meningkatkan kandungan air dalam tubuh. Caranya dengan menyerap kembali air dari urin, serta mengurangi jumlah produksi urin.

Namun, jika Anda kekurangan antidiuretic hormones ini, maka akan menyebabkan ketidakmampuan ginjal dalam menjaga air yang tersaring untuk tidak keluar. Akibatnya, Anda pun akan terjangkit penyakit diabetes insipidus. Hal tersebut ditandai dengan urin yang menjadi encer dan tidak berbau.

Gangguan Hormon ADH

Hormon antidiuretik digunakan untuk mendiagnosa dan menentukan penyebab dari kelebihan hormon antidiuretic itu sendiri. Nah, stres dan operasi ternyata juga bisa menstimulasi antidiuretic hormones. 

Jadi, semakin banyak antidiuretic yang diproduksi, maka akan semakin banyak air yang diserap oleh ginjal. Namun, jika jumlah dari antidiuretic ini menurun, maka tubuh akan melepaskan air, sehingga konsentrasi darah pun akan menurun dan urin akan mengencer.

Diabetes insipidus terjadi ketika tubuh tidak cukup menghasilkan antidiuretic hormones. Selain itu, penyakit ini juga bisa terjadi karena ginjal tidak bisa beradaptasi dengan iritasi yang disebabkan oleh antidiuretic hormones. 

Jadi, kurangnya kadar sekresi dari antidiuretic hormones ini disebabkan oleh tidak normalnya sistem saraf pusat. Selain itu, hal ini juga bisa disebabkan oleh tumor, trauma, encephalitis, hingga pengangkatan kelenjar pituitari. 

Pasien yang menderita diabetes insipidus akan melepaskan kadar air yang tinggi pada setiap kali buang air kecil. Hal inilah yang kemudian menyebabkan darah menjadi lebih kental dan pasien akan mudah merasa haus.

Penyakit ginjal ini bisa menyebabkan ginjal menjadi kurang sensitif terhadap stimulasi dari hormon ADH. Jadi, untuk membedakan neurogenic diabetes insipidus dan nephrogenic diabetes insipidus ini harus dilakukan tes stimulasi antidiuretic terlebih dahulu oleh dokter.

Pada tes ini, pasien nantinya tidak boleh minum air untuk beberapa waktu. Setelah itu, ukuran konsentrasi urinnya akan diukur sebelum dan sesudah penyuntikan vasopressin dilakukan.

Jika nantinya ditemukan neurogenic diabetes insipidus, maka osmolalitas urinnya pun akan meningkat. Namun, berbeda dengan kasus nephrogenic diabetes insipidus, di mana ukuran konsentrasi urinnya tidak akan meningkat meskipun Anda mengurangi kadar air dan menyuntikkan vasopressin.

Hasil diagnosis ini bisa meliputi tes serum antidiuretic. Pada kasus neurophatic diabetes insipidus, kadar antidiureticnya lebih rendah. Sementara pada nephrogenic diabetres insipidus, kadar antidiureticnya lebih tinggi.

Nah, tingginya kadar serum antidiuretic hormone ini sering dikaitkan dengan syndrome of inappropriate ADH atau yang sering disebut dengan SIADH. Ini terjadi karena sekresi antidiuretic yang berlebihan, sehingga air yang diserap ginjal pun terlalu banyak daripada kadar normalnya.

Akibatnya, darah pun akan menjadi encer dan urin akan mengental. Tidak hanya itu, konsentrasi ion penting yang ada dalam darah pun akan menurun. Tentu saja, hal ini akan mengakibatkan terjadinya kelainan serius pada jantung, saraf, dan metabolisme tubuh. 

Syndrome of Inappropriate ADH ini juga sering dikaitkan dengan penyakit paru-paru, tumor dalam otak atau terjadinya infeksi pada otak, hingga stres yang berlebihan. 

Sekresi antidiuretic pada tumor ternyata menjadi penyebab terjadinya SIADH.  Sebab, tumor bisa menyebabkan sindrom paru-paru, tumor kelenjar getah bening, epithelial, hingga masalah usus dan kemih. 

Penanganan Hormon ADH

Penanganan dari diabetes insipidus akan dilakukan berdasarkan penyebabnya. Jadi, pengobatan ini dilakukan untuk membantu mengurangi frekuensi kemih dan mengendalikan tanda maupun gejala yang muncul. Jadi, bagaimana cara menangani masalah ini? Berikut uraiannya:

1. Pengobatan Diabetes Insipidus Kranial

Diabetes insipidus kranial dikatakan ringan apabila penderitanya buang air kecil sebanyak 3 sampai 4 liter seharinya. Nah, Bagi Anda yang mengidap diabetes insipidus kranial ringan bisa mengurangi konsumsi air putih, setidaknya sebanyak 2,5 liter saja setiap harinya. 

Sementara untuk Anda yang mengidap diabetes insipidus kranial berat harus mengonsumsi obat yang fungsinya sama dengan hormon antidiuretic. Tujuan konsumsi obat ini adalah untuk mengontrol produksi urin, mencegah dehidrasi, hingga menjaga kadar cairan dalam tubuh.

2. Pengobatan Diabetes Insipidus Nefrogenik

Pengobatan pada penderita diabetes insipidus nefrogenik ini bertujuan untuk mengurangi produksi urine pada ginjal. Jadi, biasanya dokter akan menyarankan penderita yang mengidap diabetes nefrogenik untuk mengonsumsi makanan rendah garam dan air putih lebih banyak.

3. Pengobatan Diabetes Insipidus Dipsogenik

Memang, hingga saat ini masih belum ada penanganan spesifik untuk mengatasi masalah diabetes insipidus dipsogenik. Namun, dokter menyarankan untuk penderita masalah hormon ADH ini mengonsumsi permen. 

Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi air liur, sehingga keinginan untuk minum pun berkurang. Sementara untuk penderita yang sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil, maka bisa mengonsumsi obat desmopressin dalam dosis yang rendah.

Untuk kasus diabetes insipidus dipsogenik yang terjadi akibat masalah mental. Maka, dokter pun akan merujuk penderita tersebut ke ahli kesehatan jiwa. Tujuannya adalah agar masalah kesehatan mentalnya bisa ditangani terlebih dahulu.

4. Pengobatan Diabetes Insipidus Gestasional

Untuk penderita diabetes indipidus gestasional biasanya akan diresepkan obat desmopressin selama masa kehamilannya oleh dokter. Namun, setelah penderita melahirkan, dan kondisinya membaik, maka pengobatan pun bisa dihentikan.

5. Pengobatan Secara Umum

Perlu Anda ketahui, bahwa fluktuasi dari antidiuretic ini tidak bisa sepenuhnya Anda cegah. Namun, Anda tetap bisa menjaganya dengan mempertahankan pola makan yang sehat. Selain itu, jangan lupa juga untuk banyak minum air.

Jadi, mengobati masalah antidiuretic hormone ini merupakan hal yang mungkin dilakukan. Terlebih jika kadarnya terlalu rendah, maka Anda bisa mengatasinya dengan suplementasi antidiuretic hormones dalam bentuk sintetis. 

Nantinya, dokter akan menyarankan Anda untuk minum lebih banyak air. Selain itu, dokter juga akan menyarankan Anda untuk menjaga pola makan dan gaya hidup sehat.

Jika Anda saat ini sedang mengonsumsi obat yang bisa mempengaruhi antidiuretic hormone dalam tubuh. Maka, dokter pun mungkin akan menyarankan untuk mempertimbangkan pilihan alternatif lainnya. 

Sudah Mengetahui Apa itu Hormon ADH?

Segera lakukan pemeriksaan ke dokter apabila Anda lebih sering merasa haus dan buang air berlebihan. Sebab, hal ini bisa menjadi salah satu tanda Anda terjangkit penyakit diabetes insipidus. Dokter tentunya akan memeriksa kadar hormon ADH dalam tubuh untuk memastikan penyakit apa yang menjadi penyebabnya.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page