Setiap perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membayar utang, baik itu jangka pendek maupun panjang. Berkaitan dengan likuiditas, apa saja jenis dan bagaimana cara untuk mengukurnya? Cari tahu jawabannya di bawah ini!
Daftar ISI
Apa Itu Likuiditas?
Istilah ini memiliki peranan penting dalam menentukan kemampuan dan kinerja perusahaan dalam membayar kewajiban utang. Misalnya seperti utang jangka pendek, yakni utang usaha, dividen, pajak, dan lain sebagainya.
Meskipun seperti itu, namun likuiditas juga memiliki definisi lain, yakni sebagai kemampuan internal dari individu maupun perusahaan dalam melunasi utang. Pelunasan harus dilakukan dengan harta lancar.
Jika perusahaan tidak mampu dalam melunasi kemampuannya, maka akan berakibat pada kegiatan operasional. Di mana operasional perusahaan akan mengalami kerugian bahkan terhenti secara paksa.
Secara umum, setiap perusahaan pastinya memiliki status dengan level yang berbeda-beda. Terutama dengan penunjukkan angka-angka tertentu, misalnya seperti angka rasio kas, angka rasio cepat, angka rasio lancar, dan lain sebagainya.
Jika angkanya semakin tinggi, maka kinerja perusahaan termasuk baik. Sehingga kegiatan operasionalnya akan berjalan lancar. Melalui tingkatan yang tinggi tersebut, perusahaan dapat menarik perhatian investor. Mulai dari kreditur, pemasok, hingga lembaga keuangan.
Jenis-jenis Likuiditas dan Cara Mengukurnya
Adapun berbagai bentuk perhitungan dari istilah ini. Setiap jenisnya memiliki fungsi yang berbeda-beda. Nah, berikut ini penjelasan dengan macam-macamnya yang perlu diketahui:
1. Rasio Lancar
Rasio lancar atau sering disebut Current Ratio adalah rasio keuangan yang akan menggambarkan daya perusahaan dalam membayar jangka pendek. Pembayaran akan dilakukan menggunakan aset lancar milik perusahaan.
Maksud dari aset lancar adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan dan dapat dicairkan secara tunai dengan kurun waktu satu tahun. Melalui laporan keuangan perusahaan, bagian nilai aset harus bisa dilihat.
Selain itu, pada rasio lancar juga ada utang jangka pendek. Ini didefinisikan sebagai utang yang akan jatuh tempo kurang dari 1 tahun. Contoh dari rasio lancar, misalnya seperti biaya listrik, insentif, gaji karyawan, komisi, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, rasio lancar disebut sebagai rumus yang berisi tentang gambaran ketersediaan aset lancar. Nantinya, aset tersebut dapat digunakan untuk membayar semua kebutuhan jangka pendek perusahaan.
Cara mengukur rasio lancar juga cukup mudah, yakni dihitung dengan membandingkan total nilai aset lancar dan utang lancar yang harus dibayar oleh perusahaan.
Adapun angka rasio lancar yang baik untuk dimiliki, yakni mulai dari kisaran 1,5 hingga 3. Akan tetapi, angka ideal dalam rasio lancar itu tergantung industri dan aset lancarnya tersendiri.
Angka rasio lancar yang baik dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar semua utang. Jika memiliki aset lancar, maka kemungkinan terjadinya risiko keterlambatan membayar sangat kecil.
2. Rasio Cepat
Rasio cepat merupakan pengukuran rasio dengan skala yang lebih detail daripada rasio lancar. Hal tersebut terjadi karena fokusnya hanya pada aset yang memang mudah untuk diubah menjadi tunai. Oleh sebab itu, rasio cepat tidak menghitung persediaan sebagai aset.
Dengan demikian, rasio cepat akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar jangka pendek dengan aset yang paling likuid. Ada tiga bagian penting dari rasio cepat, yakni aset lancar, utang jangka pendek, dan persediaan.
Aset lancar berfokus pada aset kekayaan yang dimiliki perusahaan dan dapat ditukarkan menjadi uang dalam satu tahun. Laporan keuangan tahunan perusahaan harus mencatat nilai aset lancar dengan benar.
Sementara itu, utang jangka pendek adalah utang yang jatuh temponya sudah ditentukan. Biasanya utang jangka pendek ini memiliki jatuh tempo kurang dari 1 tahun.
Berbeda dari aset lancar dan utang jangka pendek, persediaan merupakan jumlah barang hasil produksi yang masih tersedia dan dapat dijual. Selain barang jadi, bahan baku juga termasuk persediaan. Oleh sebab itu, persediaan tidak akan masuk ke perhitungan likuiditas. Dengan demikian, perhitungan rasio cepat akan dikurangi.
Hampir sama dengan rasio lancar, angka terbaik untuk rasio cepat harus melebihi 1. Dengan demikian, perusahaan dapat memiliki tingkatan yang baik untuk membayar utang. Sehingga perusahaan mampu membayar utang jangka pendek dengan aset cepat yang dimilikinya.
3. Rasio Kas
Tidak jauh seperti kedua rasio sebelumnya, rasio kas adalah penggambaran rasio berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Akan tetapi, rasio ini lebih mengacu pada kas yang dimiliki oleh perusahaan.
Rasio kas memiliki rumus yang dihitung dengan cara membandingkan jumlah kas perusahaan dengan utang lancar.Â
Adapun penjelasan tentang rumus rasio kas adalah sebagai berikut:
- Kas perusahaan sebagai alat pembayaran yang telah disiapkan untuk membayar perusahaan.
- Aktiva setara kas menjadi aset yang harus bisa cair secara cepat. Contoh dari aktiva setara kas, misalnya seperti dana perusahaan yang tersimpan dalam rekening bank. Ini karena dana di dalam bank akan lebih cepat untuk dicairkan.
Berbeda dari dana yang tersimpan dalam bentuk deposito dan harus menunggu jatuh tempo untuk mengambilnya.
- Utang jangka pendek akan selalu ada setiap rasio likuid. Masa jatuh temponya pun sama, yakni kurang dari 1 tahun.
Jika rasio kas perusahaan memiliki nilai yang baik, maka nilai kasnya juga semakin tinggi. Dengan demikian, nilai likuid perusahaan termasuk berkualitas dan baik. Oleh sebab itu, kas perusahaan yang cukup dapat memenuhi kebutuhan jangka pendek.
Fungsi dari Likuiditas
Jika perusahaan memiliki nilai likuid yang bagus, maka dapat menarik investor. Oleh sebab itu, perusahaan harus menunjukkan finansial yang sehat dan positif. Nah, berikut ini beberapa manfaat likuid perusahaan:
- Sebagai antisipasi saat perusahaan membutuhkan dana secara mendadak.
- Alat pengukur ketersediaan kas, sehingga utang jangka pendek dapat terpenuhi dengan maksimal.
- Sebagai bahan untuk mempertimbangkan kelayakan suatu perusahaan dalam menerima dana dari para pemasok.
- Agar dapat menjalankan aktivitas bisnis sehari-hari lebih mudah.
- Khusus pihak perbankan, likuid berfungsi untuk memudahkan nasabah menarik dananya.
- Membantu manajemen perusahaan dalam pengawasan secara efisien terhadap modal dana perusahaan.
- Sebagai alat untuk membantu menganalisis keuangan. Sehingga perusahaan dapat mengetahui interpretasi posisi keuangannya dalam jangka pendek.
Contoh Likuiditas Perusahaan
Adapun beberapa contoh penerapan likuid dalam ruang lingkup perusahaan, antara lain sebagai berikut ini:
1. Uang Kas
Uang tunai yang berupa kas dijadikan sebagai aset yang paling likuid dan berada di posisi teratas. Ini karena uang kas memiliki keterkaitan dengan likuid. Bukan hanya itu saja, bahkan seluruh aset perusahaan juga perlu diubah menjadi uang tunai agar memudahkan pengambilannya.
2. Kas Terbatas
Menjadi setoran tunai, kas terbatas akan berupa sisihan yang disimpan oleh perusahaan dengan tujuan memenuhi kewajiban masa depan. Pada jumlah kas ini, sisihan harus bersifat signifikan. Meskipun begitu, setoran kas terbatas tidak dianggap likuid karena terbatas legal. Contohnya seperti kompensasi pinjaman.
3. Dokumen Berharga
Dokumen berharga yang dimaksud berupa surat-surat yang berkaitan dengan keuangan. Di mana dokumen tersebut dapat diperjualbelikan secara publik. Surat berharga akan memiliki volume perdagangan harian yang berharga.
Selain itu, pemerintah juga memiliki obligasi untuk menangkap volume perdagangan tinggi yang hampir likuid, misalnya seperti uang tunai. Akan tetapi, jika surat berharga memiliki nilai kecil, maka surat tersebut dianggap tidak memenuhi likuiditas.
4. Barang Inventaris
Barang inventaris dapat meliputi peralatan, kendaraan, real estate, dan piutang yang tidak termasuk likuid. Ini karena aset tersebut harus membutuhkan waktu lama untuk berubah menjadi uang tunai.
Baik itu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun lamanya. Jika ada tekanan keuangan yang terjadi, maka aset ini akan lebih sulit untuk berubah menjadi uang kas.
Sudah Paham Terkait Pengertian Likuiditas?
Setiap perusahaan harus memiliki likuiditas yang tinggi, sehingga kemampuan membayarnya pun semakin baik. Dengan demikian, utang jangka pendek tidak akan menjadi penghalang kesuksesan dalam berbisnis.