Sejarah Indonesia kaya akan warisan budaya yang bermacam-macam. Salah satu peninggalan bersejarah yang menarik dan menggugah rasa ingin tahu kita adalah Prasasti Tarumanegara.
Peninggalan ini ini merupakan bagian penting dalam perjalanan sejarah Nusantara, dan memegang peran kunci dalam memahami peradaban kuno yang berpusat di wilayah Jawa Barat. Sehingga, sangat bermanfaat bagi kamu yang sedang meneliti atau mempelajari sejarah Kerajaan Nusantara di masa lampau.
Oleh sebab itu, mari simak 7 prasasti-prasasti Tarumanegara dan informasi lengkapnya berikut ini untuk melengkapi hasil riset kamu yuk!
Daftar ISI
Apa Itu Prasasti?
Prasasti adalah inskripsi atau teks yang terukir atau tertulis pada permukaan batu, logam, tembok, kayu, atau media lainnya. Di masa lalu, prasasti berguna untuk mengabadikan informasi, catatan sejarah, hukum, atau pesan-pesan penting, sebelum penggunaan media tulis seperti kertas dan buku menjadi umum.
Prasasti-prasasti kuno telah menjadi sumber berharga dalam penelitian sejarah, arkeologi, dan antropologi. Tak terkecuali Prasasti Tarumanegara, yang menjadi peninggalan salah satu kerajaan tertua dalam sejarah Indonesia. Kerajaan ini berkembang di wilayah yang sekarang kita kenal sebagai Jawa Barat.
Prasasti-prasasti ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang sistem pemerintahan, agama, budaya, dan tata cara sosial yang ada pada masa lalu. Sehingga, prasasti-prasasti kuno dari Kerajaan Tarumanegara membantu kita untuk memahami sejarah peradaban Indonesia, khususnya di Jawa Barat.
7 Peninggalan Prasasti Tarumanegara serta Isi dan Letaknya
Kerajaan Tarumanegara merupakan bagian penting dari sejarah Indonesia kuno. Meskipun banyak detail sejarahnya masih belum terungkap sepenuhnya, tetapi penemuan prasasti-prasasti ini telah memberikan wawasan yang berharga tentang peradaban Tarumanegara. Adapun prasasti-prasasti tersebut adalah:
1. Prasasti Ciaruteun
Sesuai dengan namanya, Prasasti Tarumanegara yang satu ini pertama kali terletak di pinggir sungai Desa Ciaruteun, Cibungbulang, yang berada di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Prasasti ini menggunakan aksara Pallawa pertama dan tertulis dalam bahasa Sansekerta.
Dalam prasasti tersebut, terdapat jejak telapak kaki. Isinya mengandung ungkapan penghormatan kepada Raja Purnawarman, yang jejak kakinya sama dengan jejak kaki Dewa Wisnu, yang merupakan sosok penguasa dan pelindung bagi rakyatnya.
Sehingga, prasasti ini memiliki implikasi dalam ranah religius, yang menunjukkan hubungan Raja dengan aspek keagamaan. Selain itu, hal ini juga memiliki konotasi politik yang mengidentifikasi Raja sebagai perwujudan atau wakil dunia dari Dewa yang dipuja.
2. Prasasti Tugu
Sementara itu, Prasasti Tarumanegara ini berada di Kampung Baru Tumbuh, yang berada di Kelurahan Tugu, Koja, Jakarta Utara dan berasal dari abad ke-10 Masehi di masa pemerintahan Raja Purnawarman.
Prasasti Tugu menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isinya menjelaskan penggalian Sungai Candrabaga dan Sungai Gomati selama 12 kilometer pada tahun ke-22 masa pemerintahan Raja Purnawarman.
Tujuan dari penggalian sungai ini adalah untuk mengatasi banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Raja Purnawarman, serta mengatasi kekeringan saat musim kemarau.
Daripada prasasti-prasasti lainnya, Prasasti Tugu adalah prasasti terpanjang yang dikeluarkan oleh Raja Purnawarman. Dari segi bentuk, prasasti Tugu memiliki fitur unik, yaitu terdapat ukiran hiasan pada ujung tongkat, yang lengkap dengan semacam trisula.
Gambar tongkat ini terpahat dalam bentuk vertikal ke bawah dan berfungsi sebagai pembatas antara awal dan akhir kalimat-kalimat dalam prasasti tersebut.
3. Prasasti Pasir Awi
Peninggalan Prasasti Tarumanegara berikutnya berlokasi di bagian selatan lereng bukit Pasir Awi, yang berada di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis, Sukamakmur, Jonggol, Bogor, Jawa Barat, pada tahun 1864 silam.
Pada prasasti tersebut, terdapat ukiran berupa gambar telapak kaki yang mengarah ke utara dan timur, serta tulisan dalam aksara Pallawa. Dari posisi gambar kaki tersebut, prasasti ini menghadap ke wilayah pegunungan dan lembah yang sangat curam dan berbahaya.
Namun, sayangnya hingga saat ini, isi dari Prasasti Pasir Awi belum dapat terbaca, karena tertulis menggunakan huruf ikal.
4. Prasasti Muara Cianten
Selanjutnya, Prasasti Muara Cianten adalah salah satu peninggalan yang berada di tepi Sungai Cisadane, yang berada di dekat Muara Cianten, Kampung Pasir Muara, Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Prasasti Tarumanegara yang satu ini terbuat dari batu andesit. N.W. Hoepermans adalah orang yang pertama kali menemukannya pada tahun 1864. Bentuknya memiliki kesamaan dengan prasasti-prasasti lain, yaitu Pasir Awi dan Ciaruteun, yang menunjukkan gambar telapak kaki.
Namun, isi dari tulisan dalam prasasti Muara Cianten masih belum dapat didekripsi sepenuhnya oleh para ahli. Kondisi ini karena bentuk abjad yang muncul dalam batu prasasti berupa ikal atau abjad sangkha.
5. Prasasti Kebon Kopi
Nama Kebon Kopi dari Prasasti Tarumanegara yang satu ini memang berkaitan dengan tempat penemuannya. Tepatnya saat Belanda melakukan pembabatan hutan untuk pembukaan lahan perkebunan kopi. Lokasinya berada di Kampung Muara, Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Menurut catatan sejarahnya, prasasti ini ditemukan oleh Jonathan Rigg, seorang tuan tanah yang memiliki perkebunan kopi, pada tahun 1863. Ia melaporkan temuan dua prasasti, yaitu Prasasti Kebon Kopi I dan Prasasti Kebon Kopi II.
Prasasti Kebon Kopi I hingga saat ini tetap berada di lokasi awal penemuan dan tidak pernah dipindahkan. Prasasti ini juga sering kita kenal sebagai Prasasti Tapak Gajah, karena memiliki pahatan tapak kaki gajah pada permukaannya. Isi prasasti menceritakan tentang gajah tunggangan Raja Purnawarman.
Sementara itu, Prasasti Kebon Kopi II berada tidak jauh dari lokasi prasasti pertama. Namun, sayangnya, Prasasti Kebon Kopi II telah hilang, karena pencurian oleh oknum tak bertanggung jawab pada tahun 1940-an.
6. Prasasti Cidanghiang
Berikutnya, peninggalan Prasasti Tarumanegara ini berada di Kampung Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, Jawa Barat. Keberadannya sendiri dilaporkan oleh kepala Dinas Purbakala, Toebagoes Roesjan, pada tahun 1947.
Prasasti Cidanghiang ini juga kita kenal dengan nama Prasasti Munjul. Isi dari Prasasti Cidanghiang berisi pujian terhadap Purnawarman, diakui sebagai panutan bagi seluruh Raja, yang mencerminkan keberanian, keagungan, dan keperwiraan sejati dari semua Raja di dunia.
Bentuk aksara yang ada dalam Prasasti Cidanghiang sama dengan goresan yang terdapat dalam Prasasti Tugu dari era yang sama, di mana penyusunannya mengikuti bahasa Sanskerta.
7. Prasasti Jambu (Prasasti Pasir Koleangkak)
Terakhir, Prasasti Tarumanegara yang satu ini terletak di wilayah perkebunan jambu di Bukit Pasir Koleangkak, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tepatnya pada tahun 1854, pada masa penjajahan Belanda, di sebuah perkebunan karet yang disebut Karet Sadeng Djamboe.
Prasasti Jambu atau Pasir Koleangkak diperkirakan sudah ada pada abad ke-5 Masehi dan memiliki bentuk pahatan yang menyerupai segitiga dengan panjang sisi sekitar 2 hingga 3 meter. Prasasti ini memakai huruf Pallawa dan menggunakan bahasa Sanskerta.
Isi dari peninggalan sejarah ini memuji kehebatan Raja Purnawarman yang diabadikan dalam sejarah, karena berhasil membawa Kerajaan Tarumanegara mencapai puncak kejayaannya.
Sudah Tahu Apa Saja Prasasti Tarumanegara dan Isinya?
Dalam kesimpulannya, prasasti-prasasti Tarumanegara seperti Kebon Kopi, Tugu, Pasir Awi, hingga Cidanghiang merupakan peninggalan yang memberikan wawasan berharga. Kita bisa lebih mengetahui tentang peradaban kuno, sistem pemerintahan, keberagaman agama, hingga menjadi saksi bisu tentang keindahan seni dan budaya masa lalu.
Dengan menjaga, merawat, dan memahami peninggalan ini, kita dapat menghormati dan menghargai warisan nenek moyang, memberi kesempatan untuk terus belajar tentang masa lalu, serta menginspirasi generasi masa depan untuk menjaga dan menghormati sejarah bangsa Indonesia. Semoga bermanfaat!