Prasasti Telaga Batu: Isi, Fungsi, Pendiri dan Maknanya

Prasasti Telaga Batu merupakan artefak peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang berisi kutukan bagi orang-orang yang tidak patuh terhadap perintah raja. Tulisan yang terukir pada prasasti ini menceritakan secara jelas tentang golongan orang-orang yang akan menerima kutukan tersebut. Simak ulasan lengkapnya berikut ini!

Apa Itu Prasasti Telaga Batu?

Prasasti Telaga Batu adalah sebuah artefak peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya. Artefak ini ditemukan di Telaga Batu, Kelurahan 2 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Kota Palembang. 

Meskipun tanggal penemuan pastinya tidak tertulis secara jelas, namun para ahli memperkirakan bahwa prasasti ini berasal dari abad ke-7, yaitu pada periode yang sama dengan penemuan Prasasti Kedukan Bukit dan Talang Tuo. 

Isi dari Prasasti Telaga Batu mencakup kutukan bagi siapa saja yang melakukan tindakan kejahatan di wilayah Kedatuan Sriwijaya. Kutukan tersebut berlaku bagi siapa saja yang tidak mematuhi perintah raja. Termasuk para pejabat, pengrajin, tukang cuci, hingga tukang sapu kerajaan.

Artefak peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini terbuat dari material batu alam, yaitu batu andesit. Ukuran dari prasasti ini juga cukup besar, yaitu memiliki tinggi mencapai 118 cm dan lebar 148 cm. Ciri fisik yang menonjol dari artefak warisan Kerajaan Sriwijaya ini adalah bentuknya yang sangat unik. 

Prasasti yang satu ini memiliki bentuk batu lempeng yang hampir mirip dengan segi lima. Kemudian pada bagian atasnya terdapat tujuh kepala ular kobra yang datar dengan mahkota berbentuk permata bulat. 

Kepala-kepala kobra ini terhubung dengan permukaan yang datar di bagian belakangnya. Kemudian, di bagian leher kepala kobra tersebut terdapat kalung yang berfungsi sebagai hiasan. 

Di bagian bawah Prasasti Telaga Batu, terdapat cerat atau saluran seperti yang ada pada yoni. Yoni merupakan sebuah objek berbentuk persegi empat dengan lubang di bagian tengahnya. Objek yang satu ini juga memiliki satu sisi cerat yang berfungsi untuk untuk mengalirkan air. 

Saat ini, Prasasti Telaga Batu tersimpan di Museum Nasional Indonesia bersama dengan sejumlah artefak peninggalan Kerajaan Sriwijaya lainnya. 

Isi Prasasti Telaga Batu

Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu | Sumber: Bobbyrizaldi.com

Prasasti Telaga Batu menggunakan aksara Pallawa akhir dan bahasa Melayu Kuno sebagai bahasa utamanya. Meski begitu, pada awal penulisan prasasti ini terdapat beberapa kata yang tertulis dalam bahasa Sanskerta. 

Selain memiliki ukuran fisik yang sangat besar, tulisan yang terukir pada artefak peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini juga memiliki panjang yang cukup signifikan. Prasasti ini memiliki ukuran panjang yang terdiri dari 28 baris. 

Namun sayangnya, pada beberapa bagian tulisan prasasti tersebut telah mengalami kerusakan sehingga tidak bisa terbaca lagi. Tulisan pada prasasti tersebut berisikan peringatan atau ancaman kepada siapapun, baik pejabat pemerintah maupun warga biasa yang tidak mengikuti perintah dari sang Raja. 

Berikut ini adalah tulisan yang merupakan isi dari Prasasti Telaga Batu:

Om! sidham titam hamwan, wari awai kandra, kayet nipaihumpa, an amuha ulu lawan tandrum, luah makamatai tandrun, luah an hakairu, luah kayet nihumpa, unai umentem bhakti ni ulun haraki, unai tunai kamu wanak mamu rajaputra, prostara, bhupati, senopati, nayaka, pratyaya, haji pratyaya, dandanayaka, murddhaka tuha an watak wuruh, addhyaksi nijawarna, vasikarana, kumaramatya, cathabhata, adhikarana, karmma, kayastha, sthapaka, puhawan, waniyaga, pratisara, da kamu marsi haji, hulun haji, wanak mamu uram niwunuh sumpah dari mammam, kamu kadaci kamu tida bhakti, dyaku niwunuh, kamu sumpah tuwi mulam kadasi, kamu drohaka, wanun luwi yam marwuddhi.”

Terjemahan Isi Prasasti Telaga Batu

Setelah mengetahui isi Prasasti Telaga Batu, berikut adalah terjemahan dari isi prasasti tersebut:

Om! Semoga berhasil. Kamu semua berapapun banyaknya, putra raja, bupati, panglima, tokoh lokal terkemuka, bangsawan, bawahan raja, hakim, pemimpin para buruh, pengawas pekerja rendah, ahli senjata, kumaramatya, tentara, pejabat pengelola, karyawan toko, pengrajin, nakhoda, pedagang, pelayan raja dan budak raja. Kamu semua akan mati karena kutukan ini, jika kamu tak setia pada ku, jika kamu berlaku sebagai penghianat, berkomplot dengan orang-orang dalam kejahatan.”

Berdasarkan isi dan terjemahan dari tulisan prasasti tersebut, G. Cœdès (seorang arkeolog Prancis yang mengkaji arkeologi dan sejarah di Asia Tenggara) menyimpulkan bahwa prasasti ini ditemukan di suatu tempat yang berdekatan dengan pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya pada masa lalu. 

Prasasti tersebut sengaja dipasang di tempat tersebut agar dapat terlihat secara terus-menerus oleh para pembesar kerajaan yang tinggal di sekitar wilayah tersebut. 

Pembukaan pada prasasti tersebut juga mengindikasikan bahwa Kerajaan Sriwijaya secara khusus berlandaskan pada ajaran agama Buddha. Hal ini karena salam pembuka yang terdapat dalam teks prasasti tersebut sama dengan salam yang kerap diucapkan oleh para pengikut ajaran agama Buddha.

Makna Tulisan pada Prasasti Telaga Batu

Ilustrasi Kerajaan Sriwijaya
Ilustrasi Kerajaan Sriwijaya | Sumber: idsejarah.net

Prasasti Telaga Batu merupakan salah satu artefak yang menceritakan tentang sejarah awal berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Makna tulisan yang terukir pada prasasti ini sangat rinci dan secara khusus menceritakan tentang sumpah kutukan.

Kutukan tersebut akan terjadi pada siapa saja yang melakukan tindakan kejahatan di wilayah Kedatuan Sriwijaya dan yang tidak mematuhi perintah raja. 

Menurut Casparis, orang-orang yang tertulis dalam prasasti ini merupakan orang-orang yang dianggap berbahaya dan dapat mengancam kedaulatan Kedatuan Sriwijaya. Oleh karena itu, orang-orang tersebut perlu mendapat peringatan dalam bentuk kutukan.

Orang-orang yang tertulis dalam prasasti ini mencakup orang-orang dari berbagai jabatan. Seperti putra mahkota, hakim atau jaksa, kapten kapal, pengrajin, tukang cuci, sampai tukang sapu.

Meskipun tidak ada penanggalan tahun yang jelas, namun para ahli meyakini artefak peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini berasal dari periode yang sama dengan prasasti Kota Kapur, yaitu berasal dari tahun 608 Saka atau 686 Masehi. Pendapat ini berdasarkan ciri-ciri aksara yang terdapat pada prasasti tersebut.

Prasasti ini juga terkenal sebagai salah satu prasasti kutukan yang sangat besar. Hal ini karena prasasti tersebut mencantumkan daftar nama-nama pejabat pemerintahan dengan lengkap. 

Penafsiran Makna Prasasti Telaga Batu

Candi Muara Takus
Candi Muara Takus | Sumber: 1001 Indonesia

Sejumlah sejarawan beranggapan bahwa dengan adanya prasasti ini, mungkin pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya terletak di Palembang. Kemudian, para pejabat yang terancam dengan kutukan tersebut kemungkinan besar tinggal di ibu kota kerajaan. 

Namun hingga saat ini, kepastian lokasi pusat Kerajaan Sriwijaya sendiri masih menjadi perdebatan. Termasuk dimana tepatnya lokasi ibu kota Kerajaan Sriwijaya berada. 

Kebingungan ini juga terjadi karena pada tahun 775 Masehi, Prasasti Ligor ditemukan di Provinsi Nakhon Si Thammarat. Dalam prasasti tersebut menyebutkan bahwa gelar “bhupati,” yang saat ini diidentifikasi sebagai “bupati” juga memiliki makna yang sama dengan Prasasti Telaga Batu.

Pada masa kemerdekaan Indonesia, seorang bupati bukanlah seorang raja atau sultan seperti pada masa lampau. Namun merupakan seorang politikus yang bertindak sebagai kepala daerah di tingkat Kabupaten. 

Bupati bertanggung jawab atas penyelenggaraan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD Kabupaten/Kota. Soekmono berpendapat bahwa berdasarkan prasasti tersebut, kemungkinan pusat Kerajaan Sriwijaya tidak berada di Palembang. 

Hal ini berdasarkan isi prasasti yang menyebutkan adanya ancaman kutukan bagi mereka yang melanggar Kedatuan. Soekmono kemudian juga mengusulkan bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya ada di lokasi Minanga. 

Pernyataan tersebut diungkapkan berdasarkan informasi yang tertulis dalam Prasasti Kedukan Bukit. Soekmono selanjutnya mengidentifikasi bahwa ibu kota Sriwijaya bukan berada di Palembang, melainkan berada di sekitar Candi Muara Takus.

Baca Juga: 9 Peninggalan Prasasti Kerajaan Sriwijaya & Penjelasannya

Sudah Tahu Apa Itu Prasasti Telaga Batu?

Itulah ulasan seputar Prasasti Telaga Batu yang merupakan artefak bersejarah peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Prasasti ini berisi kutukan bagi orang-orang yang tidak patuh terhadap perintah raja. Setelah mengetahui isi dari prasasti di atas, apakah kamu tertarik untuk mempelajari lebih dalam tentang prasasti Kerajaan Sriwijaya lainnya?

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page