3 Tokoh Pendiri Indische Partij: Latar Belakang dan Tujuannya

Tokoh pendiri Indische Partij Indonesia menyatakan perlawanan politik kepada pemerintah Hindia Belanda. Organisasi ini memberikan gambaran tentang bagaimana Indonesia mulai memberontak. Khususnya terhadap penjajahan dan diskriminasi masyarakat yang terjadi.

Artikel ini akan mengulas secara lengkap mengenai organisasi Indische Partij mulai dari tokoh pendiri, latar belakang tujuan, hingga alasan pembubarannya.

3 Profil Tokoh Pendiri Indische Partij

3 Tokoh Pendiri Indische Partij
3 Tokoh Pendiri Indische Partij | Sumber gambar: detik.com

Keberadaan tiga serangkai mampu membawa perubahan nasionalisme terhadap rakyat Indonesia, sehingga mereka berani berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Kamu perlu mengenal tiga sosok hebat tersebut, berikut ini profil singkatnya:

1. Douwes Dekker

Douwes Dekker
Douwes Dekker | Sumber gambar: VOI

Eduard Douwes Dekker merupakan sosok utama yang menggagas pembentukan Indische Partij. 

Bahkan ia sampai membuat nama Indonesia, yakni Danudirja Setiabudi. Ia adalah keturunan asli Belanda, namun menjadi pelopor nasionalisme Indonesia abad ke 20.

Walaupun keturunan Belanda, namun peran Douwes Dekker dalam historis Indonesia tidak bisa dilupakan. Beliau berhasil meningkatkan nasionalisme pribumi dalam melawan pemerintah Belanda. 

Selain itu, Douwes Dekker juga ikut serta dalam proses perlawanan yang dilakukan rakyat kepada kolonial. Douwes Dekker kerap menerima diskriminasi dari orang-orang Belanda. 

Pasalnya, dia tidak memiliki posisi dalam pemerintahan Belanda kala itu. Oleh sebab itu, ia pun menciptakan Indische Bond. Organisasi tersebut beranggotakan orang Hindia Belanda atau Indonesia yang memiliki pemikiran sama sepertinya.

Akan tetapi, sangat disayangkan organisasi tersebut tidak berjalan baik. Salah satu alasannya adalah kurangnya dukungan dari masyarakat. Pada tahun 1912, Douwes mengajak Cipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara mendirikan Indische Partij.

Berbagai bentuk revolusi dilakukan oleh Indische Partij dan para bumiputera. Bahkan Douwes Dekker juga sempat terkena penahanan, sebab pemberontakannya terhadap kolonial Belanda.

2. Cipto Mangunkusumo 

Cipto Mangunkusumo
Cipto Mangunkusumo | Sumber gambar: CNN Indonesia

Tokoh pendiri Indische Partij selanjutnya yang tergabung dalam Tiga Serangkai adalah Cipto Mangunkusumo. Beliau lahir pada 4 Maret 1886, di Desa Pecangakan, Jepara.

Bagi Cipto Mangunkusumo, Indische Partij merupakan upaya untuk mewakili kepentingan semua penduduk Indonesia. Karena tidak ada pandangan asal suku, golongang, maupun agama.

Ketika masih aktif dalam partai, beliau sempat mengalami pengasingan yang dilakukan pemerintah Belanda. Pengasingan terjadi karena adanya berbagai tulisan dan aktivitas politiknya.

Ia diasingkan ke Belanda, namun kembali ke Indonesia tahun 1917. Berkaitan dengan persatuan Indonesia, Cipto Mangunkusumo memiliki pandangan sama seperti Douwes Dekker.

Menurutnya penggabungan rakyat Indonesia dari Barat hingga Timur berperan penting untuk mengembangkan negara. Selain itu, juga mempengaruhi faktor penting pertumbuhan negara dan rakyat. Terutama bagi kaum bumiputera itu sendiri.

Selain terkenal sebagai aktivis pergerakan nasionalisme, Cipto Mangunkusumo juga berprofesi sebagai dokter. Pada 8 Maret 1943, ia meninggal dunia dan makamnya berada di TMP Ambarawa, Jawa Tengah. 

Berbagai jasa yang Cipto Mangunkusumo berikan ke Indonesia, membuat pemerintah Indonesia mengabadikannya dalam pecahan uang logam Rp200. Selain itu, nama beliau juga abadi dalam rumah sakit di Jakarta.

3. Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara | Sumber gambar: SMPN 3 Sungguminasa

Tokoh pendiri Indische Partij yang terakhir adalah Ki Hajar Dewantara. Ia memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ki Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889, Yogyakarta.

Selain menjadi pendiri Indische Partij, ia juga dikenal sebagai bapak pendidikan. Hal ini karena sikap kepeduliannya atas perkembangan pendidikan Indonesia. Bukan itu saja, ia juga merupakan wartawan. 

Adapun beberapa surat kabar yang pernah menjadikannya sebagai wartawan, seperti Utusan Hindia dan De Express.

Tidak hanya aktif dalam bidang jurnalis, ia juga mengembangkan karir bidang politik. Pada 1908, Ki Hajar Dewantara bergabung ke Budi Utomo. Melalui organisasi tersebut, Ki Hajar Dewantara resmi mengawali kiprahnya di politik.

Bapak pendidikan ini memiliki sikap nasionalisme tinggi, karena ia ingin menghapuskan dominasi kolonial Belanda. Sehingga membuat masyarakat Indonesia sadar dan bersatu untuk melawan. 

Ketika berjuang, ia terkenal sebagai sosok berani dan keras. Terutama saat mengkritik pemerintah Belanda.

Akibatnya, ia harus menjalani banyak pengasingan dan masuk keluar penjara. Pada akhirnya, Ki Hajar Dewantara mulai memperjuangkan nasionalisme melalui pendidikan. Langkah awalnya adalah dengan membangun Taman Siswa.

Ada banyak jasa yang Ki Hajar Dewantara berikan kepada Indonesia, khususnya mengenai pendidikan. Bukan itu saja, ia pun mencetuskan semboyan pendidikan yang hingga kini masih dipakai.

Di bawah ini adalah semboyan pendidikan dari Ki Hajar Dewantara, yakni:

  1. Ing Ngarsa Sung Tuladha: Guru menjadi pendidik yang patut memberikan contoh baik, sehingga bisa menjadi panutan.
  2. Ing Madya Mangun Karsa: Pendidik harus selalu bersama muridnya untuk membangun semangat berkarya.
  3. Tut Wuri Handayani: Guru merupakan pendidik yang menuntun, menunjukkan, dan menopang murid ke arah yang benar.

Latar Belakang Berdirinya Indische Partij

Dalam bahasa Indonesia, Indische Partij disebut sebagai Partai Hindia. Menurut sejarah, Indische Partij merupakan organisasi politik pertama yang bergerak untuk kemerdekaan Indonesia.

Meskipun partai ini mengalami pembubaran, keberadaannya membangkitkan kesadaran rakyat Indonesia. Khususnya kesadaran dalam bidang politik dan nasionalisme.

Terciptanya Indische Partij dilatarbelakangi rasa kecewa Dr. Douwes Dekker atau biasa dikenal Danudirja Setiabudi. 

Ia merasa kecewa terhadap fenomena diskriminasi status yang terjadi kala itu. Di antaranya dalam masyarakat Indonesia, campuran Indonesia Eropa, dan Belanda.

Oleh sebab itu, semua akses perkembangan lebih berpihak ke orang-orang Belanda. Mulai dari akses ekonomi, pendidikan, dan sosial.

Sementara itu, sebagian rakyat berdarah campuran Indonesia Eropa juga mendapatkan akses. Akan tetapi, orang Indonesia asli justru tidak mendapatkannya.

Dr. Douwes Dekker berpikir masyarakat Indonesia juga ingin memperjuangkan haknya. Jadi, semua rakyat harus bekerja sama dalam mewujudkannya. Sehingga, ia pun membentuk partai politik untuk mewadahi perjuangan rakyat Indonesia.

Selain itu, ada juga Cipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara yang ikut bergabung. Mereka juga sering mengkritik pemerintah Belanda dalam bentuk tulisan dan disebarkan melalui media massa.

Keduanya kerap mengkritik sikap pemerintah Belanda yang selalu membuat masyarakat Indonesia sengsara. 

Dengan demikian, adanya tiga tokoh pendiri Indische Partij tersebut, partai perjuangan akhirnya dibangun. Lebih tepatnya pada 25 Desember 1912, yaitu berlandasan rasa nasionalisme.

Tujuan Pembentukan Indische Partij

Tokoh pendiri Indische Partij memiliki julukan Tiga Serangkai, karena beranggotakan tiga orang yaitu Dr Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara.

Sebagai organisasi yang mewadahi rakyat, Indische Partij memiliki sifat politik murni dan penuh semangat nasionalisme. Oleh sebab itu, Indische Partij bertujuan untuk membangun dan menanamkan sikap kebangsaan dalam pribadi rakyat Indonesia.

Indische Partij bersikap tegas dalam menyuarakan kritik tentang kebijakan pemerintah Belanda. Adapun semboyan khusus yang berbunyi “Indie los van Holland (Hindia bebas dari Belanda)” dan “Indie voor Indier (Indonesia untuk Indonesia)”.

Dengan tujuan yang jelas, partai ini pun menyebarluaskan cita-citanya melalui De Express, yakni surat kabar pada zaman itu. Berkat aksi tersebut, partai politik ini mengalami perkembangan pesat. Bahkan berhasil menguasai banyak wilayah Hindia Belanda.

Dalam aksi revolusinya, Indische Partij mampu menarik banyak orang untuk bergabung menjadi anggota. Baik itu dari pribumi, campuran Indonesia-Eropa, China, Arab, dan lain sebagainya.

Alasan Bubarnya Indische Partij

Keberadaan Indische Partij memberikan harapan baru kepada rakyat Indonesia. Mereka mampu memberikan semangat untuk melawan kolonial Belanda yang sewenang-wenang. 

Aktivitas perlawanan tersebut mempengaruhi Belanda, sehingga mereka pun mengambil sikap tegas. Dengan demikian, Belanda membubarkan Indische Partij. 

Setelah itu, Belanda mengasingkan tiga tokoh pendiri Indische Partij. Pengasingan dilakukan karena adanya kritik dan propaganda.

Pada 31 Maret 1913, Indische Partij resmi dibubarkan. Salah satu alasannya karena partai tersebut dianggap sebagai organisasi terlarang. Douwes Dekker memberikan pesan terakhir kepada para anggota berjiwa Indische Partij untuk pindah ke perkumpulan Insulinde. Pasalnya, pemerintah telah mengakui organisasi tersebut.

Meskipun Indische Partij bubar, justru menginspirasi masyarakat Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Pada tahun 1917, Douwes Dekker dibebaskan dari pengasingan. Ia pun terjun ke bidang pendidikan dan mendirikan Ksatrian Instituut.

Kemudian pada tahun 1918, Ki Hajar Dewantara juga dibebaskan dari pengasingan. Sama seperti Douwes Dekker, ia pun mendalami bidang pendidikan dan membangun Taman Siswa. 

Sementara Cipto Mangunkusumo yang bebas tahun 1914, bergerak dalam bidang politik dan menjadi anggota PNI.

Baca Juga : Sejarah Pendiri Kerajaan Aceh dan 5 Contoh Peninggalannya

Sudah Mengenal Para Tokoh Pendiri Indische Partij?

Para tokoh pendiri Indische Partij membawa angin segar dan dampak besar terhadap kemerdekaan Indonesia. Tanpa adanya rasa nasionalisme, rakyat Indonesia belum tentu sadar untuk melawan. Sebagai rakyat Indonesia, kita juga perlu melestarikan sikap nasionalisme dari para tokoh tersebut.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page