Secara sederhana, tunawisma adalah seseorang yang tidak memiliki rumah. Namun, jika mengacu pada deskripsi tersebut, berarti individu yang tidak tinggal di kediaman pribadi juga menyandang predikat tunawisma.
Faktanya, pengertian dari tunawisma lebih luas. Apa sebenarnya pengertian yang tepat, berikut penyebab dan upaya penanggulangan yang tepat? Simak artikel kali ini sampai akhir untuk mendapatkan informasi selengkapnya, ya!
Daftar ISI
Pengertian Tunawisma
Tuna berarti tidak memiliki, sedangkan wisma memiliki makna tempat tinggal. Jadi, secara sederhana, tunawisma adalah orang-orang yang tidak mempunyai tempat tinggal. Namun, ada kriteria tertentu sehingga seseorang mendapat label tersebut, di anatanya:
- Tidak mempunyai tempat tinggal yang layak seperti kolong jembatan, emperan toko, maupun gubuk yang sudah hampir roboh.
- Tinggal berpindah-pindah dan tidak satupun dari lokasi tersebut memenuhi kelayakan sebagai hunian.
- Tidak mempunyai pekerjaan tetap.
Deskripsi tersebut kadang mengantarkan masyarakat dalam mengartikan tunawisma sebagai pengemis. Padahal, keduanya berbeda. Tunawisma tidak selalu menjadi peminta-minta sebagaimana pengemis. Tidak sedikit dari mereka yang memilih bekerja serabutan daripada mengemis.
Di sisi lain, mengemis saat ini justru menjadi suatu profesi yang menjanjikan di Indonesia. Tidak jarang, dinas sosial menemukan pengemis yang memiliki harta kekayaan cukup dari kegiatan meminta-minta yang dilakoni setiap hari. Jadi, tunawisma belum tentu pengemis, begitu pula sebaliknya.
Berbicara tentang keberadaan tunawisma di Indonesia sendiri, jumlah kasusnya cukup tinggi. Sensus terakhir yang dilakukan pada 2019 sebelum pandemi mencatat jumlah gelandangan di Indonesia mencapai 3 juta jiwa.
Lembaga sensus memperkirakan bahwa jumlah tersebut bertambah selama masa pandemi hingga endemi. Indonesia bahkan mencatatkan diri sebagai negara dengan kasus gelandangan terbanyak kelima di seluruh dunia.
Penyebab Tunawisma di Indonesia
Terdapat beberapa faktor pemicu tingginya jumlah tinggi tunawisma di Indonesia. Apa saja? Beirkut di antaranya:
1. Gaji Stagnan, Kebutuhan Hidup Terus Meningkat
Faktor pemicu pertama adalah nominal gaji yang tidak bertambah padahal kebutuhan hidup terus meningkat akibat harga-harga barang pokok yang mengalami kenaikan. Ini menyebabkan pengeluaran yang jauh lebih tinggi dari pendapatan hingga lambat laun seluruh aset terjual dan banyak orang menjadi gelandangan.
2. Tingginya Tingkat Pengangguran
Ketersediaan lapangan kerja di Indonesia tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan populasinya. Hal tersebut akhirnya memunculkan kesulitan masyarakat mendapatkan pekerjaan hingga memiliki tempat tinggal tetap dan layak.
3. Kurangnya Fasilitas Perumahan Warga dengan Harga Terjangkau
Penyebab selanjutnya dari tunawisma adalah kekurangan fasilitas perumahan yang terjangkau untuk masyarakat. Khususnya dengan biaya cicilan yang terjangkau oleh rata-rata pendapatan per kapita masing-masing daerah di Indonesia.
Meskipun saat ini pemerintah sudah menyediakan program rusunawa terjangkau hingga perumahan subsidi, faktanya justru banyak nasabah yang tidak tepat sasaran. Orang-orang dengan tingkat perekonomian tinggi justru membeli fasilitas tersebut sebagai investasi.
4. Tingginya Angka Kemiskinan
Angka kemiskinan di Indonesia sangat tinggi, mencapai 25,90 juta orang pada Maret 2023 berdasarkan survei Biro Pusat Statistik (BPS). Hal tersebut mengakibatkan kesulitan masyarakat dalam menjangkau tempat tinggal yang layak dan menetap.
Memenuhi kebutuhan sehari-hari pun terlampau sulit, apalagi untuk memperoleh tempat tinggal dengan kriteria yang layak. Kasus kemiskinan di Indonesia sendiri mengalami peningkatan drastis setelah pandemi. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan karena kebijakan pengurangan karyawan di berbagai perusahaan.
5. Kegagalan Sistemik
Regulasi di Indonesia yang cukup sulit dan tidak berkompromi dalam banyak aspek mengakibatkan kegagalan sistemik. Pihak yang mengalami dampak paling fatal tidak lain adalah lapisan paling dasar dalam rantai sosial.
Banyak orang kehilangan mata pencaharian, utang yang menumpuk di mana-mana, dan aset terjual. Sedangkan bantuan pemerintah sangat minim. Begitupun terlalu sedikitnya kelonggaran yang diberikan untuk mempermudah masyarakat.
Upaya Penanggulangan Tunawisma
Jumlah kasus gelandangan di Indonesia sudah mencapai fase yang mengkhawatirkan. Oleh sebab itu, pemerintah harus segera melakukan upaya penanggulangan cepat untuk mengentaskan problematika tersebut. Adapun beragam upaya yang dapat dilakukan dalam penanggulangan tunawisma adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan Penampungan Terpadu
Hal pertama yang bisa pemerintah lakukan, yaitu menyediakan penampungan terpadu untuk semua tunawisma. Razia menjadi langkah awal untuk bisa mengumpulkan para gelandangan tersebut, kemudian melakukan pendataan.
Setelah itu, pemerintah dapat menampung para tunawisma di tempat-tempat yang layak agar tidak tinggal secara nomaden dan di sembarang tempat. Tentu ini dapat mengurangi jumlah kasus secara signifikan.
2. Perbaikan Kebijakan (Regulasi)
Upaya lain dari penganggulangan tunawisma adalah pemerintah perlu meninjau ulang segala kebijakan (regulasi) yang ditetapkan dalam berbagai sektor. Khususnya terkait masyarakat menengah ke bawah untuk memberikan kelonggaran dan perlindungan yang lebih baik terhadap hak-hak yang sepatutnya mereka terima.
3. Memberikan Pelatihan Keterampilan
Berikutnya, pemerintah dapat memberikan pelatihan keterampilan yang sekiranya cukup untuk menjadi bekal para tunawisma untuk mencari pekerjaan baru. Bukan mustahil justru bisa membantu menciptakan lapangan kerja baru, khususnya untuk keterampilan yang masih jarang ada di tengah masyarakat.
4. Memberikan Sanksi Tegas
Bila setelah penerapan tindakan-tindakan di atas masih banyak gelandangan atau tunawisma yang melanggar, maka pemerintah wajib menerapkan sanksi tegas. Ini untuk memutus faktor kesengajaan – khususnya para pengemis yang bertindak seolah sebagai tunawisma sehingga menolak relokasi dan upaya pembinaan.
Dampak Tunawisma Terhadap Suatu Negara
Apakah permasalahan gelandangan merupakan sesuatu yang bersifat darurat sehingga perlu tindakan cepat untuk menanganinya? Jawabannya adalah iya. Karena tunawisma adalah suatu permasalahan kompleks dengan dampak yang sangat banyak, antara lain:
1. Mengganggu Estetika
Keindahan suatu negara terganggu akibat penampakan para tunawisma yang kadang menyebar dan berkeliaran di jalanan. Secara otomatis, hal ini akan memengaruhi sektor pariwisata akibat berkurangnya minat wisatawan berkunjung.
2. Mengundang Tindak Kriminalitas
Dampak lain tunawisma adalah mengundang tindak kriminalitas, baik kaum marjinal tersebut sebagai korban maupun pelaku. Contohnya, tindakan penyerangan atau pelecehan seksual kepada tunawisma wanita (sebagai korban). Kemudian tindakan pencopetan atau pencurian terhadap pejalan kaki (sebagai pelaku).
3. Mengganggu Ketertiban
Kehadiran tunawisma juga turut mengganggu ketertiban di tengah masyarakat. Terlebih jika para gelandangan tersebut melakukan hal-hal yang kurang menyenangkan kepada orang maupun kendaraan yang melintas. Contohnya seperti mengemis atau bahkan memaksa mengerjakan sesuatu untuk mendapatkan upah.
4. Merusak Tatanan Kota
Selanjutnya, tatanan kota pun terdampak oleh keberadaan gelandangan. Terlebih jika mereka menolak relokasi sehingga pemerintah daerah mengalami kesulitan saat hendak mengatur tatanan untuk kebutuhan dan pengembangan wilayah.
5. Tingginya Angka Penyakit Menular
Tidak hanya tempat tinggal tak layak dan berpindah-pindah, dampak lain tunawisma adalah tingginya kasus penyakit menular. Karena mereka tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik, sehingga saat terserang penyakit mudah menularkan kepada orang lain – khususnya terjadi di ruang terbuka.
6. Menurunkan Kualitas Sumber Daya Masyarakat (SDM)
Terakhir, yang cukup mengkhawatirkan adalah penurunan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Sebab, hampir semua hak dan kebutuhan dari kalangan tunawisma tidak terpenuhi – termasuk sektor pendidikan.
Ini berimbas pada kualitas SDM yang dihasilkan pada masa mendatang. Tingkat pendidikan yang kurang menghasilkan SDM yang kurang baik pula. Terlebih dalam hal daya saing dengan negara-negara lain, pasti akan tampak jelas ketertinggalannya.
Padahal, Indonesia memiliki banyak SDA yang bisa dieksplorasi dengan bekal SDM mumpuni. Selama ini, hak pengelolaan SDA jatuh pada perusahaan asing akibat kurangnya SDM di Indonesia sendiri.
Baca Juga : Memahami Pengertian Kemiskinan, Latar Belakang, dan Jenisnya
Sudah Memahaii Apa itu Tunawisma?
Kesimpulannya, tunawisma adalah suatu problematika yang serius. Keberadaannya sendiri memberikan dampak pada banyak sektor sekaligus. Baik estetika, pembangunan infrastruktur, pengembangan SDM dan banyak lagi.
Tiga juta kasus tunawisma yang tercatat memang bukan sesuatu yang mudah terkait penanggulangannya. Membutuhkan waktu yang cukup panjang dan upaya keras untuk dapat menyelesaikannya bagi pemerintah.
Sebagai individu, kita juga dapat berpartisipasi dengan menciptakan lapangan kerja (jika memungkinkan) bagi kaum marjinal tersebut. Setidaknya, dengan memiliki pekerjaan dan penghasilan akan membuka kesempatan mereka mendapatkan tempat tinggal yang layak.