Beberapa dari kita mungkin ada yang penasaran seperti apa niat puasa rajab sekaligus qadha Ramadhan. Pasalnya, tidak jarang seseorang membayar hutang puasa dengan cara meng-qadha dengan puasa sunah lainnya.
Tetapi, sebenarnya bisakah niat puasa Rajab sekaligus qadha Ramadhan? Hal ini tentu masih menjadi banyak perselisihan di kalangan para ulama. Sehingga, untuk melakukannya tergantung dari keyakinan individu masing-masing.
Untuk memperjelas masing-masing pendapat, ada baiknya untuk memperhatikan pernyataan beberapa ulama. Sebab, dengan begitu kita memiliki gambaran serta niat untuk puasa dengan benar.
Daftar ISI
Apakah Niat Puasa Bisa Digabung?
Pertanyaan mengenai niat puasa Rajab sekaligus qadha Ramadhan memang banyak bertebaran. Karena, tidak jarang seseorang merasa berat sekali membayar hutang puasa Ramadhan.
Sehingga beberapa orang mengakalinya dengan melaksanakannya di bulan tertentu atau hari khusus seperti senin dan kamis. Nah, bertepatan dengan bulan Rajab yang dianjurkan untuk berpuasa selama 27 hari dan mendekati bulan Ramadhan.
Tidak jarang, beberapa orang justru ingin menggabungkan niat untuk mendapatkan pahala dari kedua puasa yang dilakukan di waktu bersamaan. Padahal untuk niat puasa Rajab saja, masih banyak orang yang belum tahu sepenuhnya.
1. Pendapat Pertama
Jika kita berpatokan pada pendapat dari Syafiiyah, Imam Ahmad, dan juga Hanafiyah yang tertuang dalam satu riwayat. Maka, hukum melaksanakan niat puasa qadha Ramadhan bertepatan dengan puasa sunnah menjadi terlarang.
Di mana, pendapat ini berdasarkan amal wajib lebih penting daripada amal sunnah. Sedangkan qadha Ramadhan merupakan hal wajib sedangkan puasa Rajab menjadi ibadah sunnah.
Baca juga: Apakah Sikat Gigi Membatalkan Puasa? Ini Kata Ulama
2. Pengecualian Puasa 6 Hari di Bulan Syawal
Berikutnya, ada juga pendapat ulama yang mengecualikan puasa 6 hari di bulan Syawal. Seseorang yang hendak melaksanakan ibadah puasa sunnah seperti syawal, hendaknya menyelesaikan hutang qadha puasa Ramadhan terlebih dahulu.
Hal ini disesuaikan dengan hadits dari Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu. Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Artinya:
“Siapa yang puasa ramadhan, kemudian dia ikuti dengan 6 hari puasa syawal, maka seperti puasa setahun.” (HR. Muslim 1164)
3. Tidak Diperbolehkan Menggabungkan Niat
Bagaimana niat puasa Rajab dan mengqadha puasa Ramadhan?
Menurut salah satu pendapat ulama menggabungkan niat kedua puasa ini tidak diperbolehkan sebagaimana larangan untuk menggabungkan niat puasa Ramadhan dengan puasa sunnah lainnya.
Hal ini dapat kita ketahui dalam Fatawa Syabakah Islamiyah yang mengatakan :
فإن من عليه صيام واجب من قضاء رمضان، أو من كفارة، أو نحو ذلك، فلا يصح له أن يجمعه مع صوم التطوع بنية واحدة، لأن كلاً من الصوم الواجب وصوم التطوع عبادة مقصودة مستقلة عن الأخرى، ولا تندرج تحتها، فلا يصح أن يجمع بينهما بنية واحدة
Artinya:
”Orang yang melaksanakan puasa wajib, baik qadha ramadhan, puasa kaffarah, atau puasa lainnya, tidak sah untuk digabungkan niatnya dengan puasa sunah.
Karena masing-masing, baik puasa wajib maupun puasa sunah, keduanya adalah ibadah yang harus dikerjakan sendiri-sendiri. Dan puasa sunah bukan turunan dari puasa wajib.
Sehingga tidak boleh digabungkan niatnya.” (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 7273).
Selain pernyataan di atas, ada juga ulama dari Saudi Arabia Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’ mengatakan :
لا يجوز صيام التطوع بنيتين، نية القضاء ونية السنة
Artinya:
“Tidak boleh melakukan puasa sunnah dengan dua niat sekaligus yaitu dengan niat qodho’ puasa dan niat puasa sunnah.”
Baca juga: Tata Cara Sholat Duduk yang Benar Sesuai dengan Hadis Nabi
4. Boleh Menggabungkan Niat
Meskipun banyak sekali persoalan terkait penggabungan niat puasa wajib dan sunnah. Terdapat pendapat seorang ulama yang memperbolehkan untuk mengaqha puasa Ramadhan dengan puasa sunnah.
Hukum dari menggabungkan niat antara puasa Rajab dan mengqadha puasa Ramadhan adalah sah. Bahkan, pahala akan didapatkan keduanya oleh kita yang melaksanakan puasa di hari itu.
Syekh al-Barizi bahkan berpendapat bahwa meski hanya niat puasa Rajab sekaligus qadha Ramadhan, maka puasa Ramadhan akan secara otomatis ikut mendapatkan pahala puasa Rajab.
Dalam kitab Fathul Mu’in beserta hasyiyahnya, I’anatuth Thalibin berikut ini penjelasannya :
وبالتعيين فيه النفل أيضا فيصح ولو مؤقتا بنية مطلقة كما اعتمده غير واحد
(وقوله ولو مؤقتا) غاية في صحة الصوم في النفل بنية مطلقة أي لا فرق في ذلك بين أن يكون مؤقتا كصوم الاثنين والخميس وعرفة وعاشوراء وأيام البيض أو لا كأن يكون ذا سبب كصوم الاستسقاء بغير أمر الإمام أو نفلا مطلقا
(قوله بنية مطلقة ) متعلق بيصح فيكفي في نية صوم يوم عرفة مثلا أن يقول نويت الصوم ( قوله كما اعتمده غير واحد) أي اعتمد صحة صوم النفل المؤقت بنية مطلقة وفي الكردي ما نصه في الأسنى ونحوه الخطيب الشربيني والجمال الرملي الصوم في الأيام المتأكد صومها منصرف إليها بل لو نوى به غيرها حصلت إلخ زاد في الإيعاب ومن ثم أفتى البارزي بأنه لو صام فيه قضاء أو نحوه حصلا نواه معه أو لا وذكر غيره أن مثل ذلك ما لو اتفق في يوم راتبان كعرفة ويوم الخميس انتهى
Artinya:
“Dan dikecualikan dengan persyaratan ta’yin (menentukan jenis puasa) dalam puasa fardlu, yaitu puasa sunnah, maka sah berpuasa sunnah dengan niat puasa mutlak. Meski puasa sunnah yang memiliki jangka waktu sebagaimana pendapat yang dipegang oleh lebih dari satu ulama.”
“Ucapan Syekh Zainuddin, meski puasa sunnah yang memiliki jangka waktu, ini adalah ghayah (puncak) keabsahan puasa sunnah dengan niat puasa mutlak.
Maksudnya tidak ada perbedaan dalam keabsahan tersebut antara puasa sunnah yang berjangka waktu seperti puasa Senin-Kamis, Arafah, Asyura’ dan hari-hari tanggal purnama.
Atau selain puasa sunnah yang berjangka waktu, seperti puasa yang memiliki sebab, sebagaimana puasa istisqa’ dengan tanpa perintah imam, atau puasa sunnah mutlak”.
“Ucapan Syekh Zainuddin, dengan niat puasa mutlak, maka cukup dalam niat puasa Arafah dengan niat semisal, saya niat berpuasa.”
“Ucapan Syekh Zainuddin, sebagaimana pendapat yang dipegang oleh lebih dari satu ulama, maksudnya lebih dari satu ulama berpegangan dalam keabsahan puasa sunnah dengan niat puasa mutlak.
Dalam kitabnya Syekh al-Kurdi disebutkan, dalam kitab al-Asna demikian pula Syekh Khatib al-Sayarbini dan Syekh al-Jamal ar-Ramli, berpuasa di hari-hari yang dianjurkan untuk berpuasa secara otomatis tertuju pada hari-hari tersebut.
Bahkan apabila seseorang berniat puasa beserta niat puasa lainnya, maka pahala keduanya berhasil didapatkan. Dalam kitab al-I’ab ditambahkan, dari kesimpulan tersebut.
Syekh al-Barizi berfatwa bahwa apabila seseorang berpuasa qadha (Ramadhan) atau lainnya di hari-hari yang dianjurkan berpuasa, maka pahala keduanya bisa didapat, baik disertai niat berpuasa sunnah atau tidak.
Ulama lain menyebutkan, demikian pula apabila bertepatan bagi seseorang dalam satu hari dua puasa rutin, seperti puasa hari Arafah dan puasa hari Kamis.
(Syekh Zainuddin al-Malibari dan Syekh Abu Bakr bin Syatha, Fathul Mu’in dan Hasyiyah I’anatuth Thalibin, Surabaya, al-Haramain, tanpa tahun, juz 2, halaman 224).
Tata Cara Niat Puasa Rajab Sekaligus Qadha Ramadhan
Setelah mengetahui seperti apa hukum dari melaksanakan ibadah puasa wajib dan sunnah secara bersamaan.
Kita pasti penasaran kan seperti apa niat puasa Rajab sekaligus qadha Ramadhan. Berikut tata cara niat yang benar.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Latin: Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: “Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”
Nah, itulah niat puasa wajib dan sunnah secara bersamaan. Kita bisa mengikutinya apabila memiliki hutang puasa di bulan Ramadhan dan ingin membayarnya bertepatan dengan waktu puasa sunnah.