Dalam kehidupan bermasyarakat, salah satu hal penting yang perlu diperhatikan yakni berhubungan baik dengan tetangga dan menerapkan adab bertetangga sesuai dengan aturan Islam.
Adab bertetangga dalam Islam merupakan tuntunan dan etika dalam bertetangga yang perlu diperhatikan oleh muslim. Bahkan dalam ajaran Islam, perintah berbuat baik kepada tetangga disandingkan dengan perintah menyembah Allah dan larangan mempersekutuinya.
Ada satu pepatah yang akrab didengar yakni ‘tetangga adalah saudara dekat’, karena tetanga adalah orang yang paling dekat dengan kita. Lantas, apa saja adab bertetangga tersebut? Yuk simak selengkapnya dalam artikel ini.
Daftar ISI
- Dalil Adab Bertetangga dalam Islam
- Adab Bertetangga dalam Islam
- 1. Dahulukan Salam
- 2. Tidak Menggangu Tetangga
- 3. Cara Mengatasi Gangguan dari Tetangga
- 4. Hindari Mengobrol Terlalu Lama dan Tidak Penting
- 5. Memaafkan Kesalahan Ucap
- 6. Siap Sedia Menolong Tetangga
- 7. Menjenguk Tetangga yang Sakit
- 8. Tidak Iri pada Tetangga
- 9. Tidak Menghalangi Bangunan Tetangga
- 10. Memelihara Hak Tetangga
- 11. Turut Berbela Sungkawa pada yang Tertimpa Musibah
- 12. Turut Bergembira atas Kegembiraannya
- 13. Berbagi Makanan
Dalil Adab Bertetangga dalam Islam
Dalam Islam, tetangga memiliki hak-hak tertentu sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadits Rasulullah SAW dan juga firman-Nya, seperti hak untuk mendapatkan rasa aman dari gangguan dan lain sebagainya.
Selain itu, menjalin hubungan baik dengan tetangga merupakan salah satu cara menjaga silaturahmi sesama muslim. Allah SWT bahkan dalam Surah An-Nisa ayat 36 memerintahkan kepada hamba-Nya untuk selalu berbuat baik kepada tetangga.
وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ
Wa’budullāha wa lā tusyrikụ bihī syai`aw wa bil-wālidaini iḥsānaw wa biżil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wal-jāri żil-qurbā wal-jāril-junubi waṣ-ṣāḥibi bil-jambi wabnis-sabīli wa mā malakat aimānukum, innallāha lā yuḥibbu mang kāna mukhtālan fakhụra.
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.”
Begitu pula dengan Rasulullah dalam sabdanya,
ما زالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بالجارِ حتَّى ظَنَنْتُ أنَّه سَيُوَرِّثُهُ
Artnya: “Malaikat Jibril tidak henti-hentinya berpesan kepadaku mengenai tetangga, sampai sampai aku menyangka tetangga akan dijadikan ahli waris.” (HR Abu Dawud)
Dalam sabda Nabi SAW yang lain juga dikatakan, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah dia memuliakan tetangganya.” (HR Bukhari & Muslim)
Mengingat keberagamaan serta perbedaan latar belakang, suku, budaya dan karakter, serta ekonomi dalam bertetanga berpotensi menimbulkan benturan. Oleh sebab itu, Islam mengatur adab bertetangga untuk mengatasi potensi perbedaan tersebut.
Adab Bertetangga dalam Islam
Mengingat bahwa perintah berbuat baik kepada tetangga disandingkan dengan perintah menyembah Allah dan larangan mempersekutukannya. Imam Al-Ghazali dalam risalahnya berjudul al-Adab fid Dîn dalam Majmû’ah Rasâil al-Imam al-Ghazâli (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman 444) menjelaskan beberapa adab bertetangga dalam syariat Islam berikut ini:
آداب الجار: ابتداؤه بالسلام، ولا يطيل معه الكلام، ولا يكثر عليه السؤال، ويعوده في مرضه، ويعزيه في مصيبته، ويهنيه في فرحه، ويتلطف لولده و عبده في الكلام، ويصفح عن زلته، ومعاتبته برفق عند هفوته، ويغض عن حرمته، ويعينه عند صرخته، ولا يديم النظر إلى خادمته
“Adab bertetangga, yakni mendahului berucap salam, tidak lama-lama berbicara, tidak banyak bertanya, menjenguk yang sakit, berbela sungkawa kepada yang tertimpa musibah.
Ikut bergembira atas kegembiraannya, berbicara dengan lembut kepada anak tetangga dan pembantunya, memaafkan kesalahan ucap, menegur secara halus ketika berbuat kesalahan, menundukkan mata dari memandang istrinya.
Memberikan pertolongan ketika diperlukan, tidak terus-menerus memandang pembantu perempuannya.”
Untuk penjabaran lebih jelas, berikut ini adab bertetangga yang disajikan dalam beberapa poin:
1. Dahulukan Salam
Adab pertama bertetangga dalam Islam yakni memberikan salah terlebih dahulu. Ketika bertemu, dianjurkan untuk saling menyapa dengan mengucapkan salam. Bahkan Allah SWT menjanjikan bagi mereka pahala yang lebih banyak ketika dengan rendah hati menyapa terlebih dahulu orang yang ditemuinya.
Hal ini berdasarkan hadis Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, di mana ia berkata:
كَانَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَلاَقَوْا تَصَافَحُوْا وَإِذَا قَدِمُوْا مِنْ سَفَرٍ تَعَانَقُوْا.
Artinya: “Apabila Sahabat-Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saling berjumpa, maka mereka saling berjabat tangan, dan apabila mereka datang dari bepergian, mereka saling berpelukan,” (HR. Ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Ausath no. 97 dan Imam al-Haitsami berkata dalam kitab Majma’uz Zawaa-id VIII/36, Para perawinya adalah para perawi tsiqah).
Selain itu, dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya juga menjelaskan pentingnya salam dalam hubungan baik.
Adapun hadis tersebut, berbunyi:
أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ.
Artinya: “Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu perbuatan apabila kalian lakukan niscaya akan membuat kalian saling mencintai satu sama lain?
Sebarkanlah salam di antara kalian (ketika saling bertemu),” (HR. Muslim no. 54, Abu Dawud no. 5193, Ibnu Majah no. 3692 dan Ahmad II/391, 442).
Baca juga: Kumpulan Doa Nabi Yusuf, Keutamaan dan Cara Mengamalkannya
2. Tidak Menggangu Tetangga
Mendapat gangguan dari luar tentu sangat tidak nyaman. Maka dari itu, saling tidak mengganggu adalah adab bertetangga yang harus diikuti oleh umat Muslim yang baik.
Hal ini akan menunjukkan bahwa adanya rasa saling menghargai. Adab ini dibahas dalam Hadis Riwayat Bukhari, di mana Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia mengganggu tetangganya,” (HR. Bukhari (no.1609); Muslim (no.2463).
Contoh sederhana dalam menerapkan adab ini, ketika hendak membuat hajat di rumah, hendaknya meminta izin kepada tetangga terdekat agar tidak merasa terganggu dengan acara yang diselenggarakan.
3. Cara Mengatasi Gangguan dari Tetangga
Ketika tetangga melakukan perbuatan yang mengganggu, tindakan apa yang pantas kita lakukan?
Sebagai seorang muslim yang menjaga adabnya, kita diperbolehkan untuk menegur namun dengan cara yang baik. Akan lebih baik jika gangguan tersebut dibalas dengan kebaikan.
Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
“Ada tiga kelompok manusia yang dicintai Allah, … Disebutkan diantaranya:
“Seseorang yang mempunyai tetangga, ia selalu disakiti (diganggu) oleh tetangganya, namun ia sabar atas gangguannya itu hingga keduanya dipisah boleh kematian atau keberangkatannya,” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).
4. Hindari Mengobrol Terlalu Lama dan Tidak Penting
Adab bertetangga selanjutnya yakni hindari mengobrol terlalu lama dan membicakan hal-hal yang tidak penting.
Tidak dipungkiri, bahwa kehidupan bertetangga tidak lepas dari berkomunikasi satu sama lain, namun sayangnya kegiatan ini sering kali memberikan dampak buruk seperti menciptakan kesempatan untuk membicarakan orang lain atau bergibah.
Sebaiknya hindari berkomunikasi terlalu lama sehinga tidak timbul fitnah dan mudhorot lainnya.
5. Memaafkan Kesalahan Ucap
Manusia tidak pernah luput akan kesalahan dari kesengajaan maupun tidak. Adab bertetangga kali ini, kita belajar memafkan kesalahan yang bisa saja terjadi saat berkomunikasi, baik salah dalam berucap maupun menyinggung.
Karena kita tidak tahu, kapan hari kita akan melakukan kesalahan yang sama. Selain itu, memendam dendam juga bukan hal yang dianjurkan dalam Islam. Karena bisa menimbulkan kebencian yang merugikan.
6. Siap Sedia Menolong Tetangga
Seperti pepatah yang telah disinggung di atas, bahwa tetangga merupakan keluarga terdekat sebab orang yang lekas menolong saat kita membutuhkan bantuan adalah tetangga.
Dan apabila tetangga kesulitan baik dalam ekonomi, tertimpa musibah, bahkan kehilangan, sebagai seorang muslim sudah sepantasnya memberikan bantuan sesuai dengan adab bertetangga dalam Islam.
Berikan bantuan tersebut tanpa harus diminta, sebab itu adalah hak seorang Muslim terhadap saudaranya.
7. Menjenguk Tetangga yang Sakit
Ketika tetangga ada yang sakit, maka ia berhak untuk dikunjungi dan begitu pula sebaliknya, tetangga yang tidak sakit berkewajiban mengunjungi atau menjenguk tetangga yang sakit tanpa memandang status sosial pihak yang sakit.
Sebab hal ini termasuk dalam menjaga silaturahmi dengan baik serta membuat ketenangan dan keharmonisan lingkungan masyarakat.
8. Tidak Iri pada Tetangga
Dewasa ini, sebagian muslim lupa untuk bersyukur dan tidak membanding-bandingkan pencapaian yang didapatkan, sehingga mereka merasa iri dengan rezeki atau berbagai bentuk kebaikan yang diterima oleh tetangganya.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:
وَعَنْ أَنَسٍ – رضي الله عنه – عَنْ اَلنَّبِيِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: – وَاَلَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبَّ لِجَارِهِ – أَوْ لِأَخِيهِ- مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Artinya: “Dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang hamba dikatakan beriman (dengan iman yang sempurna) hingga ia mencintai tetangganya—atau saudaranya–sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri, Muttafaqun ‘alaih,” (HR. Bukhari, no. 13 dan Muslim, no. 45).
9. Tidak Menghalangi Bangunan Tetangga
Tidak jarang kericuhan bertetangga terjadi karena bangunan yang dibangun saling menutup, berhadapan maupun berdempetan yang menyebabkan satu diantaranya merasa tidak nyaman dan dihargai.
Namun sebetulnya, sebagai tetangga yang baik, hendaknya memperhatikan design rumah yang akan didirikan dan juga memperhatikan kenyamanan tetangganya. Sehingga tidak akan terjadi, tetangga yang menghalangi bangunan berdiri seperti yang marak ditemui dewasa ini.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
لاَ يَمْنَعْ أَحَدُكُمْ جَارَهُ أَنْ يَغْرِزَ خَشَبَةً فِى جِدَارِهِ
Artinya: “Janganlah salah seorang di antara kalian melarang tetangganya menancapkan kayu di dinding (tembok)nya,” (HR.Bukhari (no.1609); Muslim (no.2463); dan lafazh hadis ini menurut riwayat beliau; Ahmad (no.7236); at-Tirmidzi (no.1353); Abu Dawud (no.3634); Ibnu Majah (no.2335); dan Malik (no.1462).
10. Memelihara Hak Tetangga
Ada beberapa hak tetangga yang perlu diperhatikan satu sama lain, salah satunya yakni perlu melindungi harta mereka dari orang-orang yang jahat, sesekali saling memberikan hadiah meski hanya sayur satu mangkuk.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, aku memiliki dua tetangga, manakah yang aku beri hadiah?’ Rasulullah SAW menjawab,
إِلَى أَقْرَبِهِمَا مِنْكَ باَباً
Artinya: “Yang pintunya paling dekat dengan rumahmu,” (HR. Bukhari (no.6020); Ahmad (no.24895); dan Abu Dawud (no.5155)).
11. Turut Berbela Sungkawa pada yang Tertimpa Musibah
Dianjurkan untuk mengunjungi tetangga yang tertimpa musibah, terutama ketika salah satu anggota keluarga tetangganya meninggal dunia dengan kunjungan takziah, sebagai bentuk berbela sungkawa dengan menunjukan rasa duka dan mendoakan kebaikan terutama bagi si mayit dan keluarga yang ditinggalkan.
12. Turut Bergembira atas Kegembiraannya
Janganlah seseorang merasa tidak senang atas keberhasilan tetangganya disebabkan iri. Hal yang justru dianjurkan adalah saling mengucapkan selamat atas keberhasilan sesama tangga.
Adab bertetangga ini mengajak umat Muslim untuk turut berbahagia atas apa yang diperoleh tetangga.
Dengan cara ini perasaan iri atas keberhasilan tetangga bisa dihindarkan dan pertemanan sesama tetangga dapat terjaga.
13. Berbagi Makanan
Adab bertetangga lainnya yakni berbagi makanan dengan tetangga. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alahi wassalam pernah bersabda kepada Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu:
يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً فَأَكْثِرْ مَاءَهَا وَتَعَاهَدْ جِيرَانَكَ
Artinya: “Wahai Abu Dzar, apabila kamu memasak sayur (daging kuah) maka perbanyaklah airnya dan berilah tetanggamu,” (HR. Muslim).
Lalu, utamakan juga tetangga yang memiliki jarak rumah lebih dekat dengan kita. Ini tidak hanya menambah pahala dari Allah SWT, namun juga dapat meningkatkan hubungan dengan baik antar sesama manusia.
Itu dia beberapa adab bertetangga yang dianjurkan dalam Islam. Untuk mendapatkan ketenangan dalam kehidupan bermasyarakat, mari lakukan kebaikan-kebaikan kecil untuk saling membahagiakan. Semoga artikel ini bermanfaat ya!