Kisah Nabi Ismail AS dan Ketaatannya pada Allah SWT

Salah satu cerita nabi yang cukup familiar bagi umat Muslim di seluruh dunia adalah kisah Nabi Ismail. Hal ini tidak lepas dari turunnya perintah berkurban hingga menunaikan ibadah haji bagi umat muslim yang mampu.

Perjalanan hidup Nabi Ismail yang penuh pelajaran, tentunya menjadi acuan kita untuk lebih bertaqwa kepada Allah SWT.

Selain itu, kita juga harus mengimani dan mempercayai segala hal yang Allah berikan kepada Nabi sebagai bentuk perantara.

Kisah Nabi Ismail

Nabi Ismail menjadi tonggak utama dalam sejarah peradaban manusia yang ada di Mekkah. Semula tempat ini hanya pasir tandus dan tidak berpenghuni, sementara sekarang menjadi tempat yang diinginkan dan dirindukan oleh seluruh umat Islam.

Perjalanan Nabi Ismail AS sewaktu kecil hingga dewasa tentunya dipenuhi dengan berbagai ujian dari Allah SWT. Akan tetapi, beliau tetap yakin dan teguh akan kuasa Allah sehingga dakwah beliau sampai hari ini tetap kita jalankan.

Pelajaran berharga ini tentunya harus kita imani dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, penting bagi seluruh umat Islam mengetahui kisah Nabi Ismail dalam memulai peradaban hingga terbentuknya Ka’bah di Mekkah.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang berbunyi:

وَٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ إِسْمَٰعِيلَ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ صَادِقَ ٱلْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَّبِيًّا

Artinya:

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya dan dia adalah seorang rasul dan nabi.” (QS. Maryam: 54).

Berikut ini kisah lengkap dari perjalanan Nabi Ismail mulai kecil hingga wafat yang harus kita ketahui.

1. Nabi Ismail Semasa Lahir

Nabi Ismail AS adalah salah satu nabi yang dihormati dalam Islam dan merupakan putra dari Nabi Ibrahim dari istri kedua, yakni Siti Hajar. Kisahnya yang penuh kepatuhan dan kepercayaan kepada Allah SWT tergambar sejak masa kecilnya.

Nabi Ismail AS memiliki tempat lahir di tanah Kanaan sekitar tahun 1800 Sebelum Masehi (SM). Sebelumnya, Nabi Ibrahim memiliki istri bernama Siti Sarah, Akan tetapi dari pernikahan ini Ibrahim belum mendapatkan keturunan.

Melihat umur Nabi Ibrahim yang semakin beranjak tua dan belum mendapatkan keturunan, maka Siti Sarah mengizinkan Ibrahim untuk menikahi seorang hamba sahaya bernama Siti Hajar.

Setelah menikah dengan Siti Hajar, Nabi Ibrahim dianugerahi bayi laki-laki dan diberi nama Ismail. Alasan pemberian nama ini menurut bahasa Ibrani memiliki arti dan makna yang sangat mendalam.

Baca juga: Hukum Pernikahan Syighar, Pengertian dan Dalil yang Melarangnya!

2. Makna Nama dari Nabi Ismail

Memiliki penulisan asli إِسْمَاعِيْل, sapaan ini tentunya sangat populer di kalangan kaum Muslim karena merupakan salah satu nabi dalam Islam. 

Meski, nama ini memiliki artian dari bahasa Arab, Akan tetapi sejatinya nama Ismail merupakan asal dari bahasa Ibrani.

Kata “Ismail” (إسماعيل) berasal dari akar kata “Sama’a” (سمع), yang berarti “Mendengar,” dan “Ilah” (إله), yang berarti “Allah.” Oleh karena itu, nama Ismail bisa diartikan sebagai “Allah telah mendengar” atau “Allah adalah yang mendengar.”

Makna ini menggambarkan bagaimana Allah SWT mengabulkan doa Nabi Ibrahim dan Siti Hajar untuk mendapatkan seorang anak. 

Selain itu, Nabi Ibrahim juga percaya bahwa Allah adalah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan doa hambanya.

Melihat kehadiran putranya ini dari pasangan Siti Hajar, membuat Nabi Ibrahim sangat bergembira. Hal ini juga yang membuat Nabi Ibrahim tidak henti-hentinya berterima kasih kepada Allah SWT karena sudah menjawab doanya.

3. Melakukan Hijrah ke Mekkah

Kisah Nabi Ismail ini dimulai dari Nabi Ibrahim yang mendapatkan mimpi dari Allah SWT. Beliau mengajak Siti Hajar dan anaknya Ismail yang masih kecil untuk ikut dalam perjalanan atau hijrah menuju tempat yang tandus.

Tempat yang tandus ini sekarang dikenal dengan kota Mekkah sebagai pusat utama dari kiblat umat Muslim di seluruh dunia. 

Awalnya, Nabi Ibrahim tidak memberitahukan mimpi tersebut kepada Siti Hajar sebelum melakukan perjalanan menggunakan unta.

Namun, Siti Hajar yang penasaran akhirnya bertanya kepada Nabi Ibrahim terkait kemana kita akan pergi. Sedangkan tempat yang dituju berupa lembah pasir yang tidak berpenghuni. Siti Hajar terus mengulang pertanyaan tersebut hingga akhirnya.

Siti Hajar bertanya lagi, “Apakah Allah yang memerintahmu?”, Nabi Ibrahim akhirnya mengiyakan pertanyaan tersebut. Kemudian, Siti Hajar menjawab penuh keyakinan bahwa Allah SWT tidak akan menelantarkan mereka.

4. Tiba di Mekkah

Setelah melakukan perjalanan dengan menempuh medan yang cukup sulit, akhirnya mereka sampai di Mekkah. Pada area yang tandus ini mereka mencari tempat yang teduh dan menemukan pohon Dauhah sebagai tempat berlindung.

Kemudian, Nabi Ibrahim meninggalkan mereka berdua di tempat sunyi tersebut. Sembari berkata:

“Tetaplah bertakwa kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya. Percayalah kepada kekuasaan dan rahmat-Nya. Dialah yang memberikan perintah untuk membawa kalian berdua ke tempat yang tandus atau sekarang disebut Mekkah.

Allah SWT tentu akan memberikan perlindungan di tempat yang sunyi ini tanpa perlu kalian takuti. Seandainya, bukan karena perintah dan wahyu dari Allah SWT, saya tidak akan tega meninggalkan kalian berdua, wahai istri dan anakku.

Setelah mendengarkan pesan dari Nabi Ibrahim, Siti Hajar merasa tenang di tempat sunyi. Hanya berbekal air minum dan beberapa biji kurma, hati Siti Hajar mulai berdoa kepada Allah SWT agar selalu senantiasa memberikan perlindungan.

5. Munculnya Air Zam-Zam

Mukjizat pertama yang Allah SWT berikan kepada Nabi Ismail, yakni munculnya air Zam-zam yang sampai saat ini masih mengalir deras di kota Mekkah.

Hal ini tentunya menjadi salah satu bentuk atau tanda dari kehebatan dan kekuasaan Allah SWT.

Setelah sekian lama, bekal yang dibawa oleh Siti Hajar akhirnya habis. Kisah Nabi Ismail yang saat itu masih tergolong bayi terus menangis karena kehausan. Melihat bekal yang sudah habis, lantas Hajar berlari menuju suatu bukit ke bukit lainnya.

Peristiwa berlarinya Siti Hajar dalam mencari air dari bukit Safa ke bukit Marwa sebanyak 7 kali, juga diceritakan dalam Al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi:

إِنَّ ٱلصَّفَا وَٱلْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ ٱللَّهِ ۖ فَمَنْ حَجَّ ٱلْبَيْتَ أَوِ ٱعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَن يَطَّوَّفَ بِهِمَا ۚ وَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ ٱللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ

Innaṣ-ṣafā wal-marwata min sya’ā`irillāh, fa man ḥajjal-baita awi’tamara fa lā junāḥa ‘alaihi ay yaṭṭawwafa bihimā, wa man taṭawwa’a khairan fa innallāha syākirun ‘alīm.

Artinya:

“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 158).

Ketika berada di puncak bukit Marwah, Siti Hajar mendengar seperti ada yang memanggilnya dan berkata bahwa mereka akan ditolong oleh seseorang. Lantas, Allah SWT menurunkan Jibril untuk menolong Siti Hajar dan Ismail.

Allah SWT memerintahkan Jibril untuk menolong dengan membuat mata air yang berasal dari hentakan kaki Ismail. Mata air ini tentunya terus mengalir hingga tanah yang awalnya tandus, sekarang sudah memiliki mata air yang tidak pernah berhenti.

6. Tanah Mekkah yang Mulai Ramai

Adanya sumber mata air yang berasal dari hentakan kaki Nabi Ismail, membuat Siti Hajar sangat bahagia sembari berkata “Zam zam zam”. Arti dari kata ini, yaitu berkumpul dan sebutan untuk air ini masih diterapkan hingga sampai sekarang.

Kisah Nabi Ismail terkait air Zam-zam ini tentunya memberikan banyak. Selain itu, manfaat air yang berlimpah ini juga mulai dirasakan oleh beberapa musafir yang melakukan perjalanan dan melewati Mekkah.

Kemudian, golongan suku Jurhum yang juga merasakan kesulitan air, akhirnya merasakan kenikmatan dari mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi Ismail AS. 

Seiring berjalannya waktu, Mekkah mulai ramai karena adanya sumber air Zam-zam.

Tempat yang dulunya tandus dan sepi, kini menjadi ramai sehingga Siti Hajar dan Nabi Ismail tidak merasakan kesepian. Kehidupan mereka berdua juga semakin baik dan sejahtera.

7. Nabi Ismail yang Beranjak Remaja

Kisah Nabi Ismail yang mulai beranjak remaja sering membantu ibunya dalam menggembala kambing dan biri-biri. Adapun tempat mereka bergembala kambing, yakni di padang Arafah.

Pada Arafah menjadi salah satu tempat yang digunakan oleh umat Muslim untuk melakukan wukuf sebagai rangkaian ibadah haji. 

Selain itu, pada Arafah juga menjadi salah satu tempat bertemunya kembali Nabi Adam dan Hawa setelah turun ke bumi.

Selama menggembala kambing dan biri-biri, Ismail melakukan kegiatan tersebut dengan penuh keyakinan dan kesabaran. Selain itu, Ismail juga bersama masyarakat Mekkah menjaga kesucian air Zam-zam untuk keberlangsungan hidup.

8. Terbentuknya Ka’bah

Terbentuknya Ka’bah merupakan salah satu perintah Allah SWT atas Nabi Ibrahim dan Ismail. Bangunan ini juga Allah SWT jelaskan di Al-Qur’an sebagaimana perintahnya untuk membangun rumah suci sebagai arah yang dituju oleh manusia.

وَاِذۡ يَرۡفَعُ اِبۡرٰهٖمُ الۡقَوَاعِدَ مِنَ الۡبَيۡتِ وَاِسۡمٰعِيۡلُؕ رَبَّنَا تَقَبَّلۡ مِنَّا​ؕ اِنَّكَ اَنۡتَ السَّمِيۡعُ الۡعَلِيۡمُ‏ ١٢٧ رَبَّنَا وَاجۡعَلۡنَا مُسۡلِمَيۡنِ لَـكَ وَ مِنۡ ذُرِّيَّتِنَآ اُمَّةً مُّسۡلِمَةً لَّكَ وَاَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبۡ عَلَيۡنَا ۚ اِنَّكَ اَنۡتَ التَّوَّابُ الرَّحِيۡمُ‏  ١٢٨

Artinya:

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan (ibadah) haji kami, dan terimalah tobat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 127-128).

Nabi Ibrahim kemudian mengajak Ismail untuk menjalankan perintah tersebut. 

Mereka mengambil batu-batu besar yang digunakan sebagai pondasi untuk membangun Ka’bah. Selain itu, Ibrahim juga mengajarkan Ismail untuk bertaqwa kepada Allah.

Ketika mereka membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim dan Ismail berdoa agar tempat itu menjadi sumber berkah dan pusat ibadah bagi semua manusia di seluruh dunia untuk menghormati Allah SWT.

Setelah selesai, mereka mengelilingi Ka’bah sebagai tanda terima kasih dan penghormatan kepada Allah SWT. Kisah Nabi Ismail dan Ibrahim ini dalam membangun Ka’bah memiliki makna penting untuk umat Islam.

Setiap tahun, umat Islam dari berbagai penjuru dunia datang ke Mekah untuk menjalankan ibadah haji dan melakukan Tawaf di sekitar Ka’bah. 

Hal ini sebagai tanda penghormatan kepada Ibrahim dan Ismail serta sebagai bentuk ibadah kepada Allah.

Sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi:

ثُمَّ لْيَقْضُوا۟ تَفَثَهُمْ وَلْيُوفُوا۟ نُذُورَهُمْ وَلْيَطَّوَّفُوا۟ بِٱلْبَيْتِ ٱلْعَتِيقِ

Ummalyaqḍụ tafaṡahum walyụfụ nużụrahum walyaṭṭawwafụ bil-baitil-‘atīq.

Artinya:

“Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).” (QS. Al-Hajj: 29).

9. Nabi Ibrahim Menyembelih Ismail

Sebagai ujian kesetiaannya kepada Allah, Nabi Ibrahim diberi perintah untuk mengorbankan putranya, Nabi Ismail AS. Meskipun hatinya penuh dengan kesedihan, Nabi Ibrahim AS bersiap dan tetap menjalankan perintah Allah SWT.

Selama perjalanan menuju tempat penyembelihan, Nabi Ismail AS bertanya kepada ayahnya tentang tujuan perjalanan dan Nabi Ibrahim AS dengan jujur menjelaskan situasi yang mereka hadapi.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Artinya:

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. As-Shaffat: 102).

Nabi Ismail dengan ketenangan dan kesetiaan yang luar biasa kepada Allah, menerima takdirnya dan bahkan meminta ayahnya untuk menutup matanya saat proses penyembelihan berlangsung di Jabal Qurban.

Namun, pada saat penyembelihan yang mendekati akhir, Allah SWT mengganti Nabi Ismail AS dengan seekor domba sebagai korban yang diterima-Nya. 

Penggantian ini atas kesetiaan dan iman tulus yang ditunjukkan oleh Nabi Ismail AS dan Nabi Ibrahim.

Hal ini sebagaimana firman Allah SWT terkait perintah tersebut dan menggantinya dengan seekor domba yang berukuran besar.

وَفَدَيْنَٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

Wa fadaināhu biżib-ḥin ‘aẓīm.

Artinya:

Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (QS. As-Shaffat: 107).

Selain itu, peristiwa ini menjadi salah satu peristiwa penting dalam sejarah agama Islam. Sampai saat ini peristiwa kurban dalam kisah Nabi Ismail dan Ibrahim tetap dilakukan umat Muslim di seluruh dunia saat Idul Adha.

10. Kisah Nabi Ismail ketika Diangkat sebagai Nabi

Setelah berlalu waktu yang cukup lama, Nabi Ismail AS bersama ayahnya melakukan misi dakwah. Akhirnya, dia ditunjuk Allah SWT untuk diangkat sebagai seorang nabi dan rasul.

Pemilihan Nabi Ismail AS sebagai nabi karena memiliki sifat-sifat yang sangat luhur. Beliau sangat patuh kepada Allah SWT, penuh kasih sayang dan penghormatan terhadap orangtuanya.

Selain itu, Nabi Ismail juga memiliki akhlak yang baik serta selalu memenuhi janji dan bijaksana dalam tindakan hingga perkataannya. Allah SWT juga berfirman sebagaimana ayat dalam Al-Qur’an yang berbunyi:

وَٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ إِسْمَٰعِيلَ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ صَادِقَ ٱلْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَّبِيًّا

Ważkur fil-kitābi ismā’īla innahụ kāna ṣādiqal-wa’di wa kāna rasụlan nabiyyā.

Artinya:

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya dan dia adalah seorang rasul dan nabi.” (QS. Maryam: 54).

11. Nabi Ismail AS Wafat

Menurut catatan dalam sejarah Islam, Nabi Ismail AS menghembuskan napas terakhirnya pada tahun 1779 SM di Makkah, Arab Saudi.  Ketika usianya telah mencapai sekitar 137 tahun.

Setelah meninggal, Nabi Ismail AS dikebumikan di dekat makam ibunda, Siti Hajar di lokasi Hijir Ismail. Setelah kepulangannya, tugas dakwah untuk patuh dan tunduk kepada Allah SWT dilanjutkan oleh penerusnya.

Kisah Nabi Ismail dari waktu lahir hingga wafat ini tentunya memiliki arti dan makna yang dalam. Sebagai umat Islam yang mengimani nabi dan rasul sebagai utusan Allah, tentunya meyakini bahwa semua yang dijalankan merupakan perintah-Nya.

Share:

Reskia pernah menjabat sebagai Sekretaris Divisi Media Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sumbagsel tahun 2020. Ia senang berbagi pengetahuan yang ia peroleh. Because sharing is caring.

Leave a Comment