Nabi Luth merupakan nabi ke-7 dari total 25 nabi dan rasul yang wajib diimani oleh umat Islam. Kisah Nabi Luth yang paling terkenal adalah tentang kaumnya, yaitu Sodom, yang mendapatkan azab dari Allah SWT karena perbuatan menyimpangnya.
Kisah tersebut juga tercantum dalam Al-Qur’an sehingga bisa menjadi petunjuk bagi umat Islam atas kesalahan kaum terdahulunya. Dengan begitu, umat muslim tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga terhindar dari murka Allah SWT.
Lebih dari pada itu, kisah perjalanan Nabi Luth masih cukup panjang untuk menjadi teladan dan inspirasi bagi siapa pun yang mengimaninya. Untuk itu, mari simak perjalanan Nabi Luth dalam menyampaikan ajaran Allah di kalangan kaum Sodom!
Daftar ISI
Kisah Nabi Luth Diutus ke Kota Sodom
Tidak banyak kisah yang membahas silsilah Nabi Luth a.s. secara terperinci, namun diketahui bahwa Ia merupakan keponakan dari Nabi Ibrahim a.s. Ayahnya bernama Haran bin Thareh merupakan saudara kandung dari Ibrahim.
Haran bin Thareh sendiri memiliki saudara kembar bernama Nahar. Jika disimpulkan, garis keturunan Nabi Luth adalah Luth bin Haran, bin Azara bin Nahar, bin Suruj bin Ra’u, bin Falij bin ‘Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh.
Sementara itu, Nabi Luth memiliki istri bernama Wali’ah dan telah dikaruniai dua orang anak perempuan bernama Raitsa dan Zaghrata.
Kisah Nabi Luth sebelum diutus oleh Allah SWT sebagai nabi, sempat ikut bersama pamannya Ibrahim dari Mesir untuk menuju kembali ke Kota Syam. Luth a.s. adalah satu dari sebagian kecil kaum Nabi Ibrahim yang beriman dan bersedia mengikutinya.
Saat itu, Nabi Ibrahim bersama pengikutnya kembali ke Kota Syam untuk melanjutkan bisnisnya. Sampai akhirnya, Allah SWT mengangkat Luth sebagai nabi dan memerintahkannya untuk tinggal dan menetap di Kota Shadum (Sodom).
Hal ini juga tercantum dalam Al Qur’an QS. Al-A’raf ayat 80-81:
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِۦٓ أَتَأْتُونَ ٱلْفَٰحِشَةَ مَا سَبَقَكُم بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِّنَ ٱلْعَٰلَمِينَ
Wa lụṭan iż qāla liqaumihī a ta`tụnal-fāḥisyata mā sabaqakum bihā min aḥadim minal-‘ālamīn
Artinya:
Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?”
إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ ٱلرِّجَالَ شَهْوَةً مِّن دُونِ ٱلنِّسَآءِ ۚ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُونَ
Innakum lata`tụnar-rijāla syahwatam min dụnin-nisā`, bal antum qaumum musrifụn
Artinya:
“Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.”
Kaum Sodom dikenal sebagai bangsa yang gemar berbuat maksiat, suka meminum khamr, dan menyukai perbuatan zina. Akhlak mereka tergolong parah sehingga sangat sulit untuk dibenahi dan dituntun ke jalan yang lurus.
Tidak ada adab di tempat ini, bahkan kasus pencurian juga merupakan hal yang biasa terjadi. Salah satu perbuatan zina yang menjadi ciri khas kaum Sodom adalah berhubungan seks dengan sesama jenis atau perilaku homoseksual.
Perbuatan ini tidak hanya dilakukan oleh satu atau dua orang saja, tetapi hampir seluruh penduduk kota baik pria ataupun wanita. Kota Sodom sendiri berada di pusat perdagangan sehingga banyak pedagang yang dirampok ketika melewatinya.
Jika para musafir yang hendak berdagang berwajah tampan, maka mereka akan diculik dan dipaksa bersetubuh oleh para laki-laki. Jika dirasa kurang tampan, maka mereka akan dibunuh dan dicuri harta bendanya.
Sebaliknya, jika musafir tersebut adalah perempuan, maka mereka akan menjadi mangsa dari para wanita kaum sodom. Seperti inilah gambaran perilaku tak bermoral dari para kaum sodom, baik laki-laki maupun perempuan di zaman itu.
Hal ini menggambarkan betapa buruknya akhlak dari para penduduk kaum Sodom. Bahkan, keburukan akhlak tersebut terjadi di hampir seluruh penduduknya sehingga Allah mengancam akan mengazabnya.
Baca juga: 13 Manfaat Sholat Hajat agar Dikabulkan Keinginan dan Harapan
Kisah Nabi Luth dan Azab bagi Kaum Sodom
Perjalanan dakwah Nabi Luth a.s. di tengah-tengah kaum Sodom bukanlah sesuatu yang mudah. Banyak pertentangan yang justru Ia dapatkan dari bangsa Sodom. Bahkan, para kaum Sodom akan mengusirnya jika terus berdakwah pada mereka.
Hal ini seperti disebutkan dalam Al Qur’an, Surat Al-A’raf ayat 82:
وَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِۦٓ إِلَّآ أَن قَالُوٓا۟ أَخْرِجُوهُم مِّن قَرْيَتِكُمْ ۖ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ
Wa mā kāna jawāba qaumihī illā ang qālū akhrijụhum ming qaryatikum, innahum unāsuy yataṭahharụn
Artinya:
Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri”.
Ayat di atas menggambarkan respon dari kaum Sodom atas dakwah yang disampaikan Nabi Luth. Padahal, kewajiban mereka adalah membenarkan status kenabian Luth a.s., mematuhi semua perintahnya, dan juga menjalankan seruannya.
Kisah Nabi Luth dan pembangkangan kaum Sodom tersebut juga diceritakan dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syu’ara ayat 160-167:
وَلَمَّا جَاۤءَتْ رُسُلُنَا لُوْطًا سِيْۤءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَّقَالَ هٰذَا يَوْمٌ عَصِيْبٌ وَجَاۤءَهٗ قَوْمُهٗ يُهْرَعُوْنَ اِلَيْهِۗ وَمِنْ قَبْلُ كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ السَّيِّاٰتِۗ قَالَ يٰقَوْمِ هٰٓؤُلَاۤءِ بَنَاتِيْ هُنَّ اَطْهَرُ لَكُمْ فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَلَا تُخْزُوْنِ فِيْ ضَيْفِيْۗ اَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَّشِيْدٌ قَالُوْا لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِيْ بَنٰتِكَ مِنْ حَقٍّۚ وَاِنَّكَ لَتَعْلَمُ مَا نُرِيْدُ قَالَ لَوْ اَنَّ لِيْ بِكُمْ قُوَّةً اَوْ اٰوِيْٓ اِلٰى رُكْنٍ شَدِيْدٍ قَالُوْا يٰلُوْطُ اِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَّصِلُوْٓا اِلَيْكَ فَاَسْرِ بِاَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِّنَ الَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ اَحَدٌ اِلَّا امْرَاَتَكَۗ اِنَّهٗ مُصِيْبُهَا مَآ اَصَابَهُمْ ۗاِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ ۗ اَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيْبٍ
Każżabat qaumu lụṭinil-mursalīn. Iż qāla lahum akhụhum lụṭun alā tattaqụn. Innī lakum rasụlun amīn. Fattaqullāha wa aṭī’ụn. Wa mā as`alukum ‘alaihi min ajrin in ajriya illā ‘alā rabbil-‘ālamīn. A ta`tụnaż-żukrāna minal-‘ālamīn. Wa tażarụna mā khalaqa lakum rabbukum min azwājikum, bal antum qaumun ‘ādụn. Qālụ la`il lam tantahi yā lụṭu latakụnanna minal-mukhrajīn
Artinya:
Kaum Luth telah mendustakan para rasul – (QS. Asy-Syu’ara ayat 160).
Ketika saudara mereka, Luth, berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak bertakwa? – (QS. Asy-Syu’ara ayat 161).
“Sesungguhnya aku adalah seorang rasul terpercaya (yang diutus) kepadamu” – (QS. Asy-Syu’ara ayat 162).
“Maka, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku” – (QS. Asy-Syu’ara ayat 163).
“Aku tidak meminta imbalan kepadamu atas (ajakan) itu. Imbalanku tidak lain hanyalah dari tuhan semesta alam” (QS. Asy-Syu’ara ayat 164).
“Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki di antara manusia (berbuat homoseks)?” – (QS. Asy-Syu’ara ayat 165).
“Sementara itu, kamu tinggalkan (perempuan) yang diciptakan Tuhan untuk menjadi istri-istrimu? Kamu (memang) kaum yang melampaui batas” – (QS. Asy-Syu’ara ayat 166).
Mereka menjawab, “Wahai Luth, jika tidak berhenti (melarang kami), niscaya engkau benar-benar akan termasuk orang-orang yang diusir.” – (QS. Asy-Syu’ara ayat 167).
Seketika itu, Nabi Luth pun berdoa kepada Allah SWT untuk memberi azab kepada kaum Sodom. Hingga akhirnya, Allah mengirimkan tiga malaikat ke bumi untuk memberikan azab kepada kaum Nabi Luth tersebut.
1. Kedatangan Malaikat kepada Nabi Ibrahim
Sebelum menemui Luth a.s., ketiga malaikat yang diutus Allah tersebut terlebih dahulu mendatangi Nabi Ibrahim. Mereka hendak memberi kabar gembira akan kelahiran Nabi Ishaq sekaligus mengabarkan bahwa mereka adalah para malaikat utusan Allah.
Hal ini tercantum dalam Al-Qur’an Surat Az-Zariyat ayat 24-35. Di situ dikisahkan bahwasanya suatu hari Nabi Ibrahim kedatangan tiga orang yang belum pernah Ia kenal sebelumnya. Ketiga orang tersebut tiba-tiba saja datang dan masuk ke rumahnya.
Usai menjawab salam, Ibrahim pun mempersilakan mereka untuk masuk dan duduk. Nabi Ibrahim yang belum menyadari bahwa mereka adalah malaikat, lantas meminta istrinya untuk menghidangkan daging anak sapi gemuk yang telah dibakar.
Akan tetapi, ketiga orang tersebut sama sekali tak menghiraukan daging sapi yang telah dihidangkan dan hanya diam. Mendapati hal tersebut, Ibrahim merasa takut lantara para tamu tersebut tak belum dikenalnya dan tak menghiraukan hidangannya.
Melihat Ibrahim yang ketakutan, ketiga orang tersebut lantas memberitahunya agar jangan takut karena kedatangan mereka adalah sebagai malaikat utusan Allah yang membawa kabar gembira, yaitu kabar kehamilan istrinya atas anak bernama Ishaq.
Mendengar itu, istri Nabi Ibrahim lantas menepuk mukanya sendiri dan mengatakan bahwa Ia adalah wanita tua yang mandul. Lalu, malaikat menjawab bahwa apa yang mereka sampaikan adalah dari Allah yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui.
Lebih lanjut, Ibrahim pun bertanya tentang apalagi urusan para malaikat tersebut. Malaikat menjawab bahwa mereka juga diutus untuk memberi azab suatu kaum, yaitu kaum Sodom yang telah melampaui batas.
Ibrahim yang mendengar jawaban tersebut sontak memohon agar mereka menunda penurunan azab bagi kaum Sodom lantaran di sana terdapat keponakannya, yang tidak lain adalah Nabi Luth a.s.
Selain itu, Ia juga meminta mereka (para malaikat) untuk memberi kesempatan bilamana ada penduduk kaum Sodom yang bertobat.
Akan tetapi, malaikat menolaknya karena merekalah yang lebih tahu siapa yang ada di sana. Mereka juga menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman akan diselamatkan, termasuk Nabi Luth, pengikut, serta keluarganya, kecuali istrinya.
Hal itu lantaran istri Nabi Luth termasuk orang yang telah membangkang terhadap suaminya. Sampai akhirnya, pergilah para malaikat tadi ke Kota Sodom untuk menemui Nabi Luth dan menyampaikan maksud kedatangannya.
2. Kedatangan Malaikat kepada Nabi Luth
Kisah Nabi Luth pun berlanjut hingga ketiga orang yang merupakan malaikat tadi hampir tiba di Kota Sodom. Di dalam perjalanannya tersebut, mereka bertemu dengan dua gadis cantik yang tidak lain adalah anak-anak dari Nabi Luth.
Tiga pemuda (malaikat) tersebut lantas bertanya apakah mereka bisa diterima untuk bertamu di rumahnya. Kedua gadis tersebut tak berani untuk memberikan jawaban dan akan merundingkannya terlebih dahulu dengan keluarganya.
Akhirnya, kedua anak Nabi Luth pun bergegas pulang ke rumah dan memberitahu ayahnya tentang kedatangan para tamu tersebut.
Mendengar cerita dari kedua anaknya, Nabi Luth memutuskan untuk mau menerima ketiga pemuda tersebut. Ia juga berpesan kepada anak-anaknya agar merahasiakan kedatangan ketiga pemuda tadi dari penduduk di kaumnya.
Akan tetapi, istri Nabi Luth yang mendengar percakapan tersebut lantas membocorkan kepada warga kaum Sodom. Para lelaki di sana yang buta akan hasrat seksual sesama jenis akhirnya datang ke rumah Luth a.s. untuk memuaskan nafsu mereka.
Kisah Nabi Luth kembali berlanjut dengan para kaum Sodom yang datang untuk melampiaskan nafsunya terhadap tamu yang datang ke rumah Luth. Tak lama berselang, mereka pun tiba dan mulai menggedor-gedor rumah Nabi Luth.
Mereka mengatakan kepada Nabi Luth bahwasanya mereka telah bersepakat jika dilarang membawa tamu masuk tanpa seizin penduduk kota.
Dalam keadaan terdesak dan demi melindungi tamunya, Nabi Luth pun menawarkan kepada penduduk agar sebaiknya menikahi saja putri-putrinya dan meninggalkan perilaku menyukai sesama jenis. Sayangnya, hal itu ditolak oleh penduduk.
Sampai akhirnya, ketiga pemuda tadi (para malaikat) meminta Luth agar membuka pintu rumah selebar-lebarnya seraya memberitahu kepada Luth bahwa mereka adalah malaikat yang diutus oleh Allah SWT.
Ketika orang-orang yang haus akan seks tersebut menginjakkan kakinya masuk, tiba-tiba gelaplah pandangan mereka. Hal itu lantaran malaikat telah membutakan mata mereka sehingga tidak mampu melihat apa pun di sekelilingnya.
Para penduduk kaum Sodom pun membuat perhitungan kepada Luth dan akan datang kembali keesokan paginya. Lantas, para malaikat meminta Nabi Luth beserta keluarga dan pengikutnya untuk pergi meninggalkan Kota Sodom pada malam hari.
Malaikat juga memerintahkan agar tak seorang pun dari mereka ada yang menoleh ke belakang saat pergi meninggalkan kota tersebut. Setelah tiba malam hari, mereka pun bergegas meninggalkan Kota Sodom.
Rombongan tersebut terdiri dari Nabi Luth dan keluarganya, termasuk istri dan kedua anaknya. Ada juga beberapa pengikut Nabi Luth yang beriman ikut dalam rombongan tersebut.
Saat sudah beranjak pergi, istri Nabi Luth justru menoleh dan berbalik ke arah kaumnya karena merasa tidak tega. Sementara rombongan Nabi Luth terus beranjak pergi meninggalkan kota yang penuh kemaksiatan tersebut.
Seketika itu juga, tanah pun bergetar yang disusul dengan gempa bumi dahsyat. Batu-batu besar juga terus menghujani seluruh Kota Sodom tanpa sisa sehingga banyak mayat berhamburan di sana. Seketika itu juga, hancurlah Kota Sodom beserta isinya.
Akan tetapi, sisa-sisa kehancuran kota tersebut tetap dijaga oleh Allah SWT sebagai pengingat bagi kaum-kaum setelahnya. Kisah Nabi Luth ini juga diabadikan di dalam Al-Qur’an Surat Al-Hijr ayat 73-76:
فَاَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ مُشْرِقِيْنَۙ . فَجَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَاَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ حِجَارَةً مِّنْ سِجِّيْلٍ . اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّلْمُتَوَسِّمِيْنَۙ . وَاِنَّهَا لَبِسَبِيْلٍ مُّقِيْمٍ .
Fa akhażat-humuṣ-ṣaiḥatu musyriqīn. Fa ja’alnā ‘āliyahā sāfilahā wa amṭarnā ‘alaihim ḥijāratam min sijjīl. Inna fī żālika la`āyātil lil-mutawassimīn. Wa innahā labisabīlim muqīm
Artinya:
“Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit. Maka Kami jungkirbalikkan (negeri itu) dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang memperhatikan tanda-tanda. Dan sungguh, (negeri) itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia).”
Itulah akhir dari kisah Nabi Luth beserta para kaumnya yang telah dibinasakan oleh Allah SWT melalui azab yang begitu dahsyat.
Dari kisah di atas, dapat kita petik kesimpulan bahwasanya segala perbuatan kita di dunia hendaknya tidak melampaui batas. Kita harus senantiasa menjalani perintah Allah SWT dan menjauhi segala apa yang dilarangnya.
Kisah di atas juga menegaskan bahwasanya kodrat sebagai laki-laki dan juga perempuan sudah jelas dan tidak ada penyimpangan di antaranya. Semoga kisah Nabi Luth di atas bisa mendatangkan manfaat untuk kita dan semua yang mengimaninya.