5 Hadits tentang Anak Yatim dan Keutamaannya dalam Islam

Anak yatim merupakan seorang anak yang sudah tidak memiliki ayah di dunia. Tempatnya sangat istimewa bagi setiap Muslim. Hal ini karena banyak sekali hadits tentang anak yatim yang dijelaskan langsung oleh Rasulullah SAW.

Beliau sangat mencintai anak yatim. Selain karena sebagai wujud kasih sebab sudah tidak memiliki ayah, anak yatim ini benar sangat mulia. Dari sekian banyak doa yang orang muslim panjatkan, satu doa anak yatim jauh lebih cepat mencapai langit Allah SWT.

Bahkan, dalam Al-Qur’an pun Allah SWT ceritakan dan sebagai muslim kita wajib untuk menyantuninya. Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk tahu apa saja sih yang diajarkan di dalam Al-Qur’an dan hadits mengenai anak yatim ini.

Hadits tentang Anak Yatim

Sebenarnya ada banyak sekali hadits yang membahas tentang anak yatim. Namun, sebagai muslim sudah sepatutnya kita tahu hadits tersebut. Mengingat tidak sedikit kita temukan hadits palsu yang beredar.

Oleh karena itu, simak beberapa hadits tentang anak yatim yang dapat kita ketahui berikut ini:

1. Memuliakan Anak Yatim

Sesuai dengan ajaran dari Rasulullah SAW, bahwa memuliakan anak yatim seakan menjadi kewajiban setiap muslim. Mengapa demikian? Karena anak yatim sudah tidak memiliki bapak sebagai kepala keluarganya.

Sehingga membantunya dalam menyelesaikan setiap permasalahan, seperti dari segi keuangan ataupun masalah lainnya seakan menjadi hal penting. Namun, jangan sampai kita salah menafsirkan, ya.

Karena terdapat salah satu hadits palsu dalam kitab Tanbihul Ghafilin yang menyebutkan:

من مسح يده على رأس يتيم يوم عاشوراء رفع الله تعالى بكل شعرة درجة

Artinya:

Siapa yang mengusapkan tangannya pada kepala anak yatim, di hari Asyuro’ (tanggal 10 Muharram), maka Allah akan mengangkat derajatnya, dengan setiap helai rambut yang diusap satu derajat.

Berdasarkan potongan ayat tersebut telah dijelaskan bahwa terdapat ajaran untuk menyantuni anak yatim di hari istimewa Asyura. Padahal, Rasulullah SAW tidak pernah menjelaskan waktu-waktu tertentu untuk memberikan santunan.

Bahkan, Rasulullah SAW saja pernah bersabda:

أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ كَهَاتَيْنِ فِى الْجَنَّةِ , وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى , وَفَرَّقَ بَيْنَهُمَا قَلِيلاً

Artinya:

“Saya dan orang yang menanggung hidup anak yatim seperti dua jari ini ketika di surga.” Beliau berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah, dan beliau memisahkannya sedikit.” (HR. Bukhari no. 5304).

Potongan hadits di atas menjelaskan bahwa keutamaan dalam memberikan santunan kepada anak yatim bisa berlaku kapan saja. Hal ini menunjukkan tidak ada waktu khusus yang Rasulullah SAW jelaskan dalam beberapa dalil shahih.

Baca juga: 6 Keutamaan Umroh, Penghapus Hingga Penghilang Kefakiran

2. Memelihara Anak Yatim dari Abu Hurairah RA

Berikutnya, hadits tentang anak yatim juga bisa kita temukan dari Abu Hurairah RA:

حَدَّثَنَا عَطَاءُ بْنُ يَسَارٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يُحَدِّثُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَلَسَ ذَاتَ يَوْمٍ عَلَى الْمِنْبَرِ وَجَلَسْنَا حَوْلَهُ فَقَالَ إِنِّي مِمَّا أَخَافُ عَلَيْكُمْ مِنْ بَعْدِي مَا يُفْتَحُ عَلَيْكُمْ مِنْ زَهْرَةِ الدُّنْيَا وَزِينَتِهَا فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَوَيَأْتِي الْخَيْرُ بِالشَّرِّ فَسَكَتَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقِيلَ لَهُ مَا شَأْنُكَ تُكَلِّمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا يُكَلِّمُكَ فَرَأَيْنَا أَنَّهُ يُنْزَلُ عَلَيْهِ قَالَ فَمَسَحَ عَنْهُ الرُّحَضَاءَ فَقَالَ أَيْنَ السَّائِلُ وَكَأَنَّهُ حَمِدَهُ فَقَالَ إِنَّهُ لَا يَأْتِي الْخَيْرُ بِالشَّرِّ وَإِنَّ مِمَّا يُنْبِتُ الرَّبِيعُ يَقْتُلُ أَوْ يُلِمُّ إِلَّا آكِلَةَ الْخَضْرَاءِ أَكَلَتْ حَتَّى إِذَا امْتَدَّتْ خَاصِرَتَاهَا اسْتَقْبَلَتْ عَيْنَ الشَّمْسِ فَثَلَطَتْ وَبَالَتْ وَرَتَعَتْ وَإِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ فَنِعْمَ صَاحِبُ الْمُسْلِمِ مَا أَعْطَى مِنْهُ الْمِسْكِينَ وَالْيَتِيمَ وَابْنَ السَّبِيلِ أَوْ كَمَا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِنَّهُ مَنْ يَأْخُذُهُ بِغَيْرِ حَقِّهِ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ وَيَكُونُ شَهِيدًا عَلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya:

Dari ‘Atha’ bin Yasar bahwa dia mendengar Abu Sa’id Al Khudri RA menceritakan bahwa Rasulullah SAW suatu hari duduk di atas mimbar dan kami pun duduk di dekatnya.

Lalu beliau berkata: “Sesungguhnya di antara yang aku khawatirkan terjadi pada kalian sepeninggalku adalah apabila telah dibuka untuk kalian (keindahan) dunia serta perhiasannya.” Tiba-tiba ada seorang laki-laki berkata: “Wahai Rasulullah, apakah kebaikan dapat mendatangkan keburukan?”

Maka Nabi SAW terdiam. Dikatakan kepada orang yang bertanya tadi: “Apa yang telah kamu lakukan, kamu mengajak Nabi SAW berbicara yang membuat Beliau tidak berbicara kepadamu.” Maka kami melihat bahwa wahyu sedang turun kepada beliau.

Abu Said berkata: “Beliau mengusap keringatnya yang banyak lalu berkata, “Mana orang yang bertanya tadi?” Lalu nampak beliau memuji Allah seraya bersabda:

“Kebaikan tidak akan mendatangkan keburukan. Sesungguhnya apa yang ditumbuhkan pada musim semi dapat membinasakan atau dapat mendekatkan kepada kematian kecuali seperti (ternak) pemakan dedaunan hijau yang apabila sudah kenyang dia akan memandang matahari lalu mencret kemudian kencing lalu dia kembali merumput (makan lagi).

Dan sungguh harta itu seperti dedaunan hijau yang manis. Maka, beruntunglah seorang muslim yang dengan hartanya dia memberi orang-orang miskin, anak yatim, dan ibnu sabil (musafir yang kehabisan bekal).“

3. Janji Allah SWT untuk Muslim yang Mengikutsertakan Seorang Anak Yatim

Riwayat dari Abu Ya’la dan Thobrani, Shahih At Targhib Al Albani:

مَنْ ضَمَّ يَتِيْمًا بَيْنَ أَبَوَيْنِ مُسْلِمَيْنِ فِيْ طَعَامِهِ وَ شَرَابِهِ حَتَّى يَسْتَغْنِيَ عَنْهُ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ

Artinya:

“Barang siapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim di antara dua orang tua Muslim, dalam makan dan minumnya, sehingga mencukupinya maka ia pasti masuk surga.”

Riwayat di atas diambil dari sebuah kisah seorang laki-laki yang datang menemui Rasulullah SAW. Tujuannya untuk mengeluh tentang kekerasan hatinya yang sulit lunak.

Lalu, Rasulullah SAW pun menjawab “Apakah kamu suka jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhan dapat terpenuhi? Maka, kasihanilah anak yatim dengan mengusap mukanya, serta beri mereka makan dari makananmu, maka niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu dapat terpenuhi.”

Dari riwayat ini dapat kita simpulkan bahwa untuk membuat hati semakin dekat dengan Allah SWT dan lebih lembut. Maka, kita perlu menjaga kelembutannya dengan mengasihi anak yatim. Dengan begitu, hidup akan menjadi lebih tenang dan nyaman.

4. Mengurus Anak Yatim seperti Qiyamul Lail

Pernahkah kita mendengar hadits tentang anak yatim mengenai fadhilah dari qiyamul lail dan berpuasa di siang hari? Hadits ini dapat kita temukan juga dari Abu Hurairah:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُ بَيْتٍ فِي الْمُسْلِمِينَ بَيْتٌ فِيهِ يَتِيمٌ يُحْسَنُ إِلَيْهِ وَشَرُّ بَيْتٍ فِي الْمُسْلِمِينَ بَيْتٌ فِيهِ يَتِيمٌ يُسَاءُ إِلَيْهِ

Artinya:

“Dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: ‘Sebaik-baik rumah di kalangan kaum muslimin adalah rumah yang terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan baik.

Dan sejelek-jelek rumah di kalangan kaum muslimin adalah rumah yang terdapat anak yatim dan dia diperlakukan dengan buruk.”

عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ عَالَ ثَلَاثَةً مِنْ الْأَيْتَامِ كَانَ كَمَنْ قَامَ لَيْلَهُ وَصَامَ نَهَارَهُ وَغَدَا وَرَاحَ شَاهِرًا سَيْفَهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَكُنْتُ أَنَا وَهُوَ فِي الْجَنَّةِ أَخَوَيْنِ كَهَاتَيْنِ أُخْتَانِ وَأَلْصَقَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةَ وَالْوُسْطَى

Artinya:

Dari Abdullah bin Abbas dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mengurus tiga anak yatim maka ia ibarat orang yang melakukan qiyamul lail pada malam harinya, berpuasa pada siang harinya, berangkat pagi dan sore hari dengan pedang terhunus di jalan Allah, aku dan dia berada di surga seperti dua saudara sebagaimana dua ini yang bersaudara.” Dan beliau menempelkan dua jarinya, yaitu jari telunjuk dan jari tengah.”

5. Memuliakan Anak Yatim

Dari beberapa hadist yang membahas tentang anak yatim, ada salah satu hadits dari riwayat Ahmad dan Abu Dawud yang berbunyi:

ياَ سَائِبُ انْظُرْ أَخْلاَقَكَ الَّتِيْ كُنْتَ تَصْنَعُهَا فِيْ الجْاَهِلِيَّةِ فَاجْعَلْهَا فِيْ اْلإِسْلاَمِ. أَقْرِ الضَّيْفَ و أَكْرِمِ الْيَتِيْمَ وَ أَحْسِنْ إِلَى جَارِكَ

Artinya:

“Wahai Saib, perhatikanlah akhlak yang biasa kamu lakukan ketika kamu masih dalam kejahiliyahan, maka laksanakanlah pula dalam keislaman. Jamulah tamu, muliakanlah anak yatim, dan berbuat baiklah kamu pada tetanggamu.”

Riwayat ini menjelaskan bagaimana kita dianjurkan oleh Rasulullah SAW sebagai wali Allah untuk memuliakan anak yatim. Mulai dari memberikan makanan terbaik, tempat paling bagus, hingga mencukupi kebutuhannya sesuai kemampuan.

Allah SWT memang mengangkat ayahnya dari kehidupan anak tersebut. Namun, Allah SWT menggantikannya dengan keberadaan orang-orang muslim baik di sekelilingnya. Maha Suci Allah dengan Segala KeagunganNya.

Keutamaan Memuliakan Anak Yatim dalam Islam

Keutamaan Memuliakan Anak Yatim dalam Islam

Anak yatim memang memiliki kedudukan yang sangat istimewa. Tidak hanya pada Rasulullah SAW saja, melainkan seluruh umat Muslim di seluruh dunia. Sehingga, Allah SWT menitipkan banyak keutamaan ketika kita mau memuliakan anak yatim.

Apa saja sih keutamaan dari memuliakan anak yatim dalam Islam itu? Ini dia keutamaannya: 

1. Mendapat Jaminan Masuk Surga

Surga menjadi tempat yang paling dirindukan dan diinginkan oleh semua orang. Bagi seorang muslim, surga adalah impian paling utama sehingga rela melakukan berbagai cara untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT.

Apalagi tujuan sebenarnya dari kehidupan manusia adalah mempersiapkan bekal untuk kehidupan di akhirat. Di mana, kehidupan akhirat ini sangat abadi.

Nah, ada salah satu hadits yang membahas bagaimana cara agar kita bisa masuk surga dengan baik. Hadits ini menurut Tirmidzi dari Ibnu Abbas.

“Orang-orang yang memelihara anak yatim di antara umat muslimin, memberikan mereka makan dan minum, pasti Allah memasukkannya ke dalam surga, kecuali ia melakukan dosa yang tidak bisa diampuni.” (HR Tirmidzi dari Ibnu Abbas).

Jadi, kita sebagai manusia ketika tidak melakukan kesalahan yang sangat fatal. Maka, Allah SWT akan selalu membuka pinta maaf dan rahmat kepada kita.

2. Terjauhkan dari Siksaan Api Neraka

Kalau surga menjadi tempat paling dinantikan setiap muslim maka api neraka menjadi tempat paling pedih dan menyakitkan bagi setiap manusia. Karena, siksaannya akan 60x lebih sakit daripada luka di akhirat.

Untuk terhindar dari siksaan api neraka yang bisa manusia lakukan salah satunya dengan menyantuni anak yatim. Keutamaan dari menyantuni anak yatim ini bisa kita lihat dari hadits riwayat Thabrani dari Abu Hurairah.

“Demi Yang Mengutusku dengan haq, Allah tidak akan menyiksa pada hari kiamat nanti orang yang menyayangi anak yatim, lemah lembut pembicaraan dengannya, serta menyayangi keyatiman serta kelemahannya.” (HR Thabrani dari Abu Hurairah).

3. Menjadi Bekal di Akhirat Kelak

Setiap yang kita tanam pasti akan kita tuai. Pepatah ini memang benar adanya. Kita bisa menggambarkan jika kita berperilaku sangat baik, akan membawa dampak kebaikan pula kedepannya kepada kita.

Karena, setiap yang kita lakukan di dunia akan mendapatkan balasannya di akhirat nanti. Memberikan santunan kepada anak yatim bisa kita ibaratkan sebagai bentuk investasi amal di akhirat kelak.

Apalagi terdapat dalam hadits tentang anak yatim, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Jika manusia mati atau terputus amalnya, kecuali tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat serta anak saleh yang selalu mendoakannya,” (HR Muslim Abu Hurairah).

4. Mendapatkan Pertolongan Langsung dari Allah SWT

Terakhir, keutamaan dari memuliakan anak yatim kita bisa mendapatkan pertolongan langsung dari Allah SWT. Hal ini dikarenakan, Allah SWT akan selalu memberikan uluran tangan kepada setiap orang yang mengalami masalah.

Apalagi jika seseorang tersebut sangat baik dan mau memuliakan anak yatim. Allah SWT akan membalaskan 10x lebih banyak dari apa yang sudah kita lakukan.

“….Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR Muslim dan Ashhabus Sunan dari Abu Hurairah).

Nah, itulah beberapa hadits tentang anak yatim yang dapat kita pelajari. Semoga dengan adanya informasi di atas dapat membantu kita menjadi pribadi lebih baik lagi dan selalu menjunjung tinggi kebaikan, utamanya pada anak yatim.

Share:

Reskia pernah menjabat sebagai Sekretaris Divisi Media Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sumbagsel tahun 2020. Ia senang berbagi pengetahuan yang ia peroleh. Because sharing is caring.

Leave a Comment