Pertanyaan di Alam Kubur dari Malaikat dan Jawabannya

Ketika umat Islam meninggal, maka akan diawali dengan pertanyaan di alam kubur dari Malaikat. Pertanyaan ini akan diajukan oleh Munkar dan Nakir sebagai Malaikat yang memiliki tugas untuk menanyai ruh atau orang yang sudah meninggal.

Pada alam kubur, Munkar dan Nakir akan mengajukan beberapa pertanyaan. Bagi yang beriman dan beramal shaleh, tentu pertanyaan ini akan mudah untuk dijawab.

Sementara, untuk orang yang tidak beriman, maka akan sulit menjawabnya.

Pengertian Alam Kubur

Alam kubur merupakan tempat singgah awal dalam menuju fase kehidupan yang hakiki. Pada fase ini juga ditandai dengan adanya pertanyaan di alam kubur dari Malaikat.

Pertanyaan yang diajukan oleh malaikat ini menjadi penanda apabila kita mudah untuk menjawab, maka akan dilancarkan setelah. Demikian sebaliknya, apabila kita kesulitan, maka setelahnya akan lebih sulit lagi sebagaimana sabda Rasulullah:

إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنَـازِلِ اْلآخِرَةِ، فَإِنْ نَجَـا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ، وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ

“Sesungguhnya kubur adalah persinggahan pertama dari kehidupan akhirat, jika seseorang selamat darinya, maka (kehidupan) setelahnya akan lebih mudah. Dan jika seseorang tidak selamat darinya, maka (kehidupan) setelahnya akan lebih dahsyat.” (HR. at-Tirmidzi No. 2308).

Bagi kita yang mengetahui bahwa di alam kubur ada nikmat kubur, tentunya akan berusaha sebisa mungkin dalam berbuat amal kebaikan. Adanya amal kebaikan akan membantu kita dalam menjawab pertanyaan di alam kubur dari malaikat.

Dalil Mengenai Adanya Nikmat dan Azab di Alam Kubur

Nikmat dan adzab kubur merupakan perkara gaib yang sulit dilihat dan dirasakan oleh manusia yang masih hidup. Apabila manusia itu meninggal dan merasakannya, tentu tidak dapat mengabarkan kepada insan manusia yang masih hidup.

Satu-satunya keyakinan kita sebagai umat yang beriman akan adanya adzab dan nikmat kubur serta pertanyaan di alam kubur dari malaikat, yakni bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah. 

Adapun dalil-dalil dari dalam Al-qur’an maupun Sunnah yang bisa kita ketahui terkait adanya nikmat serta azab di alam kubur, yakni seperti di bawah:

1. Dalil Menurut Al-Qur’an

وَحَاقَ بِآَلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آَلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَاب

Artinya:

“…dan Firaun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Firaun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.” (QS. Al Mu’min: 45-46).

Al Hafidz Ibnu Katsir menjelaskan bahwa penggalan dari ayat ini, “Arwah Fir’aun dan pengikut setianya dihadapkan ke neraka setiap pagi dan petang terus-menerus hingga hari kiamat tiba.

Ketika kiamat datang barulah arwah dan jasad mereka sama-sama merasakan pedih dan panasnya api neraka.” Beliau juga mengatakan bahwa pada potongan ayat ini menjadi landasan kuat bagi Ahlussunnah tentang adanya azab kubur.

Sementara, Al Imam Al Bukhari dalam Shahih-nya membuat judul bab باب مَا جَاءَ فِى عَذَابِ الْقَبْرِ atau (Bab dalil-dalil tentang azab kubur), lalu beliau menyebutkan ayat di bawah.

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ ٱفْتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِىَ إِلَىَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَىْءٌ وَمَن قَالَ سَأُنزِلُ مِثْلَ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ ۗ وَلَوْ تَرَىٰٓ إِذِ ٱلظَّٰلِمُونَ فِى غَمَرَٰتِ ٱلْمَوْتِ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ بَاسِطُوٓا۟ أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوٓا۟ أَنفُسَكُمُ ۖ ٱلْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ ٱلْهُونِ بِمَا كُنتُمْ تَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ غَيْرَ ٱلْحَقِّ وَكُنتُمْ عَنْ ءَايَٰتِهِۦ تَسْتَكْبِرُونَ

Wa man aẓlamu mim maniftarā ‘alallāhi każiban au qāla ụḥiya ilayya wa lam yụḥa ilaihi syai`uw wa mang qāla sa`unzilu miṡla mā anzalallāh, walau tarā iżiẓ-ẓālimụna fī gamarātil-mauti wal-malā`ikatu bāsiṭū aidīhim, akhrijū anfusakum, al-yauma tujzauna ‘ażābal-hụni bimā kuntum taqụlụna ‘alallāhi gairal-ḥaqqi wa kuntum ‘an āyātihī tastakbirụn.

Artinya:

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: “Telah diwahyukan kepada saya”, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: “Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah”. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu” Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS. Al-An’am: 93)

Seorang pakar tafsir dari Syaikh Abdurrahman As Sa’di menjelaskan bahwa konteks kalimat azab yang ditujukan kepada orang-orang kafir tersebut dirasakan ketika sakaratul maut, ketika dicabut nyawa dan setelahnya berdasarkan ayat di atas.

Baca juga: 8 Nama Neraka serta Calon Penghuninya dalam Al-Qur’an

2. Dalil Menurut As-Sunnah

Tidak hanya menurut tafsiran yang bersumber dari Al-Qur’an terkait adanya nikmat dan azab di alam kubur. Namun, beberapa sabda dari Nabi Muhammad SAW juga demikian dalam mengabarkan adanya siksaan di alam kubur:

لَوْلَا أَنْ لَا تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُسْمِعَكُمْ من عَذَابَ الْقَبْرِ ما أسمعني

“Seandainya kalian tidak akan saling menguburkan, tentulah aku akan berdoa kepada Allah agar memperdengarkan kepada kalian siksa kubur yang aku dengar.” (HR. Muslim No. 7393 dan Ahmad No. 12026).

Hadits lainnya yang juga menunjukkan bahwa Aisyah Radhiyallahu Anha meyakini adanya adzab kubur setelah diberitahu oleh Rasulullah SAW. Hal ini diketahui setelah dua orang tua dari kalangan Yahudi di Madinah datang kepada Aisyah.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَتْ عَلَىَّ عَجُوزَانِ مِنْ عُجُزِ يَهُودِ الْمَدِينَةِ فَقَالَتَا لِى إِنَّ أَهْلَ الْقُبُورِ يُعَذَّبُونَ فِى قُبُورِهِمْ ، فَكَذَّبْتُهُمَا ، وَلَمْ أُنْعِمْ أَنْ أُصَدِّقَهُمَا ، فَخَرَجَتَا وَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فَقُلْتُ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ عَجُوزَيْنِ وَذَكَرْتُ لَهُ ، فَقَالَ «  صَدَقَتَا ، إِنَّهُمْ يُعَذَّبُونَ عَذَابًا تَسْمَعُهُ الْبَهَائِمُ كُلُّهَا ». فَمَا رَأَيْتُهُ بَعْدُ فِى صَلاَةٍ إِلاَّ تَعَوَّذَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

Artinya:

“Dari Aisyah Radhiallahu ‘anha, ia berkata: Suatu ketika ada dua orang tua dari kalangan Yahudi di Madinah datang kepadaku. Mereka berdua berkata kepadaku bahwa orang yang sudah mati diadzab di dalam kubur mereka. Aku pun mengingkarinya dan tidak mempercayainya. Kemudian mereka berdua keluar. Lalu Nabi shallallahu’alaihi wa sallam datang menemuiku. Maka aku pun menceritakan apa yang dikatakan dua orang Yahudi tadi kepada beliau. Beliau lalu bersabda: ‘Mereka berdua benar, orang yang sudah mati akan diadzab dan semua binatang ternak dapat mendengar suara adzab tersebut’. Dan aku pun melihat beliau senantiasa berlindung dari adzab kubur setiap selesai shalat” (HR. Bukhari No. 6005)

Rasulullah SAW juga pernah bersabda mengenai hamba yang meninggal dan didatangi oleh kedua Malaikat untuk menanyai hamba tersebut.

إِذَا أُقْعِدَ الْمُؤْمِنُ فِى قَبْرِهِ أُتِىَ ، ثُمَّ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ فَذَلِكَ قَوْلُهُ يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ

Artinya:

“Jika seorang mu’min telah didudukkan di dalam kuburnya, ia kemudian didatangi (oleh dua malaikat lalu bertanya kepadanya), maka dia akan menjawab dengan mengucapkan:’Laa ilaaha illallah wa anna muhammadan rasulullaah’. Itulah yang dimaksud al qauluts tsabit dalam firman Allah Ta’ala (yang artinya): ‘Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan al qauluts tsabit’ (QS. Ibrahim: 27)” (HR. Bukhari No. 1369 dan Muslim No. 7398). 

Dari penjelasan dalil Al-qur’an dan As-Sunnah ini menjadi bukti bahwa surat Ibrahim ayat 27 berbicara tentang adzab kubur. Adapun Rasulullah SAW sendiri yang menafsirkan seperti penjelasan di atas.

Terdapat juga sabda Rasulullah SAW dalam hal yang berkaitan dengan siksa di alam kubur sebagaimana bunyinya:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِحَائِطٍ مِنْ حِيطَانِ الْمَدِينَةِ أَوْ مَكَّةَ ، فَسَمِعَ صَوْتَ إِنْسَانَيْنِ يُعَذَّبَانِ فِى قُبُورِهِمَا ، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم –«  يُعَذَّبَانِ ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِى كَبِير» ، ثُمَّ قَالَ « بَلَى ، كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ ، وَكَانَ الآخَرُ يَمْشِى بِالنَّمِيمَةِ »

Artinya:

“Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar dari sebagian pekuburan di Madinah atau Makkah. Lalu beliau mendengar suara dua orang manusia yang sedang diazab di kuburnya. Beliau bersabda, ‘Keduanya sedang diazab. Tidaklah keduanya diazab karena dosa besar (menurut mereka berdua),’, lalu Nabi bersabda: ‘Padahal itu merupakan dosa besar. Salah satu di antara keduanya diazab karena tidak membersihkan bekas kencingnya, dan yang lain karena selalu melakukan namiimah (adu domba)” (HR. Bukhari No. 6055).

Adanya siksaan atau azab kubur yang ditimpakan pada seorang hamba setelah kematian, tentunya membuat kita perlu menyiapkan bekal berupa amal kebaikan. 

Selain itu, amal kebaikan ini juga akan membantu kita dalam menjawab pertanyaan di alam kubur dari malaikat. Apabila kita mudah dalam menjawab pertanyaan, tentunya kita akan mendapatkan kenikmatan di dalam kubur.

Pertanyaan di Alam Kubur dari Malaikat

Alam kubur adalah menjadi salah satu aspek penting dalam kepercayaan Islam. Hal ini mengingat alam kubur menjadi fase pertama setelah kematian seseorang sebelum hari kebangkitan.

Seseorang akan menghadapi berbagai pertanyaan di alam kubur dari malaikat, yakni Munkar dan Nakir. Pertanyaan ini untuk menguji keimanan dan amal baik seseorang selama hidupnya.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW tentang Malaikat yang menanyai mayat ketika sudah dikuburkan:

“Apabila mayit atau salah seorang dari kalian sudah dikuburkan, ia akan didatangi dua malaikat hitam dan biru, salah satunya Mungkar dan yang lain Nakir, keduanya berkata: Apa pendapatmu tentang orang ini (Nabi Muhammad)? Maka ia menjawab sebagaimana ketika di dunia: Abdullah dan Rasul-Nya, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Keduanya berkata: Kami telah mengetahui bahwa kamu dahulu telah mengatakan itu. Kemudian kuburannya diperluas 70 x 70 hasta, dan diberi penerangan, dan dikatakan: Tidurlah. Dia menjawab: “Aku mau pulang ke rumah untuk memberitahu keluargaku.” Keduanya berkata: “Tidurlah, sebagaimana tidurnya pengantin baru, tidak ada yang dapat membangunkannya kecuali orang yang paling dicintainya, sampai Allah membangkitkannya dari tempat tidurnya tersebut”. (HR. Imam Tirmidzi No. 1071).

Dari penjelasan di atas menjelaskan bahwa Malaikat Munkar dan Nakir akan menanyai kita apabila telah meninggal dan dimasukkan ke dalam kubur. Beberapa hadits lainnya juga menyatakan pertanyaan yang sama diajukan oleh Munkar dan Nakir:

فِى الْقَبْرِ إِذَا قِيلَ لَهُ مَنْ رَبُّكَ وَمَا دِينُكَ وَمَنْ نَبِيُّكَ

Artinya:

“Di dalam kubur akan ditanyakan siapa Rabbmu, apa agamamu, dan siapa nabimu.” (HR. Tirmidzi dan Muslim No. 2871).

Dalam beberapa riwayat dikatakan ketiga pertanyaan tersebut diikuti dengan tiga pertanyaan berikutnya sehingga berjumlah enam pertanyaan, yakni:

  • Man rabbuka? Siapa Tuhanmu?
  • Ma dinuka? Apa agamamu?
  • Man nabiyyuka? Siapa Nabimu?
  • Ma kitabuka? Apa kitabmu?
  • Aina qiblatuka? Di mana kiblatmu?
  • Man ikhwanuka? Siapa saudaramu?

Meski pertanyaan di alam kubur dari malaikat ini mudah untuk dijawab, namun sejatinya tergantung dengan amal saleh selama hidup di dunia. Jika kita berbuat baik yang diridhoi Allah, tentu mudah untuk menjawabnya.

Oleh karena itu, penting untuk selalu meningkatkan iman dan berusaha melakukan amal baik dalam kehidupan di dunia. Hal ini tentu agar dapat menjawab pertanyaan di alam kubur dari malaikat dengan keyakinan.

Share:

Reskia pernah menjabat sebagai Sekretaris Divisi Media Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sumbagsel tahun 2020. Ia senang berbagi pengetahuan yang ia peroleh. Because sharing is caring.

Leave a Comment