Kunci dari keluarga yang harmonis adalah seorang suami dan ayah dalam keluarganya. Sebab sosok ini memegang penting dalam berbagai hal, baik pemimpin, sosok panutan dan pencari nafkah. Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui peran ayah dalam keluarga menurut Islam.
Dewasa ini, banyak yang salah kaprah mengartikan peran ayah hanya sebagai pemberi nafkah dan memenuhi segala kebutuhan anak.
Sayangnya, mencukupi yang dibutuhkan saja itu tidak cukup. Apalagi, dalam agama Islam, seorang anak membutuhkan dampingan sosok ayah untuk tumbuh dalam berbagai pemahaman. Karena itulah, Mari kenali peran ayah dalam keluarga menurut Islam berikut ini.
Daftar ISI
Peran Ayah dalam Keluarga Menurut Islam
Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa kunci dari keluarga harmonis tidak hanya terletak dalam kecukupan ekonomi dan kebutuhan.
Namun untuk membangun sebuah keluarga harmonis, diperlukan peran penuh seorang ayah dalam keluarga. Sosok ini digambarkan sebagai sosok yang kuat, tegar, bijaksana dan panutan bagi anak-anaknya.
Selain itu, ayah juga kerap menjadi tiang utama dari kokohnya keluarga selain sosok ibu yang menaungi anak-anaknya.
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, “Seorang ayah adalah bagian tengah dari gerbang surga. Jadi, tetaplah di gerbang itu atau lepaskan,” (HR Tirmidzi).
Adapun peran ayah dalam keluarga menurut Islam sebagai berikut:
1. Menjadi Pemimpin Keluarga
Peran ayah dalam keluarga menurut Islam yang pertama yakni menjadi pemimpin bagi keluarganya.
Pada dasarnya, manusia diciptakan untuk menjadi seorang khalifah yang bermula dalam memimpin dirinya sendiri. Hal ini dijelaskan dalam salah satu firman Allah SWT dalam surat Al-An’am ayat 165 yang berbunyi:
“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS. Al-An’am:165).
Salah satu dari banyaknya anugerah yang Allah berikan kepada manusia yakni kedudukan untuk mengatur, memimpin dan memiliki kekuasaan di muka bumi. Meski demikian, menjadi sosok pemimpin tidaklah mudah.
Begitu juga dalam memimpin keluarga, sosok ayah wajib untuk mengarahkan seluruh anggota keluarganya untuk senantiasa berbuat kebaikan. Ayah juga menjadi penanggung jawab utama apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di dalam keluarganya.
Terkait peran ayah dalam keluarga menurut Islam sebagai sosok pemimpin ini pernah dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW: “Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang di pimpin, penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya,
Dan istri pemimpin terhadap keluarga, rumah suaminya, dan juga anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya,”.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa seorang ayah memiliki tanggung jawab dalam memimpin keluarganya, segala sesuatu yang terjadi di dalam keluarganya akan menjadi ganjaran baginya. Baik itu dalam hal kebaikan maupun keburukan.
Berikut ini adalah dalil yang memperkuat bahwa ayah merupakan sosok laki-laki yang wajib memimpin keluarganya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 34:
اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ ۗ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗوَالّٰتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا
Artinya: Laki-laki (suami) adalah penanggung jawab) atas para perempuan (istri) karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari hartanya. Perempuan-perempuan saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz,) berilah mereka nasihat, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu,) pukullah mereka (dengan cara yang tidak menyakitkan). Akan tetapi, jika mereka menaatimu, janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.
Baca juga: Nikah Mut’ah Adalah: Pengertian, dan Hukumnya dalam Islam
2. Pencari Nafkah
Selain menjadi pemimpin, peran ayah dalam keluarga menurut Islam selanjutnya yakni menjadi pencari nafkah dan memastikan nafkah yang diberikan untuk keluarganya halal.
Hal ini turut dijelaskan dalam salah satu firman Allah, pada surat An-Nahl ayat 114 yang berbunyi:
فَكُلُوا۟ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَٱشْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Artinya: “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya,” (QS. An-Nahl: 114).
Apabila seseorang ayah bekerja dengan tulus dan ikhlas serta semata-mata hanya untuk menafkahi keluarganya karena Allah, tentu Allah akan membantu hamba-Nya yang berusaha untuk mengais rezeki yang halal.
Hal ini tercatat dalam Al-Quran surat Al Baqarah ayat 233:
وَالْوٰلِدٰتُ يُرْضِعْنَ اَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ اَرَادَ اَنْ يُّتِمَّ الرَّضَاعَةَ ۗ وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَا تُضَاۤرَّ وَالِدَةٌ ۢبِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُوْدٌ لَّهٗ بِوَلَدِهٖ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذٰلِكَ ۚ فَاِنْ اَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا ۗوَاِنْ اَرَدْتُّمْ اَنْ تَسْتَرْضِعُوْٓا اَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِذَا سَلَّمْتُمْ مَّآ اٰتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوْفِۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
Artinya: Ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Kewajiban ayah menanggung makan dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani, kecuali sesuai dengan kemampuannya. Janganlah seorang ibu dibuat menderita karena anaknya dan jangan pula ayahnya dibuat menderita karena anaknya. Ahli waris pun seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) berdasarkan persetujuan dan musyawarah antara keduanya, tidak ada dosa atas keduanya. Apabila kamu ingin menyusukan anakmu (kepada orang lain), tidak ada dosa bagimu jika kamu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
3. Sebagai Pendidik Anaknya
Peran ayah dalam keluarga menurut Islam lainnya yakni sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Luqman ayat 13-19, menyiratkan bahwa seorang ayah memiliki peran sebagai pemimpin sekaligus pendidik bagi anaknya.
Kadang kala, perkembangan kognitif dan motorik anak selalu dilepaskan kepada asuh ibu, padahal dalam hal satu ini penting sekali untuk mendapatkan peran ayah di dalamnya.
Nabi Muhammad SAW: “Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara: mencintai Nabimu; mencintai ahlul baitnya; dan membaca Alquran, karena orang-orang yang memelihara Alquran itu berada dalam lingkungan singgasana Allah pada hari ketika tidak ada perlindungan selain dari pada perlindungan-Nya; mereka beserta para Nabi-Nya dan orang-orang suci,” (At Thabrani).
Salah satu contoh pendidikan Islam yang sebaiknya diajarkan pada anak, yaitu mengenalkan Allah SWT dengan cara mendirikan sholat.
“Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.” (QS. Luqman: 17).
Selain yang dijelaskan di atas, pendisiplinan serta nilai dan adab juga turut menjadi poin dalam peran ayah dalam keluarga menurut islam. Guna terhindar dari kesalahan pendiplinan dan pendidikan seorang ayah, terdapat beberapa pola asuh yang bisa ditiru dari metode Rasulullah SAW.
Di antara metode Rasulullah dalam mencegah atau mengatasi kesalahan ialah pengarahan langsung. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadis dari Abu Salamah, ia berkata, “Aku pernah di bawah asuhan Rasul, dan waktu itu tanganku menggamak ke sana-sini di dalam baskom besar, maka Rasul berkata kepadaku,”Wahau anakku, bacalah bismillah kemudian makanlah dengan tangan kananmu, dan makan makanlah yang dekat denganmu,”.
4. Menjadikan Pendamping yang Baik untuk Anaknya
Mencarkan pendamping yang baik juga menjad salah satu peran ayah dalam keluarga menurut Islam. Kebanyakan dari wanita zaman sekarang, tidak menyukai perihal jodoh menjodohkan. Sebab di antaranya lebih memilih untuk mencari pendamping hidup yang baik menurut versinya.
Namun, menjadi kewajiban dan peran seorang ayah untuk mencarikan sosok yang baik bagi anak perempuannya yang sudah mampu untuk menikah, baik dalam agama dan adabnya.
Rasulullah bersabda: “Barangsiapa memelihara tiga orang anak perempuan, lalu ia mendidik dan menikahkan mereka, serta berbuat baik kepada mereka, maka dia akan mendapatkan surga,”
Harapan dari mencarikan pendamping yang baik bagi anaknya, agar generasi penerus Islam terdidik dan berkembang pada keluarga yang sakinah mawadah dan warahmah di jalan Allah.
5. Menjadi Suami dan Ayah yang Baik
Peran ayah dalam keluarga menurut Islam yang terakhir adalah menjadi suami dan ayah yang baik.
Ia harus dapat menyayangi dan memuliakan istrinya dan mengasihi anak-anaknya sepenuh hati, membimbing mereka ke jalan yang benar, juga memimpin mereka setiap melaksanakan peribadahan.
Selain itu, ayah perlu berlaku adil kepada istri dan anak-anaknya, tidak boleh berat sebelah. Bahkan diwajibkan bagi seorang suami untuk memuliakan istrinya sebaik-baiknya karena istri adalah sosok ibu dari anak-anaknya.
Perintah untuk menjadi suami yang adil ini terdapat dalam ayat Alquran Surat An-Nisa ayat 129, Allah SWT berfirman:
وَلَن تَسْتَطِيعُوٓا۟ أَن تَعْدِلُوا۟ بَيْنَ ٱلنِّسَآءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ ۖ فَلَا تَمِيلُوا۟ كُلَّ ٱلْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَٱلْمُعَلَّقَةِ ۚ وَإِن تُصْلِحُوا۟ وَتَتَّقُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَّحِيمًا
“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Selain itu, menjadi sosok suami dan ayah yang baik tidak berhenti ketika memenuhi nafkah saja, melaikan juga memberikan waktu luang untuk dinikmati bersama dan memenuhi kebutuhan batin keluarga sehingga tetap rukun dan harmonis.
Sebagaimana yang telah diterangkan dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf” (QS. al-Baqarah: 233).
Peran ayah dalam keluarga menurut Islam dalam memenuhi kebutuhan yang dimaksukan disini yakni memenuhi kebutuhan berhubungan suami istri, sedangkan kepada anak-anak yakni memberikan pendidikan akhlak mulia.
Hal ini turut dijelaskan dalam salah satu firman Allah SWT dalam surat At Tahriim ayat 6 yang berbunyi,
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS at-Tahriim: 6).
Sosok Teladan Ayah dalam Islam
Setelah mengetahui peran ayah dalam keluarga menurut Islam. Terdapat beberapa sosok teladan yang dalam Islam yang bisa jadikan contoh dalam berperan sebagai seorang Ayah, yakni:
1. Nabi Muhammad S.A.W.
Sosok yang pertama perlu diteladani yakni Rasullullah SAW. Beliau memiliki 4 orang putra dan 4 putri. Beliau adalah sosok ayah yang baik dan penyayang anak-anaknya.
Beliau juga dikisahkan sebagai sosok ayah yang tidak suka marah. Meski tidak pernah marah, bukan berarti beliau menghilangkan sifat tegasnya dalam mendidik anak.
Rasulullah tidak segan menegur anaknya apabila menyalahi adab Islam. Beliau pernah menegur Umar bin Abu Salma “Hai nak! Bacalah basmalah, menyuaplah dengan tangan kananmu dan makanlah apa yang ada didekatmu!” (dari Aisyah HR. Bukhari dan Muslim)
2. Nabi Ibrahim A.S.
Sosok teladan berikutnya yakni Nabi Ibrahim yang berhasil membina keluarganya menjadi keluarga yang senantiasa mentauhidkan Allah SWT.
Beliau mampu membimbing keluarga untuk senantiasa percaya kepada segala risalah Allah sekaligus pertolongannya.
Hal ini dikisahkan pada suatu waktu, ujian terbesar terhadap keimanan Nabi Ibrahim adalah ketika turun perintah dari Allah meninggalkan Hajar yang baru melahirkan Ismail di bukit gersang tak berpenghuni dan saat turun perintah menyembelih anaknya Ismail.
Meski berat, sebab rasa cintanya kepada Allah, beliau tinggalkan keluarganya. Beliau mampu meyakinkan istrinya bahwa seberat apapun kondisi yang diterima harus tetap yakin bahwa Allah akan senantiasa menolong dan memberikan jalan.
3. Nabi Ya’qub A.S.
Sosok ayah yang dapat diteladani berikutnya yakni Nabi Ya’qub A.S, beliau sabar dalam mengenalkan baik dan buruk kepada anaknya.
Rasa iri telah menjerumuskan anak-anak Yaqub untuk berbuat jahat kepada anak yang lainnya yaitu Yusuf.
Meskipun mengetahui anak-anaknya telah berbuat jahat kepada anak kesayangannya, Yusuf, Yaqub tidak begitu saja mengusir anaknya dari rumah. Yaqub justru mendoakan ampunan kepada Allah untuk anak-anaknya.
Beliau juga tidak lelah untuk menasehati dan mendoakan semoga anak-anaknya dapat berubah menjadi lebih baik.
Tentu sikap sabar ini diperlukan sebagai peran ayah dalam keluarga menurut Islam. Sebab sejatinya seorang ayah bertanggung jawab untuk tidak bosan menasehati dan meluruskan jalan anak-anaknya.
Begitulah peran ayah dalam keluarga menurut Islam. Mengingat peran ayah yang ternyata cukup luas, kita harus pintar-pintar membagi waktu dan berperilaku adil ya!